***
Caca berjalan menyusuri lorong sekolah yang semakin banyak orang berlalu-lalang. Seperti biasa, ia sempatkan untuk menoleh ke arah parkiran. Berharap Edgar datang.
"Ca, kita turut bersedih, ya. Semoga Edgar baik-baik aja," ujar Raya dan langsung memberikan sebuah pelukkan.
Begitu pun dengan Sia dan Angel.
"Edgar pasti baik-baik aja, Ca."
"Iya. Dia pasti baik-baik aja."
"Kenapa saat hubungan gue sama Edgar mulai membaik, disaat gue mulai mengikhlaskan Alvin, disaat yang sama juga Tuhan membuat gue merasakan apa yang pernah gue rasain beberapa tahun lalu? Gue takut."
"Anggep aja ini ujian, Ca."
"Tapi, ini terlalu berat, Ya. Gue gak bisa nerima kehilangan untuk kedua kalinya."
"Gak akan ada yang pergi, Ca. Edgar pasti baik-baik aja."
=
"Siti, elu kenape murung begitu?" Babeh menanyakan pada anak gadisnya yang lebih banyak bengong belakangan ini.
"Siti kangen A Edgar, Beh."
"Iye, Babeh tau. Babeh juga kangen tuh anak somplak. Tapi, kudu gimane lagi. Kita berdo'a aja yang terbaik buat dia, Ti. Mudah-mudahan dia cepet sehat lagi."
"Iya, Beh."
=
Kesedihan pun juga dirasakan Stefan dan Angga.
Keduanya yang biasa berbuat onar, kini lebih banyak terdiam. Mereka merasakan sesuatu yang hilang.
"Anjir sepi juga ya gak ada si tukang ojek itu," celetuk Angga.
"Hah? Siapa, Ngga? Emang kita pernah nongkrong sama tukang ojek?"
Angga menepuk dahinya,"Edgar maksudnya, bodoh."
"Kok tukang ojek? Emang dia ngojek sekarang?"
Angga menghela nafas berat, ia enggan untuk meladeni Stefan yang lemotnya melebihi pentium 4.
"Fan, gue anterin yuk ugrade 4G."
"Lah, kartu gue 'kan emang udah 4G, Ngga."
"Bukan kartu lo."
"Terus?"
"Tapi, otak lo yang lemotnya ngalahin siput jalan."
Angga meraih tasnya lalu meninggalkan Stefan yang masih terus berfikir apa maksud dari perkataan Angga barusan.
"Eh, si kampret. Gue dibilang lemot." Stefan mengejar langkah Angga yang sudah lebih dulu di depannya. "Woi, tungguin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Second Chance
أدب المراهقينJalanan adalah gallerynya. Hidupnya adalah kanvas. Dia adalah kuas. Dan, Tuhan adalah juri. Yang akan menentukan, bagus atau tidaknya gambar yang ia buat dalam kanvas dan gallerynya. Dan, the best partner in lifenya adalah adiknya sendiri. Tanpa it...