Hari sudah mendekati sore. Bel sekolah berbunyi. Murid-murid berhamburan. Aku masih di kelas bersama Dani saat itu, membereskan buku dan juga laptop. Laptop Dani jadinya dipegang pemiliknya. Sekalian dia mau nebeng ikut pulang yang rumahnya memang searah. Ya, kami sering pulang bersama.
Sementara, netbookmu ada dalam tas, disimpan rapi di sana. Aku pakai tasku di depan agar tas tetap aman. Kemudian pergi ke tempat parkir.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba, Ram..." kata Dani di lorong kelas. Aku hanya senyum saja. "Awal yang bagus..." lanjutnya.
"Mudah-mudahan..." ya, hanya itu hal yang bisa kurespon.
Di pikiranku hanya ada kamu yang tadi siang datang ke kelas dengan membawa netbook. Ah..
Motor bebek kukeluarkan dari parkiran untuk kemudian pulang...
***
Malam yang bagus untuk makhluk nokturnal sepertiku. Aku sudah makan. Tugas sudah kuselesaikan tadi sore. Laptopku sedang on di depan mata. Netbookmu ada di sampingnya baru saja kubuka. Malam ini aku siap memperbaikinya. Maka aku mengambil CD-Rom eksternal yang ada di laci yang kemudian aku malah menemukan surat (yang seharusnya kuserahkan) untukmu. Aku mengambilnya, lalu meletakkannya kembali ke tempat semula dan mengambil apa yang harus kuambil.
Bila malam adalah waktu yang baik untuk merindukanmu, aku akan setuju. Bersama teh manis hangat, roti, laptop dan kawan-kawannya, sejujurnya, kepalaku dipenuhi tentangmu. Google malam ini masih baik, sudah membantuku untuk bisa memperbaiki netbookmu.
Netbookmu sudah kembali. Aku cek satu persatu isinya, ada rassa penasaran datang untuk melihat isi filemu lebih jauh. Namun kemudian urung, karena kutahu itu adalah tidak baik.
Ah, besok, akan jadi hari yang bagus bagiku, barangkali, aku bisa mengembalikan ini padamu kemudian akan kudapati kamu tersenyum dan berterima kasih, yang senyuman itu akan menular kepadaku.
Malam sudah larut. Aku merebahkan diri di kasur namun tak bisa tidur. Jangkrik bersautan. Aku melihat lemari yang ada surat yang sudah kutulis di sana. Ada tanya dalam hati: sekalian sajakah kuserahkan surat ini padamu, besok?

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Dilan
RomanceDear Viora, aku tahu, aku bukan Dilan yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan terang-terangan. Mungkin tak seberani Dilan, tapi biarlah, setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai, bukan?