0.6 SIAL

107 8 0
                                    

Bagas memantapkan hatinya untuk berjalan mendekat ke arah Sumber suara.

Ia memilih untuk melihatnya sedikit dengan salah satu matanya. Terlihat punggung seorang wanita yang memakai pakaian serba hitam. Bukan. Ini bukan punggung neneknya. Jelas jelas rambutnya saja di warna coklat. Ia tengah menarik sebuah kresek besar entah apa itu isinya, yang jelas itu terlihat berat.

Apa dia membunuh neneknya dan memasukannya ke dalam kresek itu?

Bagas menelan salivanya kasar.
Bagas memberanikan diri untuk mendekat ke arah wanita itu.

Dan...

"Ahh... Akhirnya selesai juga! "

Bagas hampir tejungkal ke belakang, pasalnya wanita itu tiba tiba balik badan saat bagas sedang mengendap endap di belakangnya.

"Loh Bagas. Ngapain lo? "

Bagas engelus elus dadanya.

"Ternyata elo? Gue kira siapa. Njir kaget gue. "

"Kapan pulang ? Kok gue gak denger suara motor lo? "

"Baru aja. Lo ngapain di rumah nenek? Di usir bokap lo ya? "

"Enak aja. Gue bakal tinggal disini muali sekarang. "

"oh. "

"Lo gak kaget gitu? "

"Biasa aja. "

Bagas memang tak peduli, siapa pun mau tinggal disini. Toh dirinya juga jarang pulang ke rumah ini.

"Lo gak nanya alesan gue pindah kesini apa? "

"Apaan? "

"Gue dapet kerja disni!! Yey "

"Alay lu Rien. Kek bocah. Gue kira kabarnya apaan ternyata lo mau tinggal disini. "

"Emang nenek bilang ke elo apaan? "

"Katanya dia punya kabar yang bikin gue bisa sakit jantung. Eh ternyata cuma elo. "

Bagas meninggalkan Arien yang masih sibuk dengan pikirannya. Memang dasar lemot ya gitu.

Arien ini sepupu Bagas. Dia lebih Tua 6 tahun dari Bagas. Dulu waktu kecil mereka kaya bocah kembar apa apa harus sama. Tapi semenjak kepergian kedua orang tua Bagas. Mereka jarang ketemu, karena keluarga Arien pindah ke Solo karna dinas ayah Arien.

Rien panggilan wanita dengan tinggi semampai dan tubuh yang ideal ini. Rien memang cantik di tambah dengan kulit putihnya yang keturunan dari ibunya yang notabene darah jawa-cina.

Tingginya hampir sepadan dengan Bagas. Di usia yang ke 23 tahunnya ini. Dia belum pernah yang namanya pacaran. Apalagi pacaran, temen laki yang deket aja ya cuma si Bagas.

Walaupun otaknya rada lemot, tapi Rien termasuk anak yang cerdas di kampusnya dulu. Ia lulus dengan IPK hampir mencapai sempurna.

"Lo gak pernah di rumah ya gas? "

"Kepo amat. "

Bagas tengah memasukkan baju baju dan pakaian dalamnya ke dalam tasnya. Ini kesempatan untuk mengbil barang barangnya.

"Lo gak kasian sama nenek? "

"Dia juga gak kasian sama gue. Ngapain harus kasian sama dia. "

"Tapi gas. Dia tuh... "

"Berisik lo kaya emak emak. Gue cabut dulu. "

Bagas berlalu begitu saja meninggalkan Arien yang asih mematung di depan pintu kamarnya.

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang