0.8 POTEK

100 8 0
                                    

Bagas masih tak percaya, ia mengedip kedipkan matanya beberapa kali. Ini gila,


Arien gurunya?!!!

Sumpah demi sempaknya patrick. Bagas masih belum percaya. Ternyata pekerjaan barunya disini adalah guru?

Gak A6 banget, kalo ada saudara yang jadi guru di sini.


"Tolong di patuhi ya. "

Ucap Arien, atau Bu arien?

Lalu ia mengedipkan salah satu matanya dan keluar kelas.

Sampai Arien sudah keluar dari kelasnya, Bagas masih menganga. Benar benar gila.

"Woy!! "

"Ee kaget, anjir"

Della sengaja menggebrak meja Bagas saat mendapati bocah itu tengah melamun.

"Lo kenapa? "

"Gak papa... Eh cewek sok suci! "

Panggilnya.

Ia menendang nendang kursi bagian belakang milik Dara.

Dara masih belum menanggapinya, biasanya ia hanya di senggol saja sudah marah marah. Ini bocah kenapa?

Bagas melirik ke arah Della. Della hanya mengedikkan bahunya tak tahu.

Lalu Bagas mencoba mengintip wajah Dara yang di tempelkannya di meja.

Ternyata ia tertidur, lucu juga.

Aha!!!




Cekrek.


"Lo ngapain sih gas? "

"Sssttt, nanti adeknya bangun... Kakakakkaka.. "

Ucap Bagas lalu berjalan keluar kelas sembari ketawa ketiwi gak jelas memandnag foto yang baru saja ia ambil.


Bagas berjalan di koridor. Awalnya ia damai damai saja sampai akhirnya ada segerombolan cabe. Dan salah satu dari mereka memang fans berat Bagas. Bukan. Bukan fans lebih tepatnya penguntit.

Namanya Letta. Cewek blesteran tapi rada goblok ini sangat sangat mengindamkan bagas untuk jadi pacarnya. Tapi karena sifatnya yang uda kaya cabe cabean di pinggir jalan yang rela ngasih apa aja ke cowok yang ia suka. Bagas jadi ilfeel.

Cowok itu suka yang bikin greget greget mancjah. Kata Bagas itu bikin cowok tertantang untuk dapetin cewek itu.

Karna cowok bakal jijik kalo ada cewek yang gak punya malu dan rela berbuat apa aja buat orang yang dia sukai.

Bagas memutar matanya malas saat tangan mungil Letta mengandeng tangannya.

"Hai Bagas. Mau kemana? Letta temenin yah? "

Ucapnya centil

"Haha.. Gak usah. "

Ucap Bagas sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan Letta di lengannya.

"ih Bagas suka gituh. Letta gak papa kok. Ayo mau di temenin kemana? "

"Gak usah Letta. "

Ucap Bagas .

Bagas berhasil melepaskan diri dengan cara agak kasar. Gak sampe Letta luka kok.

Lalu bagas berjalan meninggalkan Letta yang masih mengerucutkan bibirnya.

Bagas memasuki ruangan gelap. Bagas berjalan ke dekat dinding untuk menghidupkan lampu.

Terlihatlah ruangan yang lumayan luas dengan pernak pernik di dalamnya. Mulai dari piano, gitar, sofa, dan coretan coretan yang sengaja mereka buat di dinding, menurut Bagas itu seni.

Bagas mengambil kaleng minuman soda di dalam kotak khusus untuk mendinginkan minuman.

Lalu ia mengambil salah satu gitar yang berjejer rapi di tengah ruangan dan mebawanya ke sofa.

Menempatkan gitar itu di posisi nya dan ia bersiap untuk menjentikkan jarinya.

Jreng.


"Lo bisa main gitar? "

Tanya sesorang yang berada di balik pintu.

Dara?

Bagas hanya menatapnya datar, pasalnya ruangan ini adalah ruangan club musik yang telah ia ubah menjadi tempat kumpul kumpul temannya dan anak anak mantan club musik.

Tapi untuk apa anak baru ini kesini? Dari mana ia tahu tempat ini? Karna pasalnya ruangan ini di gedung paling belakang dan sangat jarang di lalui siswa ataupun siswi, palingan juga penjaga sekolah yang wara wiri.

"Lo anak musik? "

Tanya Dara lagi sembari melihat lihat ruangan ini.

"Lo ngapain ke sini? "

"Cari tersangka yang tanpa ijin ngefoto orang. "

Ucap Dara penuh penekanan dan menatap Bagas sinis.

Bagas malah menyunggingkan bibirnya.

"Lo suka musik? Bisa main alat musik? "

Tanya bagas kemudian saat Dara tengah menjelajahi piano yang berada di ruangan ini.

"Suka banget. Tapi gak bisa main alat musik apapun. Dan gue gak pernah mau belajar. "

"Why? "

"Gue punya phobia sama alat musik. "

"Apapun itu? "

Dara hanya mengangguk dan berjalan mendekat ke arah Bagas duduk dan ikut mendaratkan pantatnya disana.

"Lo sejak kapan bisa main alat musik? "

Tanya Dara

"Sejak TK, kata nenek gue. Dulu gue seneng banget kalo di beliin mainan yang berbau alat musik. Yah biasalah darah musisi mengalir di tubuh gue, udah di takdirkan ganteng dan punya bakat gini. "

Ucap Bagas sembari mengangkat salah satu alisnya menggoda Dara.

"Cih. "

Hening.



Hening.






"Eemmmmmm... Btw cewek yang gandeng lo tadi siapa? "

Bagas menoleh saat Dara tanya seperti itu.

Bagas menatap mata Dara. Mata coklatnya tak memperlihatkan perasaan cemburu sama sekali. Bagas terlalu berharap.

"Elo ngapain sih? Liatin guenya biasa aja kali! "

Bagas tersadar. Ia masih tetap menatap mata Dara. Ia sengaja membuat hati Dara berdegup dengan kencang.

Siapa yang gak dag dig dug cuma berdua di ruangan dan tiba tiba cowonya natap kaya gitu.

"Lo..... "

Ucap Bagas pelan.

"Lo cemburu? "

Lanjutnya.

Dara memutar matanya dan tertawa kemudian. Bagas benar benar lucu.

"Heh. Ngarep banget sih lo! Gue uda ada yang punya. "

DEG.



Kenapa Bagas yang baper disini? Kenapa dada Bagas sesak?

Bagas mengalihkan tatapannya ke sembarang arah. Ia tak mau Dara membaca sorotan matanya yang kecewa ini.

Sebenarnya ia juga sudah tahu jika Dara punya pacar. Tapi kata kata tadi seperti menusuk dalam hatinya.


Memang bukan pertama kalinya ia mengalami seperti ini.














Si BAD BOY potek .







Tbc.

Yang potek coba ayo kita tos <>


Next? Vomment.

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang