0.33 Cemburu

30 2 7
                                    


Bagas tengah tertawa bersama Bobby saat sebelum Dara dan Della menghampiri mereka, Bobby pergi saat Della mendekat. Seakan tak ingin bertemu dengan Della.

Di kelas pun ia bertukar dengan teman yang lain, alhasil Bagas harus duduk dengan temannya yang lain, itu dilakukan Bobby agar ia tak duduk dibelakang Della.

Della tampak menyalahkan dirinya sendiri saat Bobby pergi meninggalkan mereka.

"Nah. Yuk ke kantin! "

Ajak Bagas yang merangkul pundak Della dan Dara bersamaan tapi Della malah menyingkirkan tangan Bagas.

"Kalian aja. "

Ucapnya lalu pergi masuk ke dalam kelas lagi.

Dara dan Bagas saling tatap, mau bagaimana lagi?  Jika dipaksa pun mereka tetap tak mau.

"Ya udah ayo berdua aja. "

"Tapi "

"Nanti kamu beliin roti aja "

Dara dan Bagas menghampiri Bobby yang duduk sendiri di kursi yang biasa mereka duduki.
Bagas merangkul Bobby dan duduk di sampingnya.

"Jahat ye bang, gak ngajakin "

Ucap Bagas menggoda Bobby.

Saat Dara dan Bagas tengah sibuk menggoda Bobby agar tersenyum, meja mereka kedatangan tamu. Tiga cewek dengan bibir cabe.

"Cih dasar gak tau malu"

Semua langsung menoleh ke arah
Letta yang datang dengan dua dayangnya.

"Maksud lo apa? "

Dara menatap tak suka ke arah Letta.

"Lo tuh harusnya ngaca, di meja ini lo cewek sendiri. Tuh banyak yang ngatain lo tuh cabe gak punya malu ya? Oh ya lupa urat malu lo kan udah putus "

Dara bangkit dari duduknya saat ia akan menampar wajah jelek milik Letta, Bagas menahannya.

Bagas menatap Letta dan menyuruhnya untuk pergi dari sini. Karna yang menyuruh adalah pangerannya Letta pun pergi dengan centilnya.

Dara menatap Bagas yang masih menahannya.

"Lepasin! "

Bagas tak sadar ia masih menahan tangan Dara. Setelah ia melepaskan tangannya Dara pergi begitu saja.

"Lah malah pergi "

"Kejar "

"Gue tuh bingung sama pikiran cewek "

"Gue juga"

"Udah lo gak usah ikutan mikir. Gue tau lo lagi ada masalah besar. Jaga diri lo gue ngejar cewek gue dulu"

"Lah serasa di ingetin sama pacar iyuuh"

Bobby bergidik ngeri saat ia membayangkan jika Bagas adalah pacarnya. Ngeri juga

Dara duduk sendiri di rooftop sembari menatap awan putih yang tak hentinya bergerak karena tiupan angin. Dia rasa sekarang Bagas tengah bingung mencarinya. Ya masa bodo. Dara benar-benar kesal dengan perlakuan Bagas tadi, kenapa dia malah belain Letta dan memarahinya yang berstatus pacarnya? Ini benar-benar bikin dada Dara sesak karenanya, ia begitu kesal. Cemburu?  Ya mungkin.

Cewek mana yang gak cemburu kalau cowoknya belain cewek lain di depannya? Dan nyalahin pacarnya sendiri?

Dara mengambil sebuah batu dan melemparnya dengan sekuat tenaga ke arah di depannya.

"NYEBELIN! "

Teriaknya.

"Itu yang bakal orang katakan kalau batu yang kamu lempar tadi kena kepalanya. "

Dara menoleh ke belakang, rupanya Bagas telah menemukannya. Dara memasang wajah marah, ia ingin tau apa yang dipikirkan oleh Bagas.

"Kamu kenapa? "

Kenapa??  Lo masih nanya??!

"Jangan marah dong"

Dara masih terdiam, ia masih kesal dengan perlakuan Bagas tadi. Sampai Bagas duduk di dekatnya, Dara menyingkir agar tubuh mereka tak bersenggolan. Tapi sejauh apapun Dara menyingkir, Bagas kan tetap mendekat.

"Hih, ini udah pojok! Jangan deket-deket! "

Dara akhirnya berucap saat dirinya sudah diujung kursi. Dan Bagas tersenyum kemenangan saat mendengar suara judes milik Dara yang tadi berlaga cuek.

"Makanya gak usah minggir-minggir"

"Ya situ deketin mulu! "

"Ya situ ngejauh mulu"

Dara diam Bagas ikut diam. Mereka berdua hanya menatap ke arah depan dan berkutat dengan pikiran masing-masing. Bagas tak tahan dengan suasana ini,

"Ekhem"

Akhirnya Bagas memecah keheningan.

"Kamu cemburu? "

Dara menunduk, tak lama bahunya naik-turun. Merasa ada yang aneh, Bagas menoleh ke arah Dara yang sudah terisak disana.

Bagas bingung, kenapa Dara menangis?  Tadi dia marah-marah dan sekarang Dara menangis sambil tertunduk.

"Dara? "

"Kamu jahat! "

Bagas linglung, apa yang dilakukannya sampai ia dikatai jahat oleh pacarnya sendiri?

"Maaf kalo aku jahat. Jangan nangis dong"

Dara mengusap air matanya, mata sembabnya menatap wajah Bagas yang menatapnya khawatir. Tapi di otak Dara, Bagas jahat karna membela wanita lain.

"Maaf ya? "

"Gak mau! "

"Loh, terus aku harus gimana? "

Dara lagi-lagi terdiam, Bagas masih Setia memandangi wajah Dara yang masih basah karena air mata. Bagas berpikir sejenak, tadi Dara pergi saat dirinya menghentikan perkelahian Dara dengan Letta, dan Bagas...  Oh Bagas tau sekarang.

"Kamu cemburu ya? Sama Letta? "

Dara menatap benci ke arah Bagas, tapi bukannya takut Bagas malah terkekeh. Bagas meraih kedua bahu Dara dan menghadapkan ke arahnya.

"Dara, aku itu cuma sukanya sama kamu, cintanya sama kamu, sayangnya cuma kamu, gak ada yang lain. Masalah tadi ya?  Itu karna aku gak mau kamu berantem dan ngeladenin dia. Kalo dia kamu ladeni dia bakal terus ngerusuh kamu"

Dara masih diam. Bagas celingak-celinguk, memastikan mereka hanya berdua di rooftop. Lalu setelah melihat keadaan sekitar Bagas langsung memeluk tubuh mungil milik Dara dan mengusap lembut rambut Dara.

"Udah ya jangan marah? "

Dara benar-benar tak bisa menahan lagi kalau Bagas sudah begini terhadapnya. Ya walau di dalam batinnya ia takut tertangkap oleh guru BP nya karna berduaan di rooftop dan berpelukan tapi tangan-tangan Dara membalas pelukan hangat yang diberikan oleh Bagas

Bagas memang berbeda dimatanya. Walaupun dia terkenal badung Bagas tak pernah membawa-bawa Dara ke dunianya yang badung. Ia justru menjaga Dara dengan caranya sendiri. Dan akan terus melihatnya tanpa melirik orang lain.

"Udah bel tuh. Gak mau dilepasin? "

Dara langsung mendorong tubuh Bagas saat mendengar bisikan Bagas di telinganya membuat Bagas terkekeh.

Karna malu, Dara memutuskan untuk meninggalkan Bagas sendiri di rooftop dengan suara tawanya yang semakin menggelegar.

Ia sengaja membuat Dara pergi dari Rooftop karna ia ingin menghisap rokoknya. Ia sedang frustasi sekarang, entah kenapa rasa rindunya terhadap kedua orang tuanya sangat besar sekarang, padahal keduanya sudah meninggal lama tapi hati Bagas seakan merasakan kesepian yang mendalam karna keduanya telah tiada.

Hisapan demi hisapan ia lakukan. Sudah 3 putung rokok ia habiskan, tapi ia belum bisa menghilangkan rasa di dadanya ini. Jika saja waktu itu kedua orang tuanya tak harus mengendarai mobil dan tak harus menuruti apa yang di katakan oleh neneknya.

Diam-diam Dara mengamati Bagas yang tak menyadari keberadaannya, tadi saat mereka tengah berdua raut wajah Bagas sangan ceria. Tapi saat Dara pergi, wajah Bagas berubah menjadi sangat frustasi. Ini sudah waktunya Dara tau semuanya.

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang