Istirahat

9.7K 384 3
                                    


Bel masuk berbunyi, aku dan Dani masuk kelas. Ada sedikit kecewa dalam dada, karena pagi itu tak ada sosokmu yang kutemukan untuk sekadar menambah cerah suasana hati. Semacam ada awan gelap menutup cerahnya langit di pagi hari. Aku duduk di tempat duduk. Ada Nita mendekat membawa snack.

"Mau Ram?" Nita menyodorkan tahu bulat. Waktu itu, tahu bulat belum seramai sekarang. Aku mengambil satu, dan memakannya. Nita duduk di samping.

Kamu tahu Nita kan? Iya, barangkali, dari sekian banyak perempuan, Nita cukup dekat denganku. Maksudku, dekat sebagai sahabat, sebagaimana aku dekat dengan Dani. Karena, ya, dari kelas satu hingga sekarang kami selalu barengan di bidang yang sama apabila ada kegiatan: Pubdekdok. Publikasi, dekorasi dan dokumentasi.

"Nit, bagi tahunya..." Dani meminta di belakang, Nita menyodorkan tahu, tahu diambil satu.

"Ram, ada kabar baru nih..."

"Apa Nit?" aku memasang wajah antusias dengen menghadapkan pandanganku padanya. Nita hendak membuka mulutnya, namun salam masuk terdengar, memecahkan suasana meriah kelas pagi itu.

"Assalamualaikum..." suara salam yang tegas. Semua orang diam dan kaget, merapikan duduknya, termasuk aku dan Nita. Abung, temanku, masuk kelas menirukan suara guru. Dia tertawa mendapati teman-teman yang kaget. Yang lainnya menyoraki. Aku ketawa. Tak lama setelah itu, datang Pak Hadi, membuat Abung segera lari dan duduk ke bangkunya. Kelas menjadi rapi.

Hari itu, pelajaran bahasa Indonesia, sejujurnya aku tidak begitu ingat dengan materi yang disampaikan Pak Hadi saat itu. Hanya saja, yang kuingat adalah aku yang corat-coret sesuatu di belakang buku. Si Dani juga corat-coret gambar dan kaligrafi. Untuk kemudian pikiranku menerawang entah ke mana, mencari hal tentang dirimu yang ada di celah-celah ingatan. Aku ingat kamu yang kemarin. Aku jadi tak sabar menanti datangnya istirahat siang ini.

Ah, kenapa pelajaran hari ini, aku merasa begitu lambat dan membosankan? Dan kenapa Pak Hadi menunjukku untuk maju ke depan menyuruhku mengambilkan minum? Oh, ya, beliau haus.

***

Pagi itu, kulahap pelajaran bahasa Indonesia dan Biologi dengan gontai, tak bergairah, ada perasaan berkecambuk dalam hati. Waktu istirahat sudah tiba. Bel sudah berbunyi. Guru keluar kelas. Teman-teman juga pergi meninggalkan kelas. Dani masih menggambar. Nita menghampiri.

"Yuk Ram, Dan, ke kantin?" Nita mengajak.

"Ah, enggak Ca, kamu aja sama Dani..." aku menolak.

"Ih, hayu, temenin..."

"Ah si Ramana ge, mau nunggu seseorang Ca... moal daekeun..." Dani berujar di belakang, sambil masih membuat gambar. Kuat dia, dari tadi ngegambar.

"Janji jeung saha?" itu Nita nanya, janji sama siapa? Aku senyum memperlihatkan gigiku yang berbehel.

"Vioooo...." Dani yang jawab.

"Tah, jadi inget, tadi pagi aku mau ngomong apa..." Nita duduk, aku memerhatikan. Dani berhenti dari menggambar.

"Si Vio sakit, aku mau ngajak kamu nengok..."

Boom! Pantas saja, tak kutemukan dirimu pagi itu. Aku hanya bisa bengong, tak banyak berkata. Aku bingung. Malah Dani yang nanya sakitnya sakit apa. Siang itu, kuketahui kalau kamu sakit demam karena barangkali kepanasan dan kecapaian kemarin. Saat itu, kamu dirawat di rumah sakit Muhammadiyah Bandung.

Nita mengajakku menengok, aku setuju, Dani juga setuju. Aku jadi khawatir. Pikiranku menjadi tambah mengawang. Istirahat saat itu hanya kami habiskan di kelas saja.

"Bawa apa ya ke sananya?" aku nanya.

"Bawa, buah-buahan aja.... nanti beli dulu di swalayan,"

Aku mengingat uang yang kupunya. Ada, untuk upgrade ram beberapa, hasil yang sudah kukumpulkan. Ah, biar.

Hari yang cerah, namun tidak dengan hatiku.

Aku Bukan DilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang