"Oke, guys. Nanti kalian pada packing barang kalian ya. Soalnya besok kita udah pulang. Nanti sore, kita bakal puas-puasin jalan-jalannya disini." Jelas Aaron.
"Lah? Tapi kita belum jalan kemana-mana loh. Serius langsung pulang?" Tanya Justin.
"Iya, Tin. Jadi, kan buat anak kelas 12 nya bentar lagi mau ujian-ujian gajelas. Jadi nya kita pulang lebih cepet dari rencana yang udah kita bikin. Maaf ya" Ethan memandang semua orang yang ada di ruangan itu.
"Ya sebenernya gue sih masih pengen disini aja. Tapi mau gimana lagi?" Timpal Grayson.
"Yaudah, kan nanti ada libur panjang, kalian bisa gunain itu buat jalan-jalan sampe puas." Ucap Cameron.
"Kita mau pergi kemana nih?" Tanya Monica.
"Trans studio, please." Pinta Marcus.
"Ayo, boleh juga. Kalo kalian, gimana?" Tanya Ethan.
"Ayoo" ucap mereka serempak.
"Tapi, lo bener Than? Lo yakin?" Tanya Grayson was-was.
"Iyaaa" ucap Ethan.
* * *
Sedangkan, di sebuah kota yang padat dengan hiruk-pikuknya. Dua orang manusia sedang dilanda panik yang luar biasa."Wil, ini gimana?!" Carolina menatap sang suami dengan mata berair dan sembab.
"Aku akan kabari anak-anak, agar segera pulang." William tak kuasa menahan rasa khawatirnya.
Saat William sedang mencari nomor Aaron, tiba-tiba ada sebuah telepon masuk di ponselnya.
Ia melihat caller id nya, seketika wajah nya menjadi merah padam dan tatapan matanya di penuhi oleh kebencian yang teramat dalam.
Ia menekan tombol berwarna hijau dan mulai mengeluarkan semua amarahnya.
"Sampai kau menyentuh anak-anakku, aku bersumpah demi langit dan bumi, hidup mu tidak akan panjang lagi!"
"Oh, William. Sudah cukup lama aku mengawasi anak-anakmu itu. Ingin rasanya bertemu mereka secara langsung."
"JANGAN SAMPAI KAU MENDATANGI ANAK-ANAKKU! URUSANMU HANYA DENGAN KU! BUKAN DENGAN MEREKA! JADI, MARI SELESAIKAN BERSAMA KU!" William mengeluarkan setetes cairan bening dari mata nya.
"Tidak, William. Sudah cukup aku tersakiti dengan keserakahan mu itu! Dan kini, aku tahu kelemahan seorang William Carpenter sang pembisnis nan sukses. Yaitu, anak-anak kecilnya, Aaron, Justin dan Monica."
"Keparat kau brengsek!"
"Sebentar lagi, kesegoisanmu itu akan di sadarkan oleh kehilangan. Selamat merasakan penyesalanmu, Tuan Carpenter."
Sambungan terputus.
Secepat kilat, William segera menelpon Aaron.
"Aaron!" Bentak William.
"Iya papa? Kenapa?"
"Jaga adik-adikmu! Ada orang sedang mengawasi kalian! Jangan sampai ada orang asing yang mencurigakan, jika mereka meresahkan kalian, kalian tinggal telepon papa!"
"Tapi.. Siapa pa?" Tanya Aaron.
"Panggil Justin! Papa perlu bicara sama kalian."
Aaron segera memanggil Justin. Setelah Justin berada di sampingnya, William mulai menceritakan secara rinci tentang masalah yang sedang di hadapi nya.
Aaron dan Justin mengerti, mereka mematuhi perintah ayahnya yaitu 'Jaga Diri kalian, dan yang paling penting, jaga adik kalian, Monica.' Perintah itu seakan terngiang-ngiang di dalam kepala Justin dan Aaron.
_________________________
Short part, cause bentar lagi ini akan tamat. Yeay!Vomments nya ya
Saya berjanji akan mem-vote part ini, jika tidak, saya bersedia tidak akan bahagia seumur hidup saya.
Nahloh, udah janji tuh. Jangan di ingkarin ya😂
~Malika Paul Bieber Dolan,2017
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You More Than All The Stars | E.G.D
Fanfiction⚠️DALAM TAHAP REVISI⚠️ "Terimakasih untuk semuanya, i love you more than all the stars, Mon." -Ethan Grant Dolan. [Ethan Dolan fanfiction.] Warning! Terdapat kata-kata kasar dan mohon maaf kalau ada typo ataupun kesalahan lainnya. Terimakasih untuk...