***
Bila asik bermain dengan gitar milik Edgar. Ia duduk di sofa ruang tamu dengan melantunkan sebuah lagu sendu. Diiringi dengan petikkan gitarnya.
Edgar berdiri di ambang pintu. Menatap adik perempuannya dari kejauhan.
"Ck. Ah!" gerutu Bila saat melihat tangga lagu yang sulit untuknya. "Susah banget ini mah. Elah."
Bila membanting gitar milik Edgar.
Sontak, Edgar menghampiri sang adik.
"Eh, Gar, gue gak bermaksud banting –"
Edgar meletakkan tasnya, lalu meraih gitarnya yang tergeletak di lantai.
"Mana sini coba lagu yang mau lo nyanyiin," pinta Edgar. "Gue yang gitarin, lo yang nyanyi."
Bila terhenyak.
Ia meraih buku panduan lagunya, lalu menyerahkannya pada Edgar. "Nih."
Edgar melihat sejenak lagu yang ada dibuku,"Ah, gampang ini mah. Lo mau dinada rendah apa tinggi?"
"Rendah aja. Gue bukan beyonce, ntar keselek kalo nada tinggi."
"Siapa juga yang bilang lo beyonce. Lo aja bogel, sesuai lah kalo nyanyinya di rendah."
Bila memukul lengan Edgar yang tertawa geli membully sang adik.
Lalu, kembali melanjutkan aktifitasnya.
Ia memetikkan nada-nada pada senar gitarnya. Sedangkan, Bila, dengan suara merdunya ia mengalunkan lagu yang indah dan dirasa terasa pas di telinga.
Keduanya melewati waktu bersama.
Saling bertukar bahagia dan canda. Mungkin, moment seperti ini lah yang hilang selama setahun terakhir.
Ratih yang secara tidak sengaja melihat kedua anaknya, ikut terenyuh. Ia menitikan airmata bahagia.
Rasanya, seperti sesuatu yang hilang itu kembali pulang. Bahagia itu kembali. Meski tidak secara utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Second Chance
Novela JuvenilJalanan adalah gallerynya. Hidupnya adalah kanvas. Dia adalah kuas. Dan, Tuhan adalah juri. Yang akan menentukan, bagus atau tidaknya gambar yang ia buat dalam kanvas dan gallerynya. Dan, the best partner in lifenya adalah adiknya sendiri. Tanpa it...