Part 2 : Irianna Bella Steindart

35.1K 1.6K 10
                                    

2 hari berlalu. Anna jenuh dengan kekasihnya, ralat mantan kekasihnya yang terus saja menghubunginya.

Ia baru saja keluar dari ruangan Jeanny Hilton, pasiennya yang sudah membaik dan akan pulang esok hari.
Anna melihat handphone nya yang terus bergetar menandakan panggilan masuk, ia pun berlari kecil ke arah taman di rumah sakit itu. Ia berdiri dekat pohon yang sepi pengunjung rumah sakit itu.

"Untuk apa kau menghubungiku???"

-----------

Lucas memarkirkan mobil mewahnya dan memutuskan untuk melihat sekitar rumah sakit. Tadinya ia ingin masuk keruangan ibunya, tapi sang perawat yang baru saja keluar dari ruangan dimana ibunya dirawat itu mengatakan bahwa ibunya baru saja diperiksa dan sedang beristirahat.

Lucas melangkahkan kakinya kearah taman yang ada di samping rumah sakit, terlihat sepi dan sejuk.
Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah kursi didekat pohon dan duduk disana. Lucas memejamkan kedua matanya erat. Saat ini ia sedang kesal dengan tunangannya itu, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Leah sedang berjalan mesra dengan seorang lelaki entah siapa. Tadinya, Lucas ingin mengabaikannya tapi ia menjadi geram saat melihat pria itu mencium bibir tunangannya dengan cepat dan mereka tertawa bahagia.

Lucas tidak menyangka jika tunangannya tega melakukan itu. Tapi, jangan anggap Lucas diam saja. Ia tidak bisa diduakan, ia akan mengurus semuanya nanti termasuk perjodohannya itu setelah ibunya sembuh. Ia pun harus lebih berhati-hati mulai sekarang, ia tidak mau ibunya sakit kembali.

"Sudah ku bilang jangan ganggu aku, sialan... "

Lucas mengernyit mendengar isakan seorang wanita tetapi tak melihat wujudnya. Ia menajamkan pendengarannya kembali, bangkit berdiri mengikuti suara yang ternyata berasal dari balik pohon itu.

"Kau!!!! Kau yang menyakitiku. Apa belum cukup bagimu,hah??? Katakan! Katakan Ryan!!! Apa yang membuatmu dengan mudahnya berkata tidak sengaja??.."

Hening sesaat. Lucas melihat bahu itu bergetar. Wanita itu memakai seragam kedokteran dan dengan cepat Lucas bisa mengenali wanita itu yang tak lain adalah Anna, dokter yang merawat ibunya.

"Kau.. K-Kau benar-benar tega, Ryan. Aku membencimu.. Sangat Sangat membenci dirimu. Ku harap ini terakhir kalinya kita berbicara. Dan simpan saja omong kosongmu itu..Cihh... Pergilah dengan wanitamu itu!!"

Lucas tersentak saat melihat Anna melempar handphonenya kesal.

Anna meluruh ke rerumputan, ia berlutut lalu terduduk dalam waktu lumayan lama.
Anna pun menghapus airmata yang ada diwajahnya dan berbalik.

"H-haii.." Lucas menatap canggung pada dokter itu karena ketahuan sedang menguping.

"A-apa yang kau lakukan disini?? "
Ucap tajam wanita itu.

"Ehh... Aku sedang mencari udara sejuk."

"Sudah berapa lama kau disini??"

"Cukup lama.."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Menertawaiku??"

Lucas menghembuskan napasnya kesal. Wanita dihadapannya ini benar-benar menjengkelkan dan menyenangkan secara bersamaan.

"Dengar, aku tak tahu akan permasalahanmu dan aku tidak akan mencampurinya. Tapi, bisakah kau berbicara denganku sedikit lebih lembut? Kau dan mulutmu sangat berbeda jauh.." Lucas merutuki dirinya karena ia memohon pada wanita yang tidak ia kenal untuk berbicara lembut padanya. Apa-apaan ini? Biasanya, para wanitalah yang mati-matian bersikap lembut untuk mendapatkan perhatiannya. Ia sungguh kesal.

Anna melotot tidak percaya. Apa??!! Ia dan mulutnya berbeda? Apa maksudnya?? Kurang ajar!! Lelaki ini memang menyebalkan. Tapi, ada benarnya juga sih. Kenapa setiap bertemu lelaki ini ia selalu emosi??
Yah, salahkan saja insiden tabrakan 2 hari yang lalu. Itu sangat membuatnya kesal setengah mati.
Hening berlangsung lama.

"Baiklah.."

Lucas menghembuskan napasnya lega dan mengikuti dokter Anna yang duduk di kursi taman yang ia duduki tadi.

"Maaf, aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu.. Aku akan melupakannya jika kau tidak suka."

Anna menghela napas. "Tak apa. Maaf juga karena aku selalu emosi jika berbicara padamu. Benar katamu, lagipula aku seorang dokter yang seharusnya lembut ."

"Ehh.. Kau tak perlu memikirkan perkataanku yang itu. Sebenarnya, kau adalah orang yang baik. Hanya saja mungkin kesan pertama kita bertemu yang membuatmu jengkel. Jujur saja, aku juga jengkel melihatmu.. Tapi hanya waktu itu."

Anna tersenyum membuat Lucas ikut tersenyum, hal yang terjadi selanjutnya adalah mereka yang sama-sama tertawa.

"Jadi, apa kau sudah menikah, Anna?"

"Kau memanggilku dengan nama kecilku. Biasanya orang akan memanggilku Bella. Tapi tak apa, mungkin kau lebih nyaman dengan itu. Well, aku belum menikah. Apa aku setua itu??"

Lucas sedikit terkejut mendengar pernyataan Anna. Tapi, tak dipungkiri hatinya sedikit bahagia karena ia bisa berteman dengan seorang dokter cantik.

Lucas pun tertawa. "Tidak, maksudku biasanya dokter sudah memiliki suami."

"Umurku baru 23 tahun, lagipula aku baru saja praktek. Aku baru lulus ilmu kedokteran dan disinilah aku memulai karirku. Bagaimana denganmu?"

"Aku tidak menyangka kau baru berumur 23. Aku bekerja diperusahaan ayahku, Skyiest Group. Umurku 27 jika kau ingin tahu." Ucap Lucas sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Apa??!! Jangan bilang kau adalah direktur utama atau apa itu.. CEO??"

"Tepat, Nona.."

"Wow... Aku tak menyangka akan memiliki teman seorang CEO.."

"Jadi kita berteman??" Tanya Lucas jahil.

Anna memanyunkan bibirnya sesaar lalu tertawa sambil menyodorkan tangannya.

"Teman..."

Merekapun tersenyum.
"Jadi, siapa namamu teman??"

Lucas terkejut melihat wanita didepannya ini. Bagaimana bisa?? Baru kali ini ada orang yang lupa akan namanya. Biasanya , orang akan sangat mengingat namanya dan mencoba akrab dengannya. Tapi, berbeda dengan wanita ini. Padahal ia sudah pernah berkenalan, bahkan ia bisa mengingat dengan jelas nama Anna.

Lucas menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal sama sekali.
"Kau tidak mengingat namaku?"

Anna menggelengkan kepala setelah sesaat terdiam berpikir. Lucas benar-benar dibuat bodoh oleh wanita disampingnya ini.

"Lucas.. Lucas Andrew Hilton.."

"Baiklah, aku sekarang mengingatnya, Luke..."

Tak Anna sadari, Lucas tersenyum saat dirinya menyebut nama lelaki itu dengan nama pendeknya walau baru pertama kenalan.

Merekapun melanjutkan obrolan ringan dan terpaksa berakhir karena Anna harus bertugas kembali.

Lucas pun pergi keruangan ibunya.
Terlihat ibunya yang sedang menonton tv sambil duduk.

"Hai, Mom. Bagaimana keadaanmu??" Lucas duduk di kursi samping ranjang ibunya.

"Hai, sayang. Seperti yang kau lihat, Mom baik dan semakin baik. Mom sangat betah disini, apalagi dokter yang menangani Mom sangat ramah dan baik.."

Lucas menjadi tersenyum kembali mengingat wajah dokter Anna yang sedang tertawa bersamanya tadi.

"Sayang, kenapa Leah belum menjenguk Mom??"

Lucas tersentak dari lamunannya dan kembali menatap ibunya.

"Dia sibuk, Mom." Lucas masih menyembunyikan yang sebenarnya karena takut membuat Momnya sakit kembali.

"Harusnya ia tak seperti itu. Mom kecewa melihatnya, ia kan calon menantu Mom. Masa menjenguk sebentar saja ia tidak bisa??"

"Sudahlah, Mom. Yang penting ada aku. Tak perlu ada dia juga, Mom sudah sembuh.."

"Ya, berkat dokter cantik itu.. Aku bersyukur masuk rumah sakit ini.."

Lucas terhenyak mendengar ucapan Mom nya itu. Mana ada orang bersyukur masuk rumah sakit? Sepertinya Dokter Anna salah memberinya obat.

*to be continued*

ANNA & LUKE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang