0.27 Yuta berduaan

40 3 0
                                    


Dara tengah berada di atas motor sekarang,  bukan dengan Bagas ataupun dengan Ian tapi dengan tukang ojek.

Ia buru-buru untuk ke markas bagas.  Karna tadi Dara ke kantin tempat nongkrong Bagas sepi temen-temennya gak ada. Jadi Dara khawatir kalau kalau Bagas sakit parah.  Mana sekarang dia di markas pasti sendiri.

Setelah membayar abang ojeknya,  Dara langsung menggedor-gedor pintu markas Bagas.

"Ya? "

"Bu Arien? "

"Masuk. "

Dara tak tahu sama sekali jika Bagas adalah adik sepupu dari Bu Arien.

"Heran deh Dar,  kok kamu mau jadi pacarnya si pembuat rusuh.  Aku tuh sebel banget sama itu bocah susah banget kalo di atur. "

"Gak tahu juga hahaa. "

Saat dua perempuan itu sedang asyik membicarakannya di dapur.  Bagas hanya geleng-geleng kepala sembari menghabiskan jus buatan Arien.

Sebenarnya Bagas sudah menolak Arien untuk menjaganya.  Tapi karna tangan kanannya sakit ia jadi tak bisa apa-apa.

Setelah semua pekerjaannya selesai Arien kembali ke sekolah karna ia harus mengajar anak-anak Osis belajar Drum Band.

Bagas hanya senyam-senyum dibalik perban yang menutupi pelipisnya dan pipinya itu karna Dara sedari tadi menatapnya tajam seakan ingin mengunyah mentah-mentah kepala Bagas.

"Udah dong liatinnya.  Matanya gak sakit melotot terus.  Mending pijitin aku aja.  Badan aku pegel semua. "

"Gak mau.  Salah sendiri tawuran. "

"Aaaawwwww! "

"Kenapa??  Mana yang sakit??? "

Bagas malah tersenyum jahil,  ternyata ia sedang menerjai Dara dengan berpura-pura sakit

"Udah sih,  gak usah ngambek.  Aku tau kamu khawatir. "

"Udah tahu aku khawatir kenapa masih tawuran aja?! "

"Aku gak tega lihat Bobby kaya gitu. Aku cuma mau bela temen aku sahabat aku.  Emang salah? "

Dara diam.  Ia tak bisa menyalahkan Bagas lagi setelah apa yang ia ucapkan.  Jika Dara di posisi Bagas mungkin Dara juga akan begitu.

"Tapi kalau kamu juga sakit gini, kamu gak bisa jenguk Bobby. Ya kan? "

"Iya juga sih. "

Dara memutar bola matanya jengah.  Kadang cowoknya ini suka lelet kalo mikir.

"Oh ya katanya kemarin kamu sempet kecapean ya? "

Dara hanya mengangguk sembari memijat kaki kiri Bagas.

"Terus katanya mantan kamu ngasih obat? "

Tangan Dara langsung berhenti saat Bagas berkata seperti itu.

"Tapi gak aku minum kok tuh masih di plastiknya. "

Ucapnya

Bagas hanya tersenyum,  lalu ia mengusap lembut rambut pacarnya itu.

"Gak baik kaya gitu.  Kalo di kasih ya di gunain.  Apalagi itu obat itu kan juga buat kesehatan kamu juga.  "

Dara dibuat kagum dengan perkataan Bagas baru saja.  Dara kira Bagas akan marah dan cemburu karna Ian sudah perhatian kepadanya ternyata ia salah.

"Kamu gak cemburu? "

"Kenapa harus cemburu?  Kan dia gak megang kamu.  Ya kalo dia berani megang kamu aku maju.  Walau dia mantan gak papa kan tetep jaga silaturahmi. "

Dara tersenyum bangga, ia beruntung punya pacar seperti Bagas,  ya walau Badung dan kadang lelet tapi Bagas orang yang baik.







Cowok berhoddie putih itu sedari tadi celingak-celinguk seperti sedang mencari seseorang. Tak lama dari kejauhan ada seorang cewek yang berjalan mendekat ke arahnya dengan wajah yang marah.

"Kan aku udah bilang jangan sampe Bagas lecet sedikitpun tapi kalian malah buat dia babak belur. "

Andres menahan amarahnya, ia lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"Kenapa bang Andres marah?  Mau pukul Letta? "

Andres melangkah lebih dekat ke arah wajah Letta dan menatap lekat-lekat wajah dan mata Letta.

"Gue pikir-pikir lo gak cantik juga. Gue bodoh banget sih bisa suka sama lo dan mau di manfaatin sama lo!  Eh asal lo tau ya gue emang suka sama lo!  Tapi lo udah injek-injek harga diri gue!! "

Andres membentak Letta sampai uratnya keluar di lehernya. Membuat Letta hampir menangis, lalu pergi begitu saja.

Andres menarik rambutnya kasar.  Ia tak sadar sudah membentak Letta sangat keras. Apa dia sudah gila? 




"Kamu bener gak papa sendiri? "

Dara agak khawatir dengan keadaan Bagas.  Apalagi ia sendiri di sini, karna Dara harus pulang.

"Gak papa.  Sana gih,  kasihan abang gojeknya nungguin. "

"Ya udah,  aku pulang. Besuk pulang sekolah aku kesini lagi. Oke? "

Bagas hanya mengangguk pelan.


Motornya berhenti tepat di depan gerbang rumah Dara,  dan Dara memberikan uang ke akang ojeknya.

"Nih bang.  Kembaliannya ambil aja. "

Setelah mengucap itu Dara langsung masuk. Abang ojeknya malah ngedumel karna uang Dara bukannya lebih tapi emang udah pas.

Saat ingin masuk ke dalam rumah,  Dara melihat sepatu cewek di deket pintu tapi itu bukan miliknya. Tapi sebelahnya ada sepatu milik adik lelakinya.

"Dara pulang. "

Kresekk.

Dara langsung mengintip ke arah ruang TV.  Ternyata Yuta eh tapi tunggu.  Dara berjalan mendekat untuk melihat siapa yang sedang bersama adiknya. Saat Dara sudah makin dekat tiba-tiba

"HALO KAK AKU JELITA,  TEMEN SATU KELASNYA YUTA.  "

Ucap nya lantang membuat Dara kaget dan hampir terjungkal kebelakang.

"Ya gue udah tau gak usah kenceng-kenceng gue udah denger! "

Dara refleks membentak,  membuat Yuta menginjak kaki kakaknya.

"Aw! "

Yuta melirik ke arah kakaknya memberikan isyarat untuk pergi dari situ. Tapi bukannya paham ia malah duduk di sofa dan menonton film yang tadi mereka berdua tonton membuat Yuta sangat kesal ingin ia membuang kakaknya itu ke planet pluto eh bentar tapi kan pluto bukan planet alah bodo amat.

"Maafin kakak gue ya.  Dia emang suka Gitu. "

Dara langsung memicingkan matanya dan melotot ke arah Yuta, membuat Yuta bergidik ngeri takut nanti kalo kena makan sama kakaknya itu.

"Tenang gue gak doyan makan orang.  Ya udah gih lanjut nonton,  gue ke kamar. Jangan buat adek gue baper lagi ya. "

Ucap Dara sembari berjalan menaiki tangga yang disusul teriakan kesal dari mulut adiknya.

"Kamu baper?  Sama siapa? "

Jelita bertanya dengan polos nya membuat Yuta menghela nafas kasar.

"Kenapa? "

"Ha?  Enggak papa.  Ya udah lanjut nontonnya. "















Lama tak jumpa





Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang