Cinta memang begitu kerjanya. Ia memaksaku untuk berbuat banyak hal. Dari mulai acapella, tampil boyband, hingga mengikuti acara KIR, Kajian Ilmiah Remaja. Semua orang yang suka sains berkumpul di sana. Membicarakan Biologi, Kimia, Fisika dsb. Kamu menjadi salah satu orang yang aktif di sana. Dan aku? Kebalikannya!
Dan, entah kenapa, dua tahun berturut-turut, aku selalu ikut acara ini. Bukan karena suka dengan pelajaran yang sering dibahas, melainkan karena aku senang dengan mengotak-atik elektronik. Mengulik software dan hardware komputer, termasuk membuat sesuatu dari bahan bekas yang kemudian aku bawa ke acara KIR itu.
Waktu itu, di penampilanku yang pertama, aku tampil bersama Dani. Tentu saja aku mengajaknya karena dia bisa dan berani untuk tampil di depan dengan tanpa harus merasa ada beban. Kebalikan denganku yang lebih sering pendiam.
Kau tahu, apa yang aku tunjukkan di aula, yang ditonton oleh cukup banyak orang itu? Aku membuat pemanas air dari sendok, kayu dan beberapa lilitan kabel.
"Nah, Ram, sebelum presentasi kita perkenalan dulu kaya pas tampil acapella..." usul Dani beberapa saat sebelum tampil.
"Gimana?" aku bertanya dengan bahasa sunda.
Di belakang aula, Dani mengarahkanku.
"Itu yang assalamualaikum, ente yang nyanyi bre, nanti dibeatboxan..."
"Ah, malu, suaranya jelek..." aku enggan.
"Eh... biar meriah, bre!" Dani agak memaksa. Siang itu, beberapa peserta sedang presentasi dengan penemuannya yang keren. Di depan sana sedang presentasi mengenai alat pendeteksi banjir.
"Contoan..." aku meminta contoh. Kemudian Dani memberi contoh. Mau tidak mau, aku mengikutinya.
"Buh, Ka buh, Kak!" Dani nge-beatbox, aku berlatih menyanyi untuk perkenalan. Teman di sebelah melihatku.
"Mantap bre!" Dani memuji. Kemudian setelah itu kami membagi tugas untuk presentasi
***
Maka, ketika nama kami dipanggil, kami maju ke depan melalui pintu di depan.
"A Bismaaaa!!" teriak siswi diiringi riuh yang lain. Aku maju dengan malu, sedangkan Dani berlenggak dengan percaya diri.
Kemudian, setelah salam, dan sedikit berbasa basi, Dani memulai apa yang tadi dilakukan saat latihan. Aku melihat sekeliling, Viora duduk paling depan sambil tersenyum. Aku mencoba membalasnya dan memalingkan wajah. Ah. Aku menarik nafas. Terpaksa, aku harus percaya diri agar ini berjalan lancar. Aku menyanyi seadanya. Penonton makin riuh.
Setelah perkenalan dengan beatbox itu, kami presentasi, menampilkan alat buatan kami yang merupakan pemanas yang terbuat dari garpu. Saat presentasi, demo, dan tanya jawab, alhamdulillah semua berjalan lancar. Namun katanya, untuk perkenalan tadi, itu terlalu main-main untuk prihal ilmiah seperti ini. Hahaha.
Ya, jika dibanding dengan penemuan yang lain, penemuanku jauh di bawah. Tak heran kiranya bila hari itu kami tak juara. Maka itulah tahunnya, aku bisa tampil dengan seadanya dan bertekad untuk bisa membalasnya di acara KIR selanjutnya. Sehingga, saat KIR tahun selanjutnya tiba, aku akan tampil kembali dengan penemuan yang berbeda. Dengan tim yang lebih hebat. Selain bersama Dani, aku menggaet Faisal si ganteng kalem itu.
Alat yang kubuat pun lebih ada effort-nya dibanding dengan yang sebelumnya. Aku membuat gantungan kunci yang memiliki remot. Di mana bila kuncinya hilang, tinggal ditekan remotnya, maka gantungan akan berbunyi. Dengan kegokilan Dani yang mencairkan suasana, serta aku yang memberi demo dan sedikit bicara, lalu pesona Faisal dengan gaya bicaranya yang menghanyutkan, tahun itu kami tampil dengan maksimal.
Jangankan Viora, juripun dibuat terhibur dan merespon dengan baik. Apalagi dengan kegunaan si gantungan kunci yang bisa memberi solusi untuk mereka yang kehilangan kunci. Juara pun kami raih saat itu. Aku senang bukan kepalang.
Namun, di balik itu, aku merasa masih belum jadi apa-apa. Masih merasa seperti kerikil, yang dia selalu dekat dengan kita. Ada dimana saja. Namun keberadaannya selalu dihiraukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Dilan
RomanceDear Viora, aku tahu, aku bukan Dilan yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan terang-terangan. Mungkin tak seberani Dilan, tapi biarlah, setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai, bukan?