Pasien Idaman

19K 636 19
                                        

"Ram, ini ada pasien," Dani memberikan laptopnya kepadaku. Ya, maksudnya pasien di sana adalah laptopnya yang sedang rusak. Hari itu sedang istirahat. Aku memang sering memperbaiki elektronik yang sakit. Semacam passion elektro namun sekolah di jurusan IPA.

"Kenapa?" aku tanya, aku mengambil laptop Acernya. Dulu harga laptop acer masih mahal, sekitar 12 jutaan. Seharga dengan Macbook Air. :D

"Ini, bantuin install ya...hehe" Dani cengengesan, dia duduk di sebelahku. "Bisa beres besok?" lanjutnya.

"Lusa aja gak apa-apa?" aku menatap wajahnya. Tatapan kami bertemu. Dan itu geli.

"Tong kitu ningalina, ih, sieun urang" itu kata Dani, menepis tatapanku. Kalau kamu gak ngerti, itu artinya, jangan begitu liatnya, aku takut.

"Haha..." aku ketawa.

"Oke, lah, lusa ya... nanti ditraktir..." Aku hanya senyum.

Memang Dani, dia tahu bagaimana agar hidup lebih ekonomis. Ah, bagaimana pun, kukira akan menjadi sesuatu yang baik bila menolong orang lain. Suatu saat pasti aku akan butuh bantuan Dani.

Jadi, siapa Dani? Dia temanku. Atau lebih tepatnya sahabat, satu-satunya orang yang tahu kepada siapa aku suka. Saat istirahat itu, kami berbincang sejenak untuk kemudian ada yang datang ke kelasku.

"Ada Rama?" Kamu nanya ke teman di pintu kelas. Temanku menunjukan. Kamu datang menghampiri. Aku melihatmu, Dani juga. Waktu seolah jalan melambat. Slow Motion. Ada backlight. Kamu seperti bidadari turun dari kayangan kala itu. Mungkin in terdengar lebay, namun begitulah yang bisa aku gambarkan tentangmu saat itu.

"Ram..." kamu nyapa.

"Eh, Ra..." kamu mebuyarkan lamunanku.

"Eh, Ra, damang? Ram, kantin dulu ya... pamit ya..." Dani berdiri, sambil beranjak pergi. Aku salah tingkah. Kamu saat itu? Senyum mempesona. Dani berlalu dengan basa-basinya.

"Ini, Ram, netbook aku. Passwordnya udah bener, tapi gak bisa dibuka..." kamu membawa netbook, aku memerhatikan, "bisa bantu benerin gak?"

"Oh, boleh..." aku salting, berdiri dan kemudian mengambil netbooknya.

"Bisa beres besok? Soalnya aku ada tugas," kamu nanya. Tatapan kita bertemu. Sekarang aku tak merasa jijik dengan tatapan ini. Aku suka namun kemudian aku hanya bisa menunduk lagi.

"Euuuuh, insyaallah..."

"Oke Ram, makasih yaa... besok istirahat aku ke sini lagi," kamu senyum.

"Iya, sama-sama.." aku juga senyum. Kemudian kamu berlalu, pergi meninggalkanku. Slow Motion. Backlight. Bidadari meninggalkan kelas.

Percakapan singkat. Aku tak bisa apa-apa. Tak bisa bercakap selincah Dani basa-basi. Aku ingin mengulang waktu. Namun, ah, sudahlah.

Sejujurunya aku belum tahu bagaimana cara membetulkan yang lupa password. Namun aku tak bisa menolaknya. Di pikiranku hanya ada cara untuk konsultasi dengan penjaga lab komputer atau mencari tutorial di Google.

Bel berbunyi, memecahkan lamunanku. laptop Dani aku masukan ke tas. Netbook juga kumasukan dengan pelan. Ada stiker di sana: Viora, dengan mahkota di atasnya. Senyumku melengkung.

Terima kasih untuk beberapa detik indahnya. Aku tahu, dunia lebih baik dengan adanya kamu. Maksudku, ya, tentu saja, khususnya duniaku.


Aku Bukan DilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang