Dentuman musik, suara papan catur, suara mobil dari game, dan kulit kacang berserakan di lantai. Markas sangat ramai sekarang karna ulah Bobby yang menyuruh seluruh anggota genknya berkumpul menemani Bagas yang tengah sakit.
"Bobby keluar rumah sakit kapan gas? "
Tanya Firly
"Ya mana gue tau, lo kira gue dokternya apa? "
"Ya kan mungkin lo tau. "
"Emang mau ngapain? "
"Gak papa tanya aja. Soalnya kalo itu bocah ada, ini PS udah di embat sama dia. "
Saat suasana markas tengah ramai-ramainya salah satu teman Bagas masuk.
"Nenek lo gas. "
Setelah mengucapkan itu, semua langsung berhamburan keluar dan memberi salam ke neneknya Bagas sementara Firly menemani Bagas berjalan di belakang.
"Wah makasih loh ya udah di temenin Bagasnya. "
Semua hanya tersenyum canggung, lalu salah satu dari mereka berpamitan dan disusul oleh temannya yang lain.
Kini tersisa Bagas dan neneknya oh ya ada pak sopir tapi di dalam mobil.
Bagas menatap tajam ke arah neneknya. Dengan langkah pelan neneknya memasuki rumah yang selama ini di tinggali oleh cucunya itu. Berantakan banyak putung rokok dimana-mana. Lalu wanita paruh baya itu memasuki dapur dan membuka isi kulkas, hanya ada saus spaghetti dan beberapa telur ayam yang dibeli Dara kemarin.
Saat neneknya menyentuh gagang pintu kamar Bagas dan ingin membukanya, Bagas menahannya dan menatap tajam.
"Mendingan pergi deh. "
"Bagas udah sehat? "
"Gak bisa lihat? "
"Boleh lihat lukanya bagas? "
Wanita paruh baya itu lantas memegang lengan kanan Bagas namun dengan cepat Bagas menghindar ia benar-benar tak mau di sentuh oleh tangan neneknya yang kotor itu.
"Itu ada obat-obatan sama beberapa bahan masakan nanti masukin kulkas ya. Oh ya ada uang saku kamu, nenek tau motor kamu masih di kantor polisi, nanti biar Arien yang ambil ya. "
Bagas hanya diam dan memandang ke arah lain.
"Ya udah nenek pulang ya. "
Saat neneknya ingin keluar dan pulang, ia bertemu dengan Dara. Sontak Dara langsung menyalami nenek Bagas.
"Cantiknya. "
Kata itu membuat pipi Dara memerah.
"Kalo boleh tahu, nenek ini siapa? "
"Oh ya maaf. Saya neneknya Bagas. Kalo eneng ini siapa? "
"Saya pacarnya Bagas nek. "
"Oh gitu. Tolong jagain bagas buat nenek ya. Nenek pamit dulu. "
"Oh iya. "
Setelah mobil nenek Bagas hilang dari pandangan Dara. Dara buru-buru masuk, tapi Dara terbelalak kaget. Bukan karna ruangan yang terlampau kotor, tapi Bagas terisak di lantai. Ia melempar sayur-sayuran yang diberikan neneknya tadi.
Dara langsung berjongkok dan menghentikan Bagas, lalu memeluknya hangat. Bagas benar-benar menangis di pelukan Dara. Dara menepuk-nepuk punggung Bagas ia tak habis pikir bad boy seperti Bagas bisa menangis sampai seperti ini.
Setelah beberapa menit menangis Bagas sekarang memejamkan matanya sembari menaruh kepalanya di paha Dara. Dara refleks mengelus rambut milik Bagas.
"Kenapa? "
Dara sudah berani bertanya karna sekarang Bagas sudah tenang.
"Aku benci tapi aku juga sayang. "
"Hm? "
"Nenek. "
"Kenapa kamu bisa sebenci itu sama nenek kamu? Pasti ada alasan. Coba cerita"
"Jadi dulu waktu umur aku 5 tahun orang tua aku meninggal....
#flashback
Hujan turun tapi tak begitu deras seakan menyelimuti kesedihan yang baru saja menimpa diriku.
Ya memang waktu itu aku masih kecil jadi aku agak lupa bagaimana detailnya.Semua orang menangis sembari memelukku erat dan semua orang memakai baju hitam. Di depan ku ada dua orang yang tertutup kain putih. Aku belum tahu mereka siapa karna wajah mereka sudah tertutup kain.
Aku sempat bingung tidak menemukan orang tuaku waktu itu. Aku berfikir semua keluarga ada disini tapi kemana kedua orang tua ku? Sepatutnya mereka juga berada disini bukannya pergi mengurusi bisnisnya.
Tanteku menggendongku dan membawaku ke dalam mobil, aku gak bisa lihat keluar kaca mobil karna hujan dan waktu itu kabut juga turun. Cukup lama perjalannya.
Lalu kita berhenti, waktu aku turun yang aku lihat hanya rumput hijau. Tapi di dekat pohon ada dua lubang.
Aku lihat semua proses kedua orang tua ku di makamkan tanpa meneteskan air mata sedikit pun karna aku belum tahu siapa mereka. Tapi setelah aku membaca papan nisan dengan mengeja aku langsung menangis histeris. Ternyata kedua orangtuaku sudah meninggal.
Keesokannya aku mengurung diri dikamar aku tak mau di ganggu siapa pun. Berkali-kali bayangan kedua orang tua ku muncul membuat air mataku lagi-lagi menetes.
Tapi saat sedang bersedih aku mendengar suara nenekku waktu itu jelas sekali. Beliau sedang menelpon seseorang.
"Ini terpaksa aku lakukan. "
"...."
"Aku tau aku telah mengorbankan anakku sendiri. "
"..."
"Ini semua aku lakukan karna perusahaan hampir bangkrut"
"..."
"Kau banyak bicara. Mereka juga sudah meninggal. Kita tak bisa apa-apa "
Dari situlah aku menyimpulkan bahwa nenekku lah yang membunuh kedua orang tua ku hanya demi hartanya. Semenjak itu aku pergi ke rumah Arien saudaraku dan tinggal disana sampai aku lulus SD.
"Dan pindah ke markas ini waktu masuk SMP, tapi waktu itu aku kadang masih mau tidur dirumah semenjak kelas 2 SMP aku memutuskan untuk tinggal disini sendiri kadang Bobby tidur disini bersamaku. "
Dara sampai melongo mendengar semua cerita dari Bagas. Sampai Bagas harus melambaikan tangan di depan muka Dara.
"Hah? Serius? Sampai sekarang kamu tau gak siapa yang ditelpon nenek kamu? "
Bagas menggeleng halus.
"Kalo aku jadi kamu sih mungkin juga akan gitu. Tapi kalo ngebayangin wajah sedih nenek aku sendiri aku gak tahan, kasihan. Aku juga tau kamu kaya gitu pasti dalam lubuk hati kamu juga sayang sama nenek kamu ya walau emang tertutup sama bencinya kamu. Tapi coba deh di pikir lagi, mungkin sekarang nenek kamu nyesel. Orang bisa berubah Gas. Orang Jahat bisa jadi baik atau kalah sebaliknya. "
"Iya. Tapi emangnya manusia? Yang rela ngebunuh anaknya sendiri dan merenggut kebahagiaan cucunya sendiri demi harta? Emangvitubbisa disebut manusia Dar? "
"Ya mungkin dulu nenek kamu khilaf. "
Bagas bukannya menjawab malah menenggelamkan wajahnya di perut Dara yang telapisi oleh jaket.
"Jangan pergi. "
"Gak kok. "

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Good Lips
De TodoGara gara pindah sekolah, hati yang awalnya hanya milik laki laki yang di anggapnya Cinta pertamanya.... Berpaling ke orang lain yang sifatnya jauh dari Cinta pertamanya... Malah bisa dikatakan 180%. Warning : ⚠ bahasa non baku.. Jika sudah memb...