#8

327 19 0
                                    

***

LINE.

KingEdgar: Caca ada di Rumah Sakit Jakarta Center. Kamar 301.

-

Notif: Your army is ready to take into battle!

LINE.

Group: Edgar's Kingdom.

Stefan: Woi, war yuk.

Angga: Caca gmn, Gar?

Stefan: Hah? Emang Caca kenapa dah?

Angga: Ketinggalan berita lu.

Angga: Caca pingsan.

Stefan: Terus?

Stefan: Edgar dtg jd pahlawan kesiangan?

Angga: Diem, gblk.

Angga: Edgar lg gabisa diganggu.

Stefan: Mas Edgar, cini peyuk. Jgn cedih ea. : (

Angga: Jijik, bngst!

Stefan: cum cum, Mas Edgar.

Klik.

Edgar mematikan ponselnya.

Ia seakan enggan untuk meladeni atau bahkan membuka notif apapun yang berada dilayarnya saat ini.

Pandangannya terpaku ke arah Caca yang masih juga tak sadarkan diri. Beberapa saat setelah ia mengabari Bunda juga kedua orang tua Caca, mereka belum juga ada kabar.

Edgar gelisah.

Sesekali ia menyentuh dahi Caca, memastikan bahwa Caca baik-baik saja.

Edgar tidak tahu harus berbuat apa, kala anak perempuan itu mulai mengigau dan meneriakkan satu nama.

"Alvin."

Edgar diam membisu. Mendengar nama itu kembali terlontar dari mulut Caca meski dalam keadaan tidak sadar.

Ada bagian dari dirinya yang hancur kala Caca menyebut nama itu.

Tak lama kemudian, Sera, Januardi, dan Ratih datang.

"Edgar," Ratih memeluk anak laki-lakinya itu.

Sera dan Januardi menghampiri anak perempuan mereka yang masih terbaring lemah tak berdaya.

"Kata Dokter apa?" tanya Ratih.

"Katanya magh-nya kambuh. Dia mungkin abis makan pedes atau –"

"Iya, kemarin pulang dari rumah kamu, dia makan pedes. Dia kalo lagi kalut pasti kayak gitu," celetuk Sera.

"Kalut?" tanya Edgar bingung.

"Oh, ya. Edgar terimakasih ya sudah mengantarkan Caca ke Rumah Sakit," ucap Januardi, seraya diikuti oleh anggukkan Edgar.

"Bun, Edgar pulang, ya. Tolong jangan bilang Caca kalo Edgar yang bawa dia kesini. Temen-temennya juga lagi menuju kesini," Edgar berbicara pada Ratih, yang juga didengar oleh Januardi dan Sera.

"Tapi, kenapa?"

"Gak apa-apa. Edgar minta tolong aja," tutup Edgar.

Kemudian, ia berpamitan dan berlalu. Meninggalkan ruangan dimana Caca dirawat.

"Edgar!"

Raya, Sia, dan Angel memanggil namanya.

"Caca?"

"Dia baik-baik aja," jawab Edgar seadanya. Sebelum ia melanjutkan langkah, ia juga menitipkan pesan pada ketiga teman Caca. "Jangan bilang Caca soal ini."

Raya, Sia, dan Angel saling bertukar pandang. Lalu, mengangguk mengiyakan.

A Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang