4)Peralatan Masjid

279 21 0
                                    

"Kamu sendiri yang menyebabkan kulacino itu, bukan karena gelas dingin dan kali ini bukan di meja melainkan di hati."

Pagi yang cerah untuk hari yang bersemangat. Tapi tidak untuk Vasa, ia masih bergelung dalam selimut menikmati dunia mimpinya. Padahal jam di nakas sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi yang artinya setengah jam lagi bel masuk berbunyi.

Teriakan mamanya di depan pintu kamarnya membuat Vasa berjengit kaget dan meliuk tidak nyaman dalam tidurnya.

"Anak perempuan jam segini belum bangun juga, Vasa bangun. Sekolah, Nak!" mamanya membangunkan Vasa dengan menarik selimut dan menggoyangkan tubuh Vasa.

Ia mengerjapkan mata karena mamanya. "Jam berapa sih, Ma?"

"Jam berapa, jam berapa, kamu tuh sadar apa nggak, ayo cepetan bangun. Gak malu apa ditungguin sama cogan?"

Vasa sadar sepenuhnya, dan mencurigai mamanya. "Siapa, Ma?"

"Giliran cogan aja cepet." Vasa menyengir karena ucapan mamanya.

Lalu mamanya kembali melanjutkan. "Udah buruan, kasian tuh dia udah lama nunggu." Perintah mamanya sembari menggiring Vasa menuju kamar mandi.

Lima menit kemudian, Vasa sudah siap dengan seragam batik ikon sekolahnya. Kemeja batik lengan pendek dengan rok panjang menjuntai hingga mata kaki. Rambutnya kali ini tidak ia biarkan tergerai, namun ia kepang beberapa bagian lalu diikatnya menjadi satu.

Vasa berlari melewati tangga rumahnya dan berhenti ketika melihat sosok Radya dan Azlal disana. Masalahnya kenapa Radya bisa bersama dengan Azlal? Di rumahnya?

Vasa menghampiri keduanya, dan menatap Radya penuh tanya. Tapi yang ia dapatkan hanya diamnya Radya. Bahkan belum sempat ia bertanya, Azlal sudah mengatakan jawaban dari pertanyaan yang sedari tadi ada di kepala gadis itu.

"Hari ini lo sama Radya ikut gue beli barang-barang keperluan masjid." Ucap Azlal tiba-tiba dan itu cukup untuk Vasa mengerti.

"Bertiga? Gak sekolah?" tanya Vasa yang masih bingung tapi kemudian ia mencengir lebar saat suasana sangatlah tidak nyaman. Mungkin karena ia sudah tahu sisi lain Azlal. Atau karena ada sesuatu yang salah dengan dirinya?

"Gak, ada Maryam sama Malik juga."

"Gak sekolah?" Vasa mengulang pertanyaannya saat Azlal hanya menjawab salah satu pertanyaannya.

"Lo seneng sekolah apa gimana sih?" tanya Azlal, dari nadanya saja sudah kentara kalau ia kesal setengah mati dengan Vasa.

Bukan hanya alasan malam itu yang membuat Azlal kesal, tapi juga masalah Vasa yang ia ditunggui dari tadi namun tidak kunjung turun dari kamarnya. Vasa yang lelet dan sama sekali tidak merasa bersalah.

Vasa mengerucutkan bibirnya karena pertanyaan mengesalkan dari Azlal.

Dan baru Vasa sadari juga bahwa mereka berada disini menggunakan mobil yang dikemudikan oleh Malik. Disana Azlal duduk di kursi depan tepat di samping Malik. Sedang di kursi belakang ada Maryam yang sudah duduk dengan anggunya. Yang kemudian disusul oleh Radya dan Vasa.

"Lo apaan dah sama Kak Azlal? Kok dia kelihatan kesel banget sama lo?" Tanya Radya setengah berbisik saat berada di dalam mobil.

"Gak tahu juga tuh, keracunan setan di jalan kali." Jawab Vasa asal.

Radya memutar bola matanya. Lebih memilih diam dari pada harus menanggapi ucapan ngaco Vasa.

Setelahnya hanya obrolan ringan dari Maryam yang selalu bisa mencairkan suasana. Maryam yang berbicara dengan tutur kata sopannya. Vasa lebih memilih diam sesekali menganggukkan kepala menanggapi omongan Maryam. Yang ditakutkan Vasa adalah bila dia kelepasan ngomong ngaco satu dua kata.

KULACINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang