Bagas berjalan dengan menenteng tas ranselnya dengan satu bahu. Bersiul siul dan berjalan dengan tenangnya di koridor sekolahnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.15. Ia baru datang ke sekolah. Semua murid sudah datang dan menyimak pelajaran jam pertama tapi dirinya malah santai santai berjalan seperti tak memiliki beban.
Laki laki dengan celana hitam dan kemeja abu abu dengan buku besar itu melihat punggung Bagas yang masih terus berjalan di depannya tanpa rasa takut.
"Bagas! "
Pak Ergan.
Guru BP yang anti kebal terhadap Bagas. Padahal bagas sudah masuk lakukan apapun untuk membuat gurunya itu tunduk dan menyerah padanya. Tapi itu tak bekerja sama sekali.
Pak Ergan hanya ingin murid muridnya menjadi manusia yang berakhlak baik. Ya walaupun harus dengan mengeluarkan banyak keringatnya.
Bagas menoleh saat namanya di teriaki oleh seseorang di belakangnya.
Bagas hanya tersenyum tanpa dosa dan melambaikan tangan kanannya seperti ia menyapa teman temannya.
Seluruh murid dan guru di setiap kelas keluar dari kelas mereka melihat kejadian ini. Semua sekolah sudah mengetahui jika mereka berdua adalah musuh bebuyutan.
Pak Ergan berjalan mendekat ke arah Bagas, yang di dekati bukannya takut eh malah balik nantang. Dia juga ikutan berjalan maju dan menaik naikkan kedua kalinya bersamaan.
"Datang terlambat! Tidak memakai dasi! Baju di keluarkan! Sepatu tidak memenuhi persyaratan di pereturan! Mau kamu apa? Mau kamu di keluarin dari sekolah?!! "
Bentak pak Ergan cukup keras sampai sampai anak anak yang sedang memerhatikan mereka merinding mendengarnya.
Bagas hanya tertawa sinis dan mendekatkan bibirnya di telinga guru bebuyutannya itu.
"Pak Ergan tersayang. Makasih sudah ingatkan saya. Jika kalian berani keluarin saya dari sini. Saya jamin nenek saya bakal jabut anggaran yang selama ini beliau salurkan. "
Lalau ia kembali ke tempatnya semula.
"Ya saya sih seneng seneng aja. Tapi ya dipikir dulu aja deh ya pak. "
Bagas membalikkan badannya dan berjalan menjauhi kerumunan yang tengah melihat dirinya. Sang guru pun masih terdiam di tempat mengeraskan graham bawahnya karena perkataan yang Bagas lontarkan.
Bagas melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Kelasnya kosong hari ini karena guru Matematika mereka tengah melahirkan. Bagas berjalan melewati meja Dara. Dara tengah sibuk dengan catatan kecil yang selalu ia baca. Entah apa itu.
Bagas melemparkan tasnya ke atas meja dan duduk di kursinya. Della langsung menoleh ke belakang agar mudah berbicara pada Bagas.
"Gila lo gas. Pagi pagi udah bikin heboh sekolahm kapan sih lo berubah? "
"Kepo amat "
Dara menegakkan kepalanya dan ikut menoleh kebelakang.
"Lo uda bosen idup atau gimana sih? "
Tumben. Tumben si Dara mau ikut nimbrung pembicaraan orang lain.
"Wih. Mbak Dara peduli amat sama gue. "
"Lo mungkin harus di rukyah. "
"Lo pikir gue kesurupan? "
"Maybe "
"Gas. Nanti pulang sekolah ke base camp kan? "
Tanya Della
Dara langsung diam saat mendengar awal percakapan yang mungkin ia tak ada kaitannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/102034509-288-k41415.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Good Lips
RandomGara gara pindah sekolah, hati yang awalnya hanya milik laki laki yang di anggapnya Cinta pertamanya.... Berpaling ke orang lain yang sifatnya jauh dari Cinta pertamanya... Malah bisa dikatakan 180%. Warning : ⚠ bahasa non baku.. Jika sudah memb...