***
"Edgar," panggil Bila sesaat sebelum Edgar meninggalkannya. "Jangan berbuat ulah, ya."
Edgar menghela nafas berat. "Iya, loser."
"Night, trouble."
Edgar menghentikan langkahnya sejenak, kemudian menoleh ke arah Caca. "Night, too, Biya."
Edgar menutup pintu kamar sang adik. Dan, berjalan menuju kamarnya.
Disana, sudah ada Leo yang menunggu.
Edgar membanting pintu kamarnya. Kesal.
"Anak-anak bajingan!" geram Edgar.
"You dont have to do that," ucap Leo.
"Gak bisa, Leo! Dia udah berani cari masalah sama gue dengan gangguin Bila." Rahang anak laki-laki itu mengeras.
"Gue bakal bales mereka."
"Gar, jangan."
"Gue bakal bales apa yang mereka lakuin setahun yang lalu. Gue bakal bales apa yang mereka buat ke gue."
Leo menghela nafasnya, tak ada yang dapat menghentikan Edgar jika sudah seperti ini.
"You know, what? We're bro, gue gak bisa ngeliat lo dalam bahaya, Gar. Please, let it go. Semua bisa diselesaikan secara baik-baik."
"Gue udah pendem dendam gue selama setahun ini. Dendam yang seharusnya gue bayar."
"Dendam gak akan bikin hidup lo jadi lebih baik, Gar. Gak akan bikin semuanya balik kayak dulu."
"Kalo lo pecundang, yaudah. Gue gak maksa lo buat ikut. Tapi, jangan halangin gue buat ngelakuin ini."
Leo diam.
"Oke. It's up to you, Bro."
=
LINE.
GROUP: ANGKASA INLINER
KingEdgar: siapin pasukan. Besok kita serang Asha.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Second Chance
Teen FictionJalanan adalah gallerynya. Hidupnya adalah kanvas. Dia adalah kuas. Dan, Tuhan adalah juri. Yang akan menentukan, bagus atau tidaknya gambar yang ia buat dalam kanvas dan gallerynya. Dan, the best partner in lifenya adalah adiknya sendiri. Tanpa it...