Eaglet, bawalah mereka pulang ke padang hijau.
Jangan putus harapan. Sampai jumpa di padang hijau.
"Ibu?" bisik Ardela, serak.
Perlahan ia membuka mata. Cahaya yang menerangi ruangan berdinding putih ini membuatnya silau. Perlahan ia sadar, ia terbaring di kasur berselimut hijau muda. Terasa begitu hangat di tengah pelukan cahaya matahari. Saat ia menarik napas, paru-parunya seakan berpesta.
Di seberang kasur ada Kalista, Disty, Dirga yang duduk dan tidur bersandar ke satu sama lain. Dia tersenyum melihat Kalista enak selonjoran dan bersandar ke Disty yang tidur di rangkulan Dirga.
Kekacauan terjadi ketika ia mencoba bangun. Pinggang kirinya nyeri, pandangannya memburam ditambah punggung tangannya terasa pegal. Saat menoleh, terlihat jarum tertanam di punggung tangannya. Selang tersambung ke botol kaca yang menggantung di tiang kayu sebelah kasur.
"Waw," bisik Ardela. "Mereka membuat infus sendiri."
Kemudian ia melihat sesuatu yang menarik. Di meja sebelah kasur ada buket mawar putih berpita perak dan sekeranjang apel merah segar. Di depannya ada perkamen kecil bertuliskan Lekas sembuh, Ardela. Semoga ini bisa membuatmu tersenyum. Dari Kevan.
Dia pun mengangkat alis. "Kalista benar, aku punya penggemar."
Mendengar namanya disebut, Kalista perlahan terbangun. Dia langsung melotot dan melompat berdiri melihat Ardela sadar. Tanpa merapihkan rambut keriting mengembangnya, ia menghampiri Ardela, berdiri di sebelahnya sambil nyengir lebar.
"Hai, Sleeping Beauty," katanya. "Aku tak pernah sebahagia ini melihat orang bangun tidur."
Ardela tertawa kecil lalu meringis. Sedikit gerakan saja membuat pinggangnya nyeri. "Berapa lama aku tak sadarkan diri?"
"Tiga hari. Orang-orang bergantian menjagamu. Si komander paling semangat, dia hampir mendirikan tenda di dalam sini."
Ardela tertawa lagi, terasa nyaman meski pinggangnya nyut-nyutan. Kemudian ia mencoba bangun tapi Kalista langsung menahan pundaknya hingga ia tiduran lagi. Ardela tak bisa diam saja, baginya tiga hari sudah cukup lama untuk istirahat. Banyak yang harus ia urus dengan Adikara, terutama soal pemberontak. Seketika kepalanya pusing.
"Tetaplah istirahat atau Disty bakal ngamuk," kata Kalista. "Sebutkan apapun yang kau mau, akan kuambilkan."
"Aku... ingin sesuatu yang manis."
"Apa?" Kalista tersenyum penuh arti. "Elvan?"
Dengan tenaga seadanya Ardela mencubit pinggang Kalista sampai ia tertawa mencicit. Kemudian Ardela terdiam, melamuni plafon kayu di atasnya, merasakan tubuhnya semakin segar. Dia bersyukur menit-menit mengerikan itu sudah lama berlalu.
"Kau tau, Del, banyak yang terjadi tiga hari ini."
Kalista pun mulai mendongeng tentang kisah tiga hari tanpa Ardela. El mulai perekrutan prajurit dua hari lalu. Hampir semua warga Brajakelana mendaftar, tapi ia hanya memilih dua puluh lima orang. Mereka mulai pelatihan dan akan segera mendapat tanda prajurit.
Disty membentuk tim medis bersama Iren dan tiga orang lainnya. Mereka mempelajari tanaman obat dari para penyembuh Astana. Sementara Disty mengajarkan pengobatan modern untuk mereka. Dia mendadak populer di dunia medis Belantara setelah mengopreasi Ardela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah (Book 2)
Adventure(Completed) Disarankan baca Di Bawah Nol dulu. 15+ Misi belum berakhir. Insiden berdarah di hutan padang hijau merupakan awal dari petualangan baru Ardela dan kawan-kawan. Mereka akan dibawa memasuki dunia penduduk asli padang hijau. Melihat tempat...