0.1 Sekolah Baru

338 13 0
                                    


Adara atau yang akrab di panggil Dara ini turun dari mobil Ayahnya di depan sekolah barunya.

Dengan muka yang agak muram, bukan, bukan karna dia tak suka sekolahnya ataupun sekolahnya yang jelek. Ini karna dia harus mulai beradaptasi kembali setelah satu tahun sekolah di sekolahnya dulu, teman bahkan sahabat dan tentunya pacar rela ia tinggalkan.

Ini semua karna Adiknya yang masih duduk di bangku SMP minta sekolah rada jauh, dan jadilah ia korban harus ikut pindah sekolah.

Memang Ayah dan Bundanya lebih memanjakan Yuta adik Dara yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

Dara melangkahkan kaki masuk ke ruangan kelasnya yang baru. Kelas bersih dan Bagus yang ada di bayangannya sirna begitu saja setelah memasuki kelasnya. Jauh sangat jauh dari bayangannya, malah lebih buruk dari kelasnya dulu yang menurutnya sudah buruk. Dan ternyata ada yang lebih buruk lagi.

GEEEEEBBBBRRRAAAKKKK

Hening.

Semua aktivitas siswa maupun siswi kelas tersebut langsung berhenti saat wali kelasnya membanting buku tebalnya di meja guru. Sungguh kelas ini benar benar kelas neraka.

"Ini ada teman baru, silahkan perkenalkan dirimu"

Belum juga dirinya mengucap,

"Lo pindahan dari mana? "

"Cantik juga... "

"Eh duduk deket gue aja cantikk. "

Sumpah demi sempaknya spongbob, ini sungguh menjijikkan.

Dara menelan ludahnya kasar.

"Hai, nama ku Adara Claudia Jafita. Boleh panggil Dara. "

"Panggil sayang boleh gak? "

"Huuuuu!! "

Kerutuk satu kelas.

"DIAAAMM!! dara duduk di kursi kosong itu. "

Dara pun mengiyakan perintah wali kelasnya tadi.

Duduk di samping cewek, ya bisa di bilang penampilannya kaya anak jalan. Baju keluar di semua sisi. Rambut di kucir ala kadarnya. Kuku di cat hitam.

Dara mengeluarkan buku bukunya saat ingin mencari bolpoin ia teringat kalau semalam bolpoinnya di pinjam oleh adiknya.

Dara merutuki dirinya sendiri memukul kepalanya sendiri dengan pelan.

Baru saja ingin mengangkat tangannya untuk ijin membeli bolpoin. Teman satu bangkunya tadi memberikan bolpoin kepada Dara.

Dara mengerutkan dahinya.

"Pake tuh, gue gak nulis. "

"Oh thanks. "

"Nama gue Della. Della Meysha"

"Gue Dar... "

"Udah tahu tadi. "

Dara menghela nafasnya dan dia lebih memilih untuk menulis apa yang di ajarkan gurunya.

Dara itu sebenarnya tipikal cewe cerewet banget kalau udah sama orang yang dia kenal ya, dan gak pernah mau ngalah sama orang lain. Dan benci banget sama orang yang jorok dan gak rapi.

Dara menolehkan kepalanya ke belakang sata merasakan kursinya sedari tadi seperti ada yang menendang.

Saat Dara melihat ke bangku belakangnya ternyata ada anak cowo yang kelakuannya lebih jorok dari teman sebangkunya.

Kancing baju depan gak ada satupun yang di kaitkan, kaos kaki hitam padahal hari selasa. Makan permen di dalem kelas dan kaki yang di tenggerkan di kursi Dara. Membuat Dara tambah benci dan kesal dengan kelas barunya ini.

"Sorry, kaki lo bisa turun gak? "

Hening tak ada jawaban.

Cowo tadi malah menutup matanya enggan untuk di ganggu.

Tapi Dara merasa terganggu.

"Tuli ya? "

Della hanya memandang Dara yang berdiri di samping cowo tadi.

Dan...





GUBBBRAAAAKKKKKK

Kaki cowo tadi jatuh begitu saja saat kaki kecil Dara menendang kursi miliknya sendiri. Membuat seisi kelas menjadi hening dan menatap mereka berdua. Termasuk guru yang sedang mengajar di kelas mereka.

Bagas. Nama cowo tadi. Dia mengeraskan rahang bawahnya mengepalkan kedua tangannya. Dan langsung berdiri begitu saja dari kursinya.

"Lo siapa ha?!! Sok banget lo!! Untung cewe lo!! Kalo kaga udah gue tonjok juga lo!! "

Ucap Bagas di depan muka Dara.

Dara tak takut sama sekali, dia sudah sering bertengkar seperti ini dengan anak nakal di sekolahan lamanya dulu karna sifatnya yang suka membenarkan apa yang menurutnya salah.

"Ini kelas bukan kamar tidur lo! Kalo mau tidur sana pulang!! Dan gue punya hak di sini. "

Ucap Dara tak mau kalah.

Seluruh penghuni kelas menatap mereka berdua. Sebelumnya tak ada yang berani membentak bentak Bagas selain Della dan Guru Guru BP. Guru Mapel saja takut pada Bagas.

"Sudah sudah... Duduk... "

Ucap bu esti.









Bagas Nayaka, Bad boy yang paling di takuti guru dan murid. Suka bikin gara gara, keluar masuk BP setiap hari. Hampir semua hukuman sudah pernah ia jalani. Membersihkan toilet? Sudah biasa dan biasanya dia akan membayar OB untuk melaksanakan hukumannya.

Dia tinggal bersama neneknya. Gak pernah tidur di rumah, setiap malam pasti kelayapan.

Dia gak pernah suka yang namanya di atur ataupun di bentak bentak. Menurutnya hidupnya dalah hak pribadinya sendiri tak ada yang boleh mengaturnya ataupun melarangnya.

Neneknya sudah bosan mengingatkan Bagas tentang masa depannya nanti jika ia tetap dengan pendiriannya itu. Percuma, hanya seperti angin yang lewat begitu saja.



**

Dara menyibakkan poni panjangnya dengan kesal. Menendang nendang kerikil yang berada dekat dengan kakinya.

Menunggu. Hal yang paling di benci oleh gadis yang memiliki tinggi 165 ini.

Sudah hampir 30 menit ia berdiri di depan gerbang sekolahnya menunggu ayahnya yang katanya akan menjemputnya, tapi nyatanya tak datang datang.

Ingin Dara menghubungi pacarnya untuk menjemputnya. Tapi Dara yakin itu akan di tolak mentah mentah oleh pacarnya, yang pasalnya lebih memilih membaca buku dari pada panas panas menjemputnya.

Farrel Davian, biasa di sapa Ian. Cowok setinggi 182 ini dengan wajah tampannya, rahang kuatnya dan mata coklatnya telah menghipnotis semua cewe yang bertemu dengannya.

Namun dari seluruh cewe yang mengidam idamkan dirinya, ia lebih memilih Dara sebagai pacarnya. Dia juga tak tahu kenapa dulu ia menembak Dara.
Waktu itu Dara selalu menyapanya saat dia sedang berada di perpustakaan. Dan lama kelamaan, sapaan dan senyuman manis gadis berambut panjang itu menyihir hatinya dan membuat mulutnya mengeluarkan kata yang tak pernah ia duga.

Walau sikap dingin dan cueknya terhadap Dara. Dara tak pernah mundur satu langkah pun. Dengan caranya sendiri ia bisa memahami sifat Ian. Sifat khas Ian yang selalu menghipnotisnya.

Awalnya memang sakit selalu didiamkan, Dara kepingin pacaran seperti cara orang umum, tapi setiap Dara mengeluhkan itu ke Ian. Ian selau menjawabnya dengan melemparkan buku kepada Dara dan menyindir nilai Dara yang berada di bawah rata rata.

Dan dari situlah Dara ingin mencintai Ian dengan caranya sendiri begitupun dengan Ian yang diam diam juga sangat memperhatikan Dara.

Kasih sayang tak perlu harus di ungkapkan.

Begitu pikirnya. Dia tak ingin mengumbar kemesraan di depan umum. Untuk apa kemesraan jika ujung ujungnya pisah?

Realistis memang.

Next?

Comment

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang