Akhir-akhir ini Dara seperti banyak pikiran, entah apa yang di pikirkan nya tapi Della merasa jika sahabatnya itu sedikit lesu pandangannya kerap kosong saat dirinya sedang diam saja. Jikalau di ajak bicara pun kadang tak menanggapi.
Semua teman satu kelasnya sudah berada di lapangan untuk bersiap melakukan pemanasan karna ini jam olahraga. Guru yang membimbing mereka ijin hari ini, tapi ketua kelas sudah membagi untuk cowok bermain sepakbola sedangkan cewek bermain voly.
Mereka semua langsung menyebar, semua anak laki-laki semangat bermain sepakbola. Tetapi hanya segelintir cewek yang mau bermain voly, mereka malah asyik duduk-duduk di pinggir lapangan sembari bergosip.
Awalnya Della sudah mengambil posisi di lapangan, tapi saat manik matanya melihat ke arah Dara, Della mengurungkan niatnya untuk ikut bermain dan mendekati Dara yang tengah melamun.
"Liatin siapa? "
Dara hanya menoleh lalu tersenyum.
"Lo lagi mikirin apa sih Dar? "
"Gak kok. Kok lo gak main? "
"Gak lagi males aja. "
Hening lagi,
"Dar. "
"Hm? "
"Lo anggep gue apa? "
"Maksud lo? "
"Ya lo anggep gue ini apa? Siapanya lo? "
"Ya lo sahabat gue del, kenapa sih? "
"Kalo gue sahabat lo, kenapa gak mau cerita sama gue? Kalo lo anggep gue gitu kenapa gak lo coba diskusi sama gue apa masalah lo? Kan gue bisa bantu, "
"Gue gak ada masalah kok. Ini cuman sepele "
"Mau sesepele apapun masalah itu, dan segede apapun masalah itu, gue bakal bantu. Kenapa? Karna lo sahabat gue"
Dara tersenyum hangat
"Makasih ya del"
"Gih cerita"
"Ini sebenernya bukan masalah gue, tapi ini soal bagas sama neneknya"
"Ohh, kenapa emangnya? "
"Gue kemarin habis dari rumah neneknya Bagas. "
"Ngapain? "
"........."
"Ohh, terus lo mau apa? "
"Ya gue pengen Bagas tuh maafin neneknya dan balik ke rumah dia lagi"
"Kalo masalah pribadi gini agak susah sih dar, soalnya gue takut kedua belah pihak nyalahin kita karna ikut campur urusan mereka. Dan kita bukan siapa-siapa mereka kita cuma sahabat Bagas"
Dara terdiam, apa yang dikatakan sahabatnya itu memang benar. Ia tak sepatutnya mencampuri urusan orang lain, pacar bukan berarti harus mengetahui dan mengatur segalanya tetapi pacar adalah tempat untuk berbagi cerita dan menghadapi apapun didepan. Bukan begitu? Dara rasa ia sudah kelewat batas menyelam di kehidupan Bagas, sedangkan Bagas tak pernah bertanya apa-apa tentang keluarganya, tentang mantan pacar nya dan yang lain.
Mungkin benar perkataan Della, ia tak boleh ikut campur.
Remaja laki-laki ini duduk sendirian di halte bis dekat rumahnya, entah apa yang ia pikirkan. Sudah berkali-kali ia dimaki oleh kernet bus karna ia tak menjawab ajakan sang kernet untuk naik bus. Ia memang tak berniat naik bus, ia hanya ingin duduk seperti ini dengan kepala tertutup hoodie hitam yang ia kenakan.
Ian menutup matanya saat ia mendengar suara ibunya yang lagi dan lagi memarahinya karna semua kesalahannya. Nilai yang turun, berat badan yang terus menerus turun, bolos sekolah, tidur di kelas, kamar yang seperti kapal pecah, makanan yang tak pernah ia habiskan. Ibunya bingung entah kenapa anak lelakinya itu bisa menjadi seperti ini dulu semuanya selalu sempurna jika Ian yang mengerjakan, tapi kenapa sekarang anaknya seperti tak memiliki semangat hidup?
Kaki kanannya melangkah maju menuju ke tengah jalan raya yang waktu itu ada beberapa mobil yang berlalu lalang, beberapa orang yang melihat Ian berteriak agar pemuda itu mendengar namun tak dihiraukan sampai tiba-tiba semua menjadi gelap.
Beberapa mobil berhenti dan orang-orang berkumpul ditengah jalan, Ian tiba-tiba pingsan di tengah jalan tak ada satupun kendaraan yang menyenggolnya atau menabraknya. lalu salah satu warga menelpon ambulan agar pemuda ini dibawa ke rumah sakit.
Dara dan Della berlari kalang kabut di lorong rumah sakit setelah menerima telepon dari ibu Ian dan mendengar bahwa Ian masuk rumah sakit. Kenapa Dara sepanik ini? Karna Ian sekarang koma. Entah bagaimana ini bisa terjadi tapi Dara benar-benar tak mengerti dengan apa yang di ceritakan oleh Ibu Ian di telepon tadi, jatuh pingsan dan sekarang koma? Ini gila.
Dara membetulkan seragamnya dan juga rambutnya yang berantakan karna berlari. Saat ia membuka pintu, mata Dara langsung tertuju pada tubuh Ian yang berbaring di ranjang dengan alat-alat yang menempel di tubuhnya, dan salah satu monitor menampilkan gelombang detak jantung miliknya.
"Dara, ya ampun tante gak tau harus gimana dar, "
Wanita paruh baya ini menangis sembari memeluk tubuh Dara, Dara hanya bisa memberikan pelukan hangat. Ia bukan dokter jadi ia juga tak tahu harus bilang apa.
"Kata dokter, Ian memaksa otaknya untuk melupakan semua yang terjadi. Ia sendiri yang me-reset isi kepalanya sendiri, sampai ia jatuh koma seperti sekarang. "
Apa? Me-reset isi kepala? Kenapa Ian melakukan itu?
Dara keluar dari rumah sakit dengan memegang setumpuk kertas hasil ulangan milik Ian, dan semua nilainya 0. Dara benar-benar tak percaya dengan semua kertas yang tengah ia pegang sekarang. Bagaimana mungkin seorang Ian nilainya seperti ini.
"Ckckck, segoblok-gobloknya gue, gue gak pernah dapet nilai 0 kaya gini"
Ucap Della yang berdiri di samping Dara.
Dara malah meninggalkan Della dengan berjalan terlebih dahulu dan masuk ke dalam angkot.
Dara di dalam angkot pun masih meneliti satu-satu kertas yang berada di tangannya itu. Della menatap Dara aneh, kenapa Dara sangat khawatir? Bukannya ian sudah mantan? Tapi kenapa Dara tadi sampai kalang kabut lari ke rumah sakit? Dan sekarang khawatir dengan nilai-nilai milik mantannya. Kalau sampai Bagas tau tentang semua ini, sudah dipastikan singa itu akan marah besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Good Lips
NezařaditelnéGara gara pindah sekolah, hati yang awalnya hanya milik laki laki yang di anggapnya Cinta pertamanya.... Berpaling ke orang lain yang sifatnya jauh dari Cinta pertamanya... Malah bisa dikatakan 180%. Warning : ⚠ bahasa non baku.. Jika sudah memb...