#15

256 17 0
                                    

=

Edgar pergi ke warung Babeh, setelah ia berhasil izin dan meyakinkan guru piket bahwa ia sakit.

Kali ini, ia serius. Tidak main-main.

"A Edgar, mau Siti bikinin teh?"

"Gak usah, Ti. Gue udah minum tadi."

Siti mengangguk tanda mengerti.

"Makasih ya, sebelumnya."

Siti membalasnya dengan senyuman.

"Ini gimana ceritanye bisa basah kuyup kayak gini?" tanya Babeh pada Edgar yang sedang berselimutan sarung.

"Ujan, Beh."

"Ya iya tau ujan. Cuman pan elu bawa mobil, Edgar. Begimane bisa keujanan?"

"Ya gimana, mobilnya bocor makanya basah."

Babeh tertawa sambil menggeleng. "Ada-ada aje elu, tong."

Edgar tersenyum.

Ia memainkan ponselnya setelah mendapat notif dari game COC-nya. Memencet setiap sudut layar ponselnya dengan wajah serius.

Disaat ia nyaris menang, sebuah panggilan merusak suasananya.

Bila calling...

"Shit!," gerutunya.

"Ada apaan?"

"Gar, jemput gue."

Suara dari sebrang sana terdengar meresahkan. Edgar mendengarkan lamat-lamat suara adiknya.

"Gue takut."

"Lo dimana?"

Edgar meraih kunci mobilnya, meraih seragam basahnya. Lalu, mengancingnya asal-asalan.

Menginjak pedal gasnya dengan kencang, menembus rintikkan hujan dengan rahangnya yang mengeras. Ia menggenggam stir kemudinya dengan kencang. Sangat terpancar emosi yang ada di dalam dirinya.

A Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang