0.21 Rindu

52 6 2
                                    

Bagas sudah muak dengan sikap Letta.  Cewek murahan itu bisa-bisanya menyakiti orang yang salah. 

Bagas berjalan di koridor dengan cepat dan berkali-kali ia menabrak orang lain yang menimbulkan tatapan tak suka.  Tapi Bagas menghiraukan itu,  kakinya melangkah dengan cepat.

Lalu berbelok di sebuah Kelas dan membuat para penghuni kelas itu kaget dengan kedatangan Bagas yang tiba-tiba memukul meja.

"MANA LETTA?! "

Bagas bertanya dengan nada yang sangat keras.  Membuat siapapun yang mendemgar akan takut.

Tak ada suara yang menjawab membuat Bagas tambah muak, ia menendang sebuah meja didepannya.  Lalu berjalan keluar.

Bobby yang sedari tadi mengikutinya kualahan. Bobby sampai ngos-ngosan.

"Gas.  Udah gas. "

Teriak Bobby dari belakang namun Bagas tak menghiraukannya.  Ia tetap fokus mencari dimana keberadaan Letta.

Saat ia berbelok ke sebuah koridor,  ia melihat target yang ia cari-cari dari tadi.  Letta tengah asik mengobrol.  Tiba-tiba Bagas menarik tangannya kasar.

Membawanya ke belakang sekolah. Bobby berhenti di depan teman-teman Letta yang menatapnya jijik pasalnya wajah Bobby sudah penuh dengan keringat.

"Aw. Sakit. "

Letta mengaduh, lalu Bagas melepaskan pegangannya. Tangan Letta memerah.

"Aduh.  Kenapa sih gas?  Kangen ya sama aku?  Aku juga tau. "

Ucapnya centil sembari merapihkan seragam bagian leher milik Bagas dan mendekat ke arah Bagas.

Bagas langsung mendorong badan Letta. Membuat cewek itu mundur beberapa langkah darinya.

"Kamu kasar banget sih gas.  Jadi suka. "

Bagas sudah muak.  Kalau saja dia bukan perempuan sudah Bagas hajar sampai dia mati kalau bisa.

"Cukup ya let. Cukup! "

Kata-kata itu membuat Letta yang awalnya sedang merangkul lengan Bagas langsung di lepas dan ia menatap Bagas.

"Cukup. Gue gak suka sama lo jadi jangan deket-deket gue lagi. Kalo lo berani nyentuh Dara sedikit aja gue bakal buat lo nyesel. Kali ini gue maafin lo.  Tapi lain kali gue bunuh lo! "

Setelah mengucapkan itu Bagas berniat untuk pergi dari situ tapi tangannya di tahan oleh Letta. Letta menatap Bagas serius.

" Kalo aku gak bisa dapetin kamu.  Orang lain juga gak bakal bisa Bagas. "

Ucapnya.

"Terserah ."

Lalu Bagas melepaskan tangannya dari genggaman Letta dan pergi begitu saja. Membuat Letta geram dengan meremas tangannya sendiri.

"Hiih awas ya kamu DARA. "








Saat Bagas dan Bobby sampai di UKS,  mereka tak melihat Dara dan Della hanya ranjang yang kosong.  Penjaga UKS pun juga tak ada.

Lalu mereka keluar dan bertanya pada murid lain yang sedang nongkrong didepan kelas.  Salah satunya mengatakan jika mereka membawa yang sakit ke rumah sakit dan baru saja pergi.

Bagas langsung berlari ke arah parkiran yang disusul oleh Bobby. 

"Gue biceng ya gas.  Kunci motor di kelas soalnya. "

"Ya udah cepet. "





Saat sampai di rumah sakit Bagas dan Bobby langsung menuju meja resepsionis.

"Mbak ada gak anak SMA cewek yang baru aja di bawa kesini? "

"Oh ada mas.  Itu di UDG.  Silahkan. "

Bagas langsung masuk ke UGD dan melihat pak Ergan dan Della tengah berdiri di samping ranjang.

"Del! "

Panggil Bagas saat melihatnya. Membuat mereka berdua menoleh bersama.

"Gimana?  Kenapa sampe dibawa kesini? "

"Tadi kata penjaga UKS nya ini haris di X-ray tapi kata dokter di gak papa kok.  Mungkin dia cuma shock aja tadi.  Ini dia baru tidur efek bius tadi. "

"Syukur deh. "

Saat melihat ke arah Pak Ergan,  Bagas langsung memeluknya,  membuat Pak Ergan risih.

"Aduh pak makasih banget loh.  Kalo gak ada bapak.  Apa jadinya calon pacar Bagas pak. "

"Calon pacar? "

Ucap Della dan Bobby bersamaan membuat Bagas langsung menutup mulut bodohnya itu.

"Enggak gue gak bilang gitu.  Sst diem. Nanti Dara bangun. "

Karena ada kepentingan mendadak Pak Ergan pulang dan mengijinkan 3 siswanya ini untuk menjaga Dara sebelum keluarganya dateng.

"Kita mau beli makanan di depan.  Nitip apa gas? "

"Air putih aja satu. Yang dingin ya. "

"Oke. "

Bagas menatap dalam wajah cantik Dara,  walaupun sekarang ia tampak pucat.  Tetap saja Dara sangat cantik.  Dahinya sampai harus di perban sedikit karena tadi kata Della ada pendarahan sedikit.

Saat Bagas tengah asik memandangi ciptaan Tuhan yang Indah tiba-tiba saja mata bulat milik Dara terbuka membuat Bagas gelagapan.

Ia ketahuan sedang memperhatikan Dara.

"Aduh. "

Ucap Dara saat ia mencoba untuk duduk.

Lalu dengan cekatan ia membantu Dara untuk duduk dan menaruhkan bantal di belakangnya untuk sandaran.

"Sejak kapan UKS kita jadi gede gini gas? "

Bagas menahan tawa saat mendengarnya.

"Kok ketawa? "

"Ini bukan UKS cantik.  Ini UGD. "

"UGD?  Rumah sakit?  Lah emang luka gue parah banget ya? "

"Gak papa sih kata dokter. "

"Oh ya btw.  Lo tadi ngapain liatin gue? "

Nah loh Bagas skak mat.  Bagas gelagapan saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan Dara.  Membuat Dara menahan tawa geli sendiri.

"Enggak tadi tuh gue cuma lihat luka di dahi lo aja gak lebih. "

"Lebih juga gak papa kok. "

Ucap Dara sembari tertawa memamerkan gigi kelincinya.

Saat mereka tengah asik mengobrol Yuta memanggil nama kakaknya dan Bagas melambaikan tangannya untuk memberi isyarat.

"Oh kalian disini. Mah sini! "

"Ya ampun Anak mamah.  Kamu gak papa nak?  Kenapa bisa gini? "

"Dara gak papa kok mah. "

Mama Dara mencium dahi Dara dan meniupnya lembut.

"Udah sembuh. "

"Apaan sih mah kaya anak kecil aja.  Dara gak papa.  Cuma luka kecil aja. "

Saat melihat kedekatan Dara dan Mamahnya membuat Bagas teringat mamahnya.  Bayangan saat Bagas masih kecil dan jatuh karena naik sepeda dan mamahnya langsung mengobatinya terlintas di kepalanya.

Bagas sangat rindu mamahnya.  Rindu kehangatan yang di berikan Mamahnya dulu.  Saat ia sakit ataua saat ia sedang sedih.
Rasa-rasanya rasa sakit saat mamanya meninggal dulu tak akan hilang.  Rasa sakit itu akan terus melubangi hati Bagas walau lama kelamaan Bagas akan terbiasa dengan lubang tersebut.




Next gak nih?? 

Maaf ya typonya banyak ehe

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang