"Jadi, lo bisa ninggalin gue gitu aja kak?" Monica terbelalak kaget.
"Bukan gitu, gue cuma ingetin doang. Gue bukan cowok yang bikin cewek nyaman dan tiba-tiba menghilang. Gue bukan tipe kayak gitu." Ethan menatap Monica lekat-lekat.
Monica merasakan kedua pipi nya memanas karena tatapan Ethan yang dalam dan jarak wajah mereka yang hanya beberapa jengkal.
Ethan menatap Monica semakin dalam, yang membuat Monica berdebar-debar.
"Hoaamm.. Eh ada orang ya disini? Maaf ganggu." Ucap seseorang dari belakang mereka, Justin.
Lalu Justin pergi meninggalkan mereka yang diam membisu.
"Gaje ya dia." Monica menunjuk Justin.
"Jangan gitu, eh." Ethan menahan tawanya.
* * *
"Yaudah, gue pamit ya Mon." Pamit Ethan."Oke, takecare yo.." Monica tersenyum kearah Justin.
"Iya, bye." Ethan mulai menjalankan motor nya.
Ethan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Motornya membelah jalanan kota Jakarta dengan derum motornya yang membuat ia menjadi pusat perhatian.
Otaknya sedang di penuhi oleh pikiran-pikiran tentang penyakitnya.
Ethan di vonis mengidap suatu penyakit oleh dokter, beberapa pekan lalu.
Ia terlalu memikirkan tentang kesehatannya itu sampai-sampai konsentrasinya buyar.
Ia tersadar jika sebuah mobil di depannya berhenti karena lampu lalu lintas yang berganti menjadi warna merah.
Ethan langsung menarik rem sekuat tenaga agar motornya berhenti.
Namun, itu adalah sebuah tindakan yang sangat berakibat fatal.
Motornya terhuyung ke depan dan otomatis, tubuh Ethan terpental.
Lalu tersungkur ke tanah. Kepalanya membentur aspal dengan sangat keras yang membuat dirinya merintih.
Seketika, ia kembali menjadi sorotan orang-orang yang ada disana. Tiba-tiba ada sebuah tangan menepuk dirinya dengan sedikit kencang, disertai suara yang terdengar samar di telinganya.
"Mas, mas gapapa?!" Tanya seorang lelaki paruh baya sambil menepuk bahu Ethan dengan keras agar Ethan tersadar.
Ethan merasakan matanya di penuhi dengan cahaya berwarna jingga, serta melihat sekumpulan orang-orang yang mengerubungi nya dengan berbayang.
Ia merasa dirinya seperti terangkat, lalu di baringkan di sebuah tempat yang sedikit empuk.
"Dek, tolong kamu cari hp mas ini di dalam tasnya!" Pria paruh baya itu terlihat panik.
"Ini, pak." Ucap anak usia 13 tahun itu sambil menyerahkan telepon genggam milik Ethan ke tangan pria itu.
Lalu pria itu langsung menyambar hp Ethan, dan mulai bersusah payah membuka kata sandi tersebut.
Pria itu tak berhasil, ia mencongkel tempat kartu SIM di hp Ethan, ia memindahkan kartu SIM Ethan ke hp nya dan mulai mencari kontak anggota keluarga Ethan.
"Halo?"
"Iya? Ada apa Eth?" Ucap wanita di sebrang sana.
"Maaf, saya Yaser. Anak anda mengalami kecelakaan tunggal. Saya dan warga sudah menuju Rumah Sakit terdekat."
"Hah? Apa? Ada tidak sedang bercanda kan?!"
"Tidak, bu. Saya tidak bercanda sama sekali. Saya harap anda segera ke Rumah Sakit Harapan Pelita. Karena saya sudah hampir sampai disini. Pendarahan di kepala anak anda tidak berhenti sejak tadi, saya takut jika terjadi apa-apa, karena darah yang keluar sangat banyak."
"Ya Tuhan, Ethan! Iya pak, terimakasih atas informasinya, saya segera kesana."
Lalu sambungan terputus.
Mobil yang ia tumpangi sudah memasuki wilayah rumah sakit.
Mobil yang digunakan sekarang adalah mobil dari pengendara yang ikut menjadi saksi mata atas kejadian tadi.
__________________
Sorry ya, pas gue nongol lagi malah bawa bencana.Ya, si Ethan kecelakaan.. Gimana dong?
Tapi ini garing banget kayaknya.
Btw mau dibikin Ethan nya mati atau tetep hidup nih? Pokoknya tetep VOMMENTS ya, kalo votenya dikit, gue bikin mati aja ya si Ethan.
*lah maksa wkwk~Malikeh, 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You More Than All The Stars | E.G.D
Fanfic⚠️DALAM TAHAP REVISI⚠️ "Terimakasih untuk semuanya, i love you more than all the stars, Mon." -Ethan Grant Dolan. [Ethan Dolan fanfiction.] Warning! Terdapat kata-kata kasar dan mohon maaf kalau ada typo ataupun kesalahan lainnya. Terimakasih untuk...