Minggu, masih terus menunggu.
Aku baru selesai menonton Doraemon di RCTI barusan sebelum dilanjut dengan pertandingan tinju. Melihat alat-alat canggih Doraemon, sakapeung, aku jadi ingin punya juga. Sebutlah misal pintu ke mana saja, agar aku bisa pergi ke rumahmu untuk memberikan surat-surat yang selama ini aku tulis dengan diam-diam disimpan di kamarmu. Di balik tumpukan buku.
Atau, bila boleh, alat semisal untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Namun kenyataannya? Kadang aku berpikir bahwa aku hanyalah seorang Nobita yang tak memiliki Doraemonnya, yang menyukai Shizuka yang malah pacaran dengan Dekisugi. Hmmm.
Aku punya sih kucing, sungguhan, bukan robot yang mempunyai alat canggih. Jenis Anggora berwarna abu. Namanya Jerry. Ini semacam kebalikan dari Tom di serial kartun Tom and Jerry, ya biar gak mainstream ceritanya. Dan, siang itu Jerry menyadarkanku dari lamunan tentang Doraemon yang penuh dengan alat yang lebih seperti sihir daripada alat berteknologi canggih.
"Herrreeeeng..." ini aku yang bersuara, meniru suara kucing betina. Jerry pasti akan melirikku dan mendekat.
Ketika Jerry mendekat, aku menangkap dan memeluknya untuk kuajak main. Aku ingin seperti pemilik kucing lainnya, bermain dengan peliharaannya. Namun ketika Jerry berada di pelukanku, dia meronta. Aku paksa memeluknya dan menyimpannya di pangkuan, dia tetap meronta. Aduh, apa segitunya ya? Aku ditolak kucing, euy!
Jerry, si kucing aneh ini melompat dari pangkuanku yang sedang duduk di kursi kamar itu. Melompat dengan badan terlebih dahulu. Lalu perlahan pergi meninggalkanku yang merasa aneh karena baru kali ini kucing lompat dengan tak seimbang begitu. Jerry berjalan, kemudian berhenti sejenak, lalu tatapannya melihatku. Tatapan kami bertemu. Aku sedikit menggertak dan Jerry hanya melanjutkan jalannya, menghiraukanku.
"Yang! Makan dulu!" Ibu memanggil dari bawah. Mengingatkanku untuk makan siang.
"Muhun ma..." aku menjawab sekenannya saja sembari meneruskan kegiatan di depan laptop. Aku sedang belajar mengedit video menggunakan After Effect. Mencoba membuat gerakan semacam Will Smith dalam film Hancock yang terbang dengan hebat.
Aku mendapatkan tutorial mengeditnya dari YouTube, yang videonya aku dapatkan dari mendownload kemarin di warnet terdekat bersama Dani sepulang sekolah. Ada beberapa tutorial editing 3DxMax, juga beberapa video beatbox titipan Dani, yang tak punya flashdisk itu.
Headset kupakai, video kuputar. Aku duduk bersila sembari mencoba memahami tutorial berbahasa inggris yang sebenarnya aku tak begitu paham. Aku mengikuti langkah-langkah yang kulihat saja.
"Tok..tok.." pintu kamarku diketuk. Aku melihatnya. Ada ibu di sana.
"Ini makan dulu..." kata Ibu dengan piring dan gelas di tangannya. Berisi makanan goreng ayam dan sayur sup. Aku senyum. Ibu menyimpannya di depanku.
"Makan dulu, udah makan shalat, baru dilanjut..."
"Iya Bu..." aku menyimpan headset yang sedang dipakai. Suara adzan berkumandang, aku malah makan.
Lalu, ibu pergi ke bawah, meninggalkanku yang sedang menyantap makan siang spesial itu. Jerry melewati kamar, dia menatapku yang sedang makan. Aku mendongakkan kepala, Jerry melanjutkan jalan, menyusul ibu. Mungkin dia juga ingin makan siang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Dilan
RomantikDear Viora, aku tahu, aku bukan Dilan yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan terang-terangan. Mungkin tak seberani Dilan, tapi biarlah, setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai, bukan?