#16

237 13 0
                                    

***

Sesampainya di rumah Jl Melati No 91, Edgar turun. Tak perduli hujan masih dengan derasnya membasahi tubuh.

"Edgar." Bila langsung memeluk Edgar.

"Lo kenapa? Cerita!" ucap Edgar dengan nada yang sedikit meninggi.

"Edgar, duduk dulu, ya. Tante siapin teh. Kalian bisa ngobrol sambil duduk," ujar Sera.

Edgar mengangguk.

Setelah dirasa tenang, Edgar menggenggam tangan sang adik. Mengusap pucuk kepalanya.

"Biya," panggil Edgar.

Bila kaget. Ia menoleh dengan cepat ke arah Edgar.

Panggilan yang diucap Edgar barusan, adalah panggilan yang Bila rindukan. Setelah sebelumnya, hubungan antara keduanya merenggang.

"Lo kenapa?" tanya Edgar melunak.

Sirat mata Bila semakin sendu. Ia tidak pernah berada didekat Edgar seperti ini setahun belakangan. Biasanya, Edgar selalu menghindari jika Bila ingin menghabiskan waktu atau sekedar ngobrol bersama.

"Tadi, gue dihadang sama anak-anak sekolahan Asha. Terus, gue dipalakkin. Nah, gue dicolek-colek, Gar. Gue lari. Tapi dikejar. Untungnya, Tante Sera lewat. Dia yang nolongin gue," cerita Bila.

Rahang Edgar kembali mengeras. Kedua tangannya mengepal. Bila yang menyadari perubahan sang kakak, langsung menenangkannya.

"Jangan berbuat yang aneh-aneh ya, Gar. Gue gak mau lo dalam masalah lagi. Bunda udah cukup banyak masalah belakangan ini."

Edgar melunak.

"Jangan ribut-ribut lagi," pinta Bila.

Edgar mengangguk. Dan, menarik tubuh Bila ke dalam pelukkannya.

"Makasih ya, Tante Sera," ucap Edgar.

Sera mengangguk.

Suasana terasa hening. Hanya terdengar suara rintikkan hujan di luar yang semakin deras.

"Ma!"

Caca berlari ke arah Sera dengan tubuh basah akibat hujan. Ia menghentikan langkahnya saat ia mendapati Edgar duduk sambil memeluk Bila.

"Edgar..."

A Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang