Extra part

224 23 3
                                    

Sudah berbulan-bulan berlalu sejak kematian Monica, namun masih menyisakan luka yang teramat dalam bagi Ethan.

Sudah beberapa kali niat bunuh dirinya itu di gagalkan oleh semua anggota keluarganya.

Sedangkan Aaron, setiap malam ia selalu bermalam di kamar Monica. Ia tak dapat menghitung berapa kali ia memikirkan adiknya yang sudah berada di Rumah Tuhan.

Justin pun sama hal nya dengan Aaron, tetapi ia mencoba bersabar menyikapi kondisi ini. Ia harus ikhlas, karena ia tahu bahwa Monica masih selalu ada di rumah ini.

Justin menatap layar ponselnya, ia melihat-lihat foto dirinya bersama Monica sewaktu masih menjalin hubungan asmara dulu

Justin menatap layar ponselnya, ia melihat-lihat foto dirinya bersama Monica sewaktu masih menjalin hubungan asmara dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia tersenyum getir sambil menjambak rambut coklat emasnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia tersenyum getir sambil menjambak rambut coklat emasnya itu.

"Mon, lo tega sama gue. Lo ninggalin gue." Justin bangkit. Ia menuju dinding dan menbenturkan kepalanya dengan keras.

Berkali-kali ia menghantam kepalanya di dinding kamarnya sambil terus menyebut nama Monica di dalam hatinya.

Cairan merah kental mulai keluar dari dahi nya. Ia tambah kesetanan membenturkan kepalanya ke dinding.

Namun, penglihatan Justin kini buyar, lalu mengabur, dan gelap total.

Ia berada di suatu ruangan hitam kelam yang sangat dingin.

Ia menyusuri ruangan itu dan sayup-sayup terdengar suara tangisan perempuan.

Ia mencari sumber suara, saat semakin dekat.. Itu adalah Monica.

Dengan cepat, Justin langsung mendekap tubuh Monica.

"Justin.." Monica memeluk Justin erat.

"Monica, lo gapapa?! Gue kira lo udah meninggal. Ternyata enggak. Ayo pulang sama gue! Mama, papa, Aaron udah pada nungguin lo." Justin melepas pelukannya dan mulai menarik tangan Monica.

"Gue gapapa Tin, lo mau temenin gue disini kan? Gue takut. Disini gelap, dingin." Monica kembali memeluk Justin.

"Ga Mon, lo harus pulang!" Justin mengeratkan pelukannya.

"Rumah gue yang sebenarnya itu ada disana, lo harus ajak kak Aaron dan kak Ethan untuk ikut sama gue Tin" Monica menunjuk sebuah lorong hitam yang lebih kelam.

"Jesus!" Justin bergidik setelah melihat lorong yang di tunjuk oleh Monica.

Monica mulai menarik tangan Justin kearah lorong tersebut, Justin memberontak dan..

"JUSTIN!"

Ia membuka matanya, mendapati William, Carolina dan Aaron mengerubungi dirinya.

Carolina langsung memeluk tubuh putra nya dengan erat.

"Ma, Monica mana?" Justin berjuang menggerakan anggota tubuhnya.

Namun terasa sangat sulit, ia hanya merasa lemas dan pusing.

"Monica? Dimana?" Aaron mengerutkan keningnya.

"Di suatu ruangan, uhm, ruangan luas yang ga ada batasnya. Gue ga inget persis kayak gimana, yang pasti, dia narik-narik gue ke lorong gelap." Justin menekan pelipisnya.

William, Carolina dan Aaron pun terperanjat setelah mendengar ucapan Justin.

"Monica bilang apa aja?" Tanya William.

"Seinget Justin, dia minta panggilin Aaron sama Ethan. Buat ikut dia."

"Ke gerbang kematian."

________________________
Yo, mau double extra chap ga? Kalo mau, nanti gue bikinin.

Mau ga? Enggak? Yauda.

Btw, terimakasih Tuhan Allah yang udah nge izinin gue buat nerbitin cerita ini

Terimakasih untuk mom Lisa Dolan, mom Mandy Gomez, mom Pattie Mallete karena mereka telah melahirkan orang yang menginspirasi cerita ini.

Terimakasih juga untuk para readers dan siders karena kalian udah menyempatkan untuk membaca cerita abal-abalan ini.

Akhir kata, sekian dan sampai jumpa!

~Malika Paul Bieber Dolan,2017

I Love You More Than All The Stars | E.G.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang