***
Edgar memakan habis semangkuk bakso yang ia pesan. Sejak suapan pertama, sebotol air putih yang ada dihadapannya pun belum tersentuh. Ia menyantap dengan lahap tanpa memperdulikan Angga yang melihatnya dengan geleng-geleng kepala.
"Nafas, boy," ucap Angga.
Sedetik Edgar melirik ke arah Angga. Sedetik kemudian, ia kembali memfokuskan aktivitasnya pada bola-bola bakso yang sangat menggoda diantara kuahnya yang berwarna merah.
"Gar, lo gak makan berapa hari?"
"Berisik," jawab Edgar dengan mulut penuh makanan. "Gue la%$$#$#%."
"Hah?"
"Gue ^$%#$@#%$"
Frustasi karena tidak mengerti apa yang sedang dikatakan Edgar, Angga pun memukul pelan kepala Edgar.
"Heh, anak ayam yang pantatnya warna-warni, gue gak ngerti lo ngomong apa. Ngomong tuh yang jelas."
Dengan susah payah, Edgar menelan makanannya yang memenuhi rongga mulut. Dibantu dengan beberapa kali tegukkan air.
"Gue laper, bego," balas Edgar sambil menekankan kata-katanya, lalu kembali menghabiskan makanannya.
Angga hanya dapat tertawa. Lalu, mengalihkan pandangannya pada layar ponselnya yang menyala. Lalu lalang murid-murid Angkasa yang lain membuat suasana kantin semakin ramai. Ada yang terlihat hanya duduk di kantin untuk mencari wifi, ada juga yang hanya menunggu ditraktir teman, dan ada juga hanya sekedar untuk ngeceng alias godain murid-murid perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Second Chance
Teen FictionJalanan adalah gallerynya. Hidupnya adalah kanvas. Dia adalah kuas. Dan, Tuhan adalah juri. Yang akan menentukan, bagus atau tidaknya gambar yang ia buat dalam kanvas dan gallerynya. Dan, the best partner in lifenya adalah adiknya sendiri. Tanpa it...