0.15 Sakit Tapi Tak Berdarah

81 3 4
                                    

"Mah!..  Yuta mana sih? dara cari di kamar gak ada..  Udah telat nih. "

Dara menuruni tangga rumahnya sembari memakai dasi. Ia mendekati mamanya yang tengah sibuk mengurusi sarapan mereka. 

Ayahnya masih tenang duduk di sofa sembari membaca koran. Apa tidak ada yang mendengar teriakannya? Emang kurang keras apa?

"Mamah..  Yuta mana? "

Ucap Dara pelan saat mengambil roti isi di atas meja makan.

"Gue di sini.  Buru. Kak Bagas udah nunggu dari tadi. "

"Ya udah.  Mah Yah..  Dara berangkat..  Assalamualaikum. "

"Waalaikumsalam. "

Dara langsung masuk ke dalam mobil milik Bagas sembari menggigit roti isi yang ia ambil tadi.

Sudah hampir 5 Bulan yang lalu dirinya diantar jemput oleh Bagas. Awalnya memang ia menolak.  Tapi setelah dipikir pikir tak ada salahnya ia mau, ngirit ongkos juga.

Bagas menyalakan mobilnya dan menggerakkan setirnya agar mobilnya keluar dari halaman rumah Dara.

Hening sedari tadi.  Hanya ada suara musik yang menyeruak sedari tadi,  biasanya mulut Bagas dan Yuta tak bisa diam.  Tapi sekarang Yuta tengah sibuk membuat contekan di kertas kecil yang sudah ia siapkan.  Hari ini ia akan ulangan harian sejarah.

Sejarah hidupnya sendiri aja lupa apa lagi di suruh ngehapalun sejarah orang lain.  Ya puyeng.

Dara di kursi depan membaca buku catatannya sembari meminum sereal yang mamanya buatkan.  Kaca mata bundarnya yang sedari turun tak mengurangi kefokusannya. 

Dara minus 2, jadi setiap ia baca sesuatu ia harus memakai kacamata.  Sebenarnya dokter menyuruhnya memakainya setiap hari tapi Dara menolak ia tak percaya diri dengan kaca mata bundarnya yang bertengger di hidungnya.

Bagas memandangi mereka berdua bergantian.  Menghela napas kasar dan mengutuk dirinya sendiri.

"Mau maunya sih gue ngejemput mereka.  Kan ini kaya gue sopir mereka gitu. "

Batinnya.

"Hih"

Desisnya.

Dara menoleh ke arah Bagas.

"Kenapa lo? Kebelet boker atau kencing?  Atau malah lo cepirit? "

"Enak aja. Ya enggak lah.  Tadi bangun tidur udah gue buang semua. "

"Terus kenapa? "

"Ya gak papa.. Btw lo kok kayanya Jarang ketemu Ian sekarang? "

Dara melamun,  sekelbat bayangan wajah dingin milik lelakinya itu terlintas di pikirannya.

Terakhir ia bertemu denganya 3 minggu yang lalu itupun tak sengaja bertemu di gramedia saat Dara menemani Della membeli buku masakan.

Chat?  Mereka juga sudah jarang melakukannya.  Putus?  Belum bisa dikatakan seperti itu.  Karna keduanya belum memutuskannya.  Entahlah mungkin mereka masih di ujung belum masuk ke jurang.

"Woy malah ngalamun.  Sampe di pamitin adik sendiri gak denger. "

Suara Bagas membuat Dara tersadar dari lamunannya. 

Suara nge bass milik Bagas ini yang selalu membuatnya lupa sesaat dengan masalahnya dengan Ian. Apa mungkin dunianya sudah teralihkan?  Entahlah.












Sekolahnya masih tetap sama seperti biasanya. Bel istirahat baru saja berbunyi semua siswa maupun siswi langsung berhamburan ke kantin satu hal yang sama yang mereka semua rasakan.  Penat dan lapar.

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang