Aku terbangun di subuh yang dingin. Ada rasa semangat lebih untuk pergi ke sekolah hari ini. Shalat shubuh, kemudian mandi dan memakai seragam dengan rapi. Kusisir rambut agar terlihat bagus. Tak lupa juga minyak wangi. Kudapati diriku yang lain di dalam cermin dengan senyum yang dibuat semanis mungkin, ada optimisme.
Ibu sudah memasak nasi goreng. Aku makan, dan itu enak. Tak lupa juga ibu memberi bekal uang yang lumayan. Ibu sudah siap dengan seragamnya juga, ia adalah guru sekolah dasar yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Sudah wangi tak kalah dengan wangiku.
"Wah, pagi-pagi sudah wangi..." kata ibu mendahului sambil duduk di sebelahku. Aku hanya senyum dan melanjutkan makan.
Ketika makan sudah selesai, maka aku tak akan langsung minum. Sudah menjadi kebiasaan, aku akan minum minimal lima belas menit setelah makan agar memaksimalkan pencernaan. Aku dapat tips baik ini saat mengerjakan tugas biologi di google.
Ibu sudah siap, aku keluar memanaskan motor. Kemudian ibu menyusul, mengunci rumah. Ke mana anggota keluarga yang lain? Aku lupa kasih tahu kamu. Kakakku perempuan, satu, anak ibu paling cantik. Ia sedang kuliah di Bandung. Adikku satu, laki-laki, sedang apa dia ya? Aku lupa, kalau gak salah sedang camping saat itu. Program di sekolahnya. Dan ayah? Dia lagi jihad mencari nafkah di negeri sebrang. Akan aku ceritakan di bab khusus nanti, ya.
Pastinya, pagi itu, aku merasa gagal dalam merapikan rambut karena menjadi percuma oleh helm yang kupakai. Kuantar ibu dulu ke sekolahnya. Setelah sampai, aku mencium tangan. Sudah itu melanjutkan perjalanan sambil menjemput Dani.
Tas kugendong di depan seperti kemarin. Dengan isi yang sudah diisi oleh netbookmu. Laptop Dani? hahaha masih di rumah, belum kusentuh.
Pagi yang cerah, kamu yang ada di kepala, udara segar dan mudah-mudahan ini adalah hari yang baik. Sekolah, oh, sekolah, akhirnya sampai juga. Bersama teman-teman yang lain, aku masuk kelas di lantai dua.
"Laptop nu urang beres, bre?" Dani akhirnya nanya juga tentang laptopnya. Itu nanya, yang artinya laptopku udah beres?.
"Belum, bre, kan lusa..." aku jawab, Dani mengokekan. Bre itu, bila kamu ingin tahu, itu adalah kata lain dari Bro.
"Ari nu si Viora, beres?" Dani nanya lagi tentang laptop Viora. Aku baru saja duduk.
"Beres hehe" jawabku sambil cengengesan.
"Teuh, ari nu urang acan, si eta beres...haha" kata Dani lagi. Ini terjemahin jangan? Terjemahnya itu ini: Tuh, punyaku belum beres tapi punya dia beres.
"Hahaha... da ini mah lebih gampang benerinna, bre..." aku ngeles.
"Kalemlah, ngarti urang... haha"
"Hahaha..."
Terima kasih sudah memahami hal ini, Dan.
***
Masih ada waktu 15 menit sebelum bel masuk. Dani mengajakku keluar, aku menuruti. Dia mengajak ke depan kelas untuk melihat ke gerbang masuk. Aku menuruti saja, siapa tahu kudapati dirimu melewat dari gerbang menuju kelas.
Maka, kami berdua berdiri di sana, sambil menikmati udara pagi di sekolah yang sedang bagus. Ada beitu banyak siswa siswi berlalu lalang, masuk. Banyak yang cantik, ada pacarnya Dani juga, ada si Nita juga yang melambaikan tangan. Ada satpam di gerbang. Guru yang baru datang pun banyak. Namun dari semua, tak kutemukan dirimu pagi itu. Ah, mungkin sudah masuk kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Dilan
RomanceDear Viora, aku tahu, aku bukan Dilan yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan terang-terangan. Mungkin tak seberani Dilan, tapi biarlah, setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai, bukan?