Jangan pernah bertindak seakan-akan kau tidak lagi membutuhkanku. Karena sungguh itu sangat menyakitkan. Bukankah dulu kita baik-baik saja? Ah bahkan tadi pun masih baik-baik saja.
"Vaaa... cepet woi. Dasar cabe!? Lama amat sih!?" Gisel berteriak lantang di dalam kamar Vasa ketika si pemilik kamar sedang berada di kamar mandi. Gadis yang duduk di ranjang Vasa itu nampak bersemangat dan tidak sabaran.
Gisel dengan jeans ketat selututnya dan kaos cerah berwarna hijau yang menyenangkan. Rambut pirang sebahu gadis itu dibiarkan teregerai. Gisel juga mengenakan flat shoes sederhana yang begitu pas di kakinya.
Beberapa menit kemudian Gisel berteriak sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan tidak sabaran, "Ulet bulu cepet kek, kita ini mau nonton orang berantem bukannya mau nongkrong di pinggir jalan. Jadi gak usah wangi-wangi, cepet elah!"
Vasa membuka pintu kamar mandi, "Gue ini mandi gak ada 20 menit hloh. Sabar dikit kek." Vasa yang sudah memakai bajunya dengan lengkap tampak menceramahi Gisel.
"Lagian mau kemana sih? Semangat banget." Vasa melanjutkan bicaranya sambil berjalan menuju meja riasnya.
Gisel mendengus, "Lah gue udah gak sabar ini!? soalnya tempatnya jauuhh banget," Gisel berucap dramatis pada kata 'jauh'.
Vasa sekarang memakai rok selutut dan sweeter panjang dengan warna senada. Sedang kakinya memakai sepatu santai dengan bordiran bunga yang berwarna senada juga. Hanya untuk informasi, Vasa memang suka memakai bajunya di kamar mandi karena ia trauma dengan kejadian yang pernah dialaminya. Waktu itu ketika ia keluar kamar mandi dan ingin memakai bajunya, di sofa kamarnya sudah ada Afshen yang duduk manis disana, entah darimana asalnya. Huh! Vasa sungguh malu. Sejak saat itu, ia tak mau melakukan hal yang ceroboh lagi dan lebih memilih berpakaian di dalam kamar mandi.
Vasa menyisir rambutnya dan mengikatnya menjadi satu. Vasa membuat model pony tail pada rambutnya. Setelahnya Vasa mengambil tas kecil berwarna hitam di atas tempat tidurnya dan mengajak Gisel keluar kamar.
"Ma, Vasa berangkat dulu, yahh!?" Vasa berpamitan pada mamanya sambil menjabat tangannya diikuti Gisel yang mengekor di belakang Vasa.
"Pergi dulu ya Tan,"
"Iya kalian hati-hati ya bawa motornya." Mama Vasa mewanti-wanti pada kedua gadis cantik di depannya. Vasa dan Gisel mengangguk bersamaan mengiyakan ucapan Bu Nana.
Vasa berjalan kearah dimana motor matic milik Gisel terparkir di halaman rumahnya. "Gue nebeng aja ya, Sel." Vasa mencengir lebar.
"Lagian mau kemana sih kita? Nonton? Ke mall? Atau jalan-jalan?" Vasa bertanya pada Gisel yang dari tadi tidak memberi tahu tujuan tempat yang akan mereka kunjungi.
"Gue udah bilang kali Va, kita mau nonton orang berantem."
"Emang yang berantem siapa?"
"Kak Reno," Gisel berucap dengan binar penuh dimatanya.
Gisel menstater motor maticnya, "Udahlah ceritanya sambil jalan aja." Gisel mulai memakai helm bogo warna biru kesayangannya dan bersiap untuk melajukan motornya.
Vasa segera naik ke boncengan motor Gisel tak lupa memakai helm, "Oh iya, kok kita pake nontonin Kak Reno berantem sih?" Vasa bertanya bingung kepada Gisel.
"Jadi gue nemu ini," Gisel menyerahkan kartu berbentuk persegi panjang ke arah Vasa dengan tangan kanannya yang masih memegang stang motor.
Vasa melihat dan meneliti kartu itu dengan seksama, dan yang Vasa lihat adalah sebuah kartu mirip member card dengan pemilik nama Reno Gilang Pramana. Member card untuk petarung tanpa pengaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
KULACINO
Fiksi RemajaApa jadinya jika seorang ketua ROHIS yang terkenal alim seantero sekolah ternyata tidak seperti yang kalian lihat. Siapa yang menyangka jika ketua ROHIS itu sendiri adalah pelaku one night stand? Siapa sangka jugaa bahwa ketua ROHIS sangat suka ke b...