0.26 Terciduk

40 5 5
                                    


Hari ini hari yang melelahkan untuk Dara,  pasalnya ia pulang paling akhir untuk mengerjakan semua tugas-tugas kelompok dan ia juga harus pulang naik angkot soalnya Ayah lembur dan hari ini juga Bagas tak masuk entah kemana Dara juga gak tahu.

"Assalamualaikum "

Dengan lesu Dara masuk ke dalam rumah yang di sambut oleh Mamahnya yang geleng-geleng kepala.

"Jam segini baru pulang. "

"Tugasnya banyak mah. "

"Kamu naik angkot? Bagas mana? "

"Bagas gak masuk makanya au nyampe rumahnya lama,  angkotnya ngetem dulu tadi. "

"Ya udah kamu mandi,  mamah siapin makan ya? "

" gak usah mah.  Dara gak laper. "

Baru beberapa menit ia merebahkan badannya di kasur pintunya di ketok. Terdengar suara Yuta yang memanggil namanya dan mengetok-ngetok pintu berkali-kali. Dengan malas Dara bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Di cari. "

"Aduh siapa sih?  Udah suruh pulang. Gue capek. "

"Keluar aja dulu. "

Dara hanya mengangguk namun ia malah menutup kembali pintunya membuat Yuta menahannya.

"Eh gimana sih katanya mau di temui dulu.  Gih sana gak baik buat tamu nunggu. "

Dara menatap Yuta lekat,  membuat remaja SMP itu risih dibuatnya.

"Apa sih? "

"Lama-lama lo kaya Mamah.  Bawel. "

Setelah mengucapkan itu Dara berjalan mendahului Yuta,  membuat Yuta geram dan ingin menjitak kepala milik kakaknya itu, yang udah tua tapi masih gak tinggi-tinggi.

"Gue tahu ya ta. "

Yuta membulatkan matanya saat kakaknya yang tanpa melihat ke arahnya mengetahui apa yang sedang ia perbuat dibelakangnya.  Wah kakaknya ini cenayang atau apa?

Dara sempat menghentikan langkahnya sejenak saat melihat siapa yang datang. Lalu setelah menarik nafas ia duduk di sofa dan tanpa melihat lawan bicaranya,

"Ngapain kesini? "

"Kamu sakit?"

Dara tak menjawab ia malah acuh tak acuh.

"Jangan capek capek nanti sakit. "

Dara kini geram lalu menatap dengan mata tajamnya.

"Lo kenapa sih?  Ha?  Dulu gue jadi pacar lo,  lo biasa aja.  Kenapa sekarang sok perhatian?! "

Ian tersentak saat Dara membentaknya seperti itu. Apakah benar ia seburuk itu dulu?  Ian benar-benar menyesal sudah membuat wanitanya pergi begitu saja.

"Maaf. "
Hanya itu yang dapat Ian ucapkan sembari menunduk.

"Gampang ya. "

"Maaf udah buat kamu kecewa dar.  Maaf.  Tapi aku cuma mau bilang kalo aku masih sayang banget sama kamu. "

Ian melihat ke arah leher Dara,  kosong tak ada kalung yang dulu ia berikan. Pantas jika Dara seperti itu Ian paham.

"Ini,  jangan capek-capek. "

Setelah menyerahkan sebungkus plastik Ian segera pergi.
Dara hanya memandang plastik putih didepannya itu, lalu pergi meninggalkannya.

Tapi saat ia ingin naik ke kamarnya langkahnya dihentikan oleh teriakan mamahnya.

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang