0.19 Pelangi yang Pergi

46 3 3
                                    


"Lo siapa?! "

Bagas masih menatap mereka satu per satu. Mereka perlahan mundur saat kaki panjang milik Bagas mendekati mereka.

"Ckckck. "

Bagas berdecak membuat 4 bocah itu menatap Bagas kebingungan.

"Kalian masih kecil tapi udah begini. Apa jadinya bangsa ini jika anak mudanya udah seperti ini. Ckckck. "

Bagas berbicara seperti itu seakan lupa dirinya lebih bejat dari pada 4 bocah ini. Mereka hanya bermain kartu sembari mendengarkan lagu-lagu dangdut.

Dara hanya tertawa kecil saat mendengar perkataan Bagas yang tak tahu diri itu.

"Lo siapa bang?? Dateng-dateng komentar ha?!! "

"Eh eh anak kecil berani bener. Kalian tuh harusnya belajar. "

"Siapa lo nyuruh nyuruh kita? "

"Alah udah lah ya. Langsung keinti males gue banyak bacot disini. Gini gue abangnya Yuta. Kalian tahu Yuta kan?? Anak yang kalian bilang culun dan kalian gebukin di kamar mandi. Kali ini gue maafin kalian karena gue kasihan nanti lo lo pada di marahin sama mak kalian. Tapi kalo nanti kalian berani sentuh dan ngejek adek gue lagi gue bakal habisin lo pada. Paham?? "

Mereka ber-4 diam saja. Pandangan mereka seperti melecehkan Bagas. Tapi Bagas tak peduli. Ia berbalik dan ingin menuju ke sepeda motornya. Tapi tiba-tiba salah satu bocah itu mengarahkan tendangan ke arah punggung Bagas yang membuat Bagas langsung jatuh.

Bagas naik darah sekarang mereka tidak bisa di halusi, baiklah ini mereka yang minta.

Bagas berdiri dan mengepalkan tangannya menatap keempat bocah itu dengan garang.

"Nah kan marah. Gue bilang apa. "

Mereka berbisik sembari melangkah mundur. Lalu tanpa aba-aba Bagas meluncurkan tinjunya ke arah bocah yang menendangnya tadi.

Bocah tadi sampai terjatuh ke tanah, sudut bibirnya berdarah.

"Aah! "

"Gue udah peringatin lo! Tapi lo nekat. "

Lalu Bagas berbalik ke arah Dara yang sedari tadi menggigit jari-jarinya takut warga sekitar sini akan datang dan membawa Bagas ke kantor polisi karena udah gebukin anak orang.

"Lo keterlaluan gas. "

Ucap Dara saat mereka sudah berada di perjalanan.

"Habisnya gue udah bilang halus-halus mereka tetep nekat ya udah. "

"Punggung lo gak papa? Baju lo kotor gas. "

"Alah tendangan bocah aja kok. Paling besok baikan. Baju gue banyak habis ini gue buang palingan. "

"Cih sombong. "

Bagas hanya tertawa kecil. Entah kenapa ia merasa bangga setelah menaruhkan punggungnya untuk menolong Dara.

Dara lagi-lagi memeluk pinggang Bagas. Bukan karena Dara cari kesempatan atau modus. Ini karena Dara takut jatuh habisnya Bagas naik motornya ngebut banget udah kaya marc marquez. Tapi bedanya masih gantengan Marquez.

Sesampinya di rumah, ada motor hijau. Dara tahu siapa pemiliknya. Dara buru-buru melepaskan helm dan mengajak bagas untuk masuk.

Saat sampai di ruang tamu benar saja, itu motor Ian.

"Ian? "

"Dari mana? "

"Hi bro! "

Ucap Bagas santai. Namun Ian menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup membuat Bagas bergidik ngeri.

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang