#24

227 13 0
                                    

***

Ini adalah hari ketiga Edgar tak sadarkan diri, setelah sebelumnya Dokter menyatakan bahwa Edgar mengalami koma akibat pendarahan pada bagian kepalanya.

Tak dapat dibayangkan bagaimana hancurnya Caca menghadapi ini. Setelah sebelumnya ia kehilangan Leo, apakah kali ini juga harus kehilangan Edgar?

"Gar, maaf ya baru kesini. Jam pelajaran sibuk, banyak ulangan. Oh iya, tau gak, tadi gue ulangan matematika dapet 100, loh." Caca bercerita, meski tanpa respon. Ia terus bercerita sambil mengganti bunga yang ada di kamar rawat Edgar. "Terus tadi dijalan gue liat ada segerombolan anak yang bikin mural deket komplek. Muralnya gak sebagus buatan lo. Gak ada yang bisa ngalahin karyanya King Edgar, deh."

Caca mengusap pipinya yang mulai basah dengan airmata.

"Gar, bangun dong. Gue kangen liat lo buat mural."

Caca menggenggam tangan yang terasa dingin itu. Wajah Edgar benar-benar terlihat pucat. Beberapa alat Rumah Sakit masih menempel dibadannya. Dan, dengan perban di kepalanya.

"Baru baikan sebentar, lo malah bikin gue kesel lagi. Lo ninggalin gue sendirian. Bangun dong, Edgar." Dengan nada sedikit terisak, Caca masih terus berusaha meyakinkan dirinya tegar.

Dari kejauhan, Bila menyaksikan bagaimana Caca berusaha kerasa untuk membangunkan Edgar dari sakitnya.

Bila membuka pintu kamar, dan menghapus sedikt airmata dengan ujung seragamnya.

"Lo udah makan, Ca? Ini gue bawain makanan. Kita jaganya gantian aja, kasian nanti lo capek," ujar Bila sambil meletakkan makanan yang ia bawa.

Caca masih terdiam. Tak menggubris.

"Gue takut, Bil."

Bila termenung. Memandangi wajah anak perempuan dengan seragam yang lusuh itu.

"Gue juga takut, Ca. But, there's nothin' we can do." Bila memeluk Caca dengan sentuhan lembutnya.

"Kehilangan Leo udah cukup membuat gue hancur. Gue gak mau kehilangan Edgar juga, Ca," lanjutnya.

"Iya, Bil."

"Kita berdo'a aja, mudah-mudahan dia gak apa-apa."

Caca mengangguk. Ia membalas pelukkan Bila, namun tidak melepaskan genggamannya untuk Edgar.

Suasana menjadi hening. Hanya menyisakkan suara detak jantung Edgar yang berbunyi nyaring.

A Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang