Dari sekian banyak teman kelas, termasuk teman dekatku Dani, Nita dan Akbar, barangkali aku adalah satu yang belum pernah pacaran. Sejak berojol hingga sekarang sebagai mahasiswa semester akhir di jurusan Desain, aku tak pernah tahu bagaimana rasanya bahagia ketika nembak dan kecewa ketika ditolak. Tapi, ketahuilah, bahwa aku masih dan tetap suka perempuan dan juga pernah dekat dengan beberapa teman perempuan.
Ketika SMA itu, saat kamu pacaran dengan Fahmi itu, Ra, aku pernah dekat dengan salah satu teman sekelasmu. Namanya Sari, kamu pasti tahu. Aku suka kamu dari dulu, namun ketika Sari mendekatiku, ada rasa ingin menolak namun aku tak ingin begitu, yang seolah menjual mahal, yang seolah menjadi lelaki yang sombong.
Bagiku, dekat dengan seseorang itu perlu untuk mengenal dahulu sebelum memutuskan mau melanjutkan ke jenjang selanjutnya atau tidak. Setidaknya, bila sudah mengenal, ada alasan kala mau nembak, ada pertimbangan saat harus bersahabat. Dan saat itu, aku sedang menjadi lelaki yang menghargai ketika ada perempuan yang mendekati. Kemudian bila selanjutnya tak menembak dia dan menjadikannya pacar, itu bukan PHP, itu hanya menjadi kesimpulan bahwa aku hanya ingin kamu. Bahwa, kemudian dari saran dan juga perasaan aku memilih Sari hanya sebagai teman. Untungnya, saat itu Sari bisa memahami itu.
Termasuk saat kuliah, pernah juga dekat dengan Ria. Teman SMA yang sama-sama kuliah di Bandung. Pernah bertemu beberapa kali, pernah menonton sekali. Namun tak ada rasa yang lebih dari sekadar teman. Walau begitu, sampai sekarang masih berteman baik.
Kata Dani, cinta itu harus dipertanggungjawabkan, dan aku setuju. Dan sepertinya, untuk sekarang aku belum bisa mencintai orang lain selain kamu. Bila harus memaksakannya, aku hanya tak ingin mencintai orang yang tak kucinta. Itu bukan cinta yang bertanggung jawab.
Mungkin kamu pernah tahu bagaimana kedekatanku dengan mereka, maka tak heran bila kemudian kamu biasa saja ketika aku berusaha mendekat. Juga akan merasa maklum saat aku dengan orang lain. Lagipula, aku siapa kamu sih?
***
Sejujurnya, aku tak selalu mencintaimu dengan menggebu. Tak setiap hari menyayangimu dengan terlalu. Ada saatnya aku merasa putus asa, merasa patah semangat dan ingin berhenti berjuang. Namun, ada saja hal yang membuatku ingin terus melanjutkan. Dari Dani yang menjadi penasihat cinta pribadiku, atau Nita yang menyemangati dengan meme buatannya dengan menggunakan fotomu--kamu mau lihat memenya? aku unggah di blog pribadiku.Atau selain itu, ada pula beberapa lagu yang ketika itu diputar aku bisa merasa bahwa harapan selalu ada. Bahwa tak ada yang tak mungkin, termasuk mendapatkanmu. Barangkali, kamu yang kuinginkan itu, tak harus kudapatkan hari ini.
Ya, kalimat terakhir di paragraf di atas adalah kalimat yang kudapat dari sebuah lagu, yang sekarang sedang mendayu dalam speaker. Suaranya cukup memenuhi kamar, cukup untuk memenuhi batre semangat. Bahwa, hari nanti kau akan ada di sisi.
melihatmu tersenyum
aku percaya tuhan pencipta tiada dua
mendengarmu berkata
aku terpesona
bidadari juga tinggal di duniabenar aku cinta
tapi ku percaya
kau yang kuinginkan
tak harus hari inimungkin hari nanti
kamu ada di sisi
kita kan bersama
dalam indahnya cintaberdegup jantungku
saat itu, saat bertemu denganmu
terbayang wajahmu
saat itu, dan saat ini kurindubenar aku cinta
tapi ku percaya
kau yang kuinginkan
tak harus hari iniJadi, hari ini, aku akan bertemu dengan Dani dan Nita. Kamu tahu, untuk apa? Sepertinya, mencintaimu tak cukup hanya diam di kamar dan diam. Aku perlu strategi, dan mereka berdua mau membantu. Mudah-mudahan berhasil. Doain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Dilan
RomansaDear Viora, aku tahu, aku bukan Dilan yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan terang-terangan. Mungkin tak seberani Dilan, tapi biarlah, setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai, bukan?