0.16 Sad?

64 2 3
                                    

Setelah sampai di rumah Dara, Dara melepas helmnya dan terpampang kedua mata Dara yang merah. Tentu Ian khawatir dan bertanya.

"Mata kamu kenapa? "

"Gak papa kok tadi kena serangga pas di jalan.  Udah gih sana pulang.  Hati hati. "

"Iya,  besuk aku gak bisa jemput kamu,  soalnya ngurusin data data aku buat sekolah di sana. "

"It's okay. "

"Bye. "

Dara hanya tersenyum singkat,  setelah Ian hilang dari pandangannya,  Dara memutuskan masuk kedalam rumahnya.  Mata sembabnya membuat Mamahnya bertanya tanya.

"Aku gak papa mamah. "

"Ian ngapain kamu ha? "

"Aku gak papa.  I'm okay.  Dara naik dulu mau istirahat. "

Mamahnya melirik anak lelakinya yang sekarang hanya menikan bahunya tak tahu .

"Berantem apa ya? "

"Putus kali. "

"Hus. "

*

Bagas lagi lagi datang ke rumah neneknya untuk mengambil baju bersihnya dan meninggalkan baju baju kotornya.

Masuk rumah tanpa permisi dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Neneknya hanya melihat dari kejauhan.  Melihatnya sehat sehat saja membuat hati neneknya lega, tapi terselip rasa sakit dan bersalah karena membiarkan cucunya itu besar tanpa pengawasan keluarganya.

Seperti biasanya bagas mengambil uang saku dan bajunya lalu pergi lagi. 

"Tumben pulang?  Uang lo habis?  "

Ucap arien saat memergoki bagas di tangga.

"Bacot. "

"Coba deh,  kalo uang lo habis jangan pulang kesini sanggup gak lo?! "

Bagas diam.

"Gak kan??  Lo tuh kaya maling tau gak gas??  Maling di rumah neneknya sendiri! "

Bagas mengepalkan kedua tangannya.

"Asal lo tau ini rumah gue!!!  Gak usah ngatur hidup gue!!  Kalo gak suka gue keluar masuk di rumah ini pergi aja lo!! "

Bentak bagas.

"Jaga mulut kamu ya bagas.! "

Ucap arien dengan menahan air matanya jatuh

"Apa lo??  Pergi dari hadapan gue sekarang atau gue buat elo pergi dari sini?!! "

"Cukup bagas. "

Bagas menoleh ia melihat ke arah neneknya yang badannya kurus kering itu. Dari pada mendengar neneknya berkata Bagas memilih pergi.

Membanting pintu dan pergi dengan motornya.

Arien terduduk di lantai menangis,  ia tak menyangka adik keponakannya yang dulu sangat lugu berubah menjadi seperti ini.

Bagas membelokkan setir motornya ke gang kecil sepi dan berhenti di bawah pohon.  Ia turun dari motornya dan berjalan ke arah rereumputan.

Berjongkok sembari membersihkan sebuah Batu yang telah tertutup oleh rumput rumput liar yang hidup.

Sekarang terpampanglah 2 nisan yang bertuliskan KARDHIKA WAHYU FIRDAUS dan FANAYA ABRINA . Kedua orang tuanya yang telah meninggal saat Bagas berumur 5 tahun. 

"Hi mah pah.  Bagas disini. Maaf bagas gak pernah ngunjungin mamah sama papah.  Bagas dulu belum sanggup menerima kalau kalian berdua udah gak ada.  Bagas kesepian mah pah.  Kenapa kalian berdua ninggalin bagas?  Maaf pah mah bagas gak bisa jadi anak yang baik.  Bagas gak bisa jadi anak yang membanggakan. "

Bad Boy Good Lips Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang