Yang mengisi kepalaku adalah apa maksud kebetulan mempertemukan kita?
Suara seorang gadis terdengar dari seberang telepon. Suaranya meninggi, memarahi Vasa yang masih santai berbaring di kasur nyamannya, "Lo gila, Va."
Vasa mengangkat bahunya tak acuh. Meski Vasa sendiri yakin bahwa gadis di seberang telepon takkan bisa melihat apa yang ia respon.
"Va, ini acara makan malam Rohis!" Sakin berucap lagi.
"Ya terus?"
"Seenggaknya lo pake jilbab. Gue yakin di rumah lo itu pasti ada baju lengan panjang sama celana panjang, lo tinggal kasih jilbab aja, Va."
"Iya deh iya," Vasa mengiyakan permintaan Sakin dan menutup telponnya dengan sepihak.
Handphonenya berdering lagi, padahal belum ada sedetik Vasa meletakkannya. Pesan masuk secara beruntun menimbulkan getaran yang tak kunjung berakhir.
Vasa mengambil lagi handphone miliknya dan membuka aplikasi chatnya.
Radya : Jilbabnya jangan lupa ya, Va.
Radya : Gue yakin lo bakalan cantik.
Radya : Jangan lupa acaranya jam set 8
Radya : Tepat waktu!
Vasa mengetikkan sesuatu disana, menuliskan balasan pesan-pesan dari Radya.
Vasa : Iya. Pasti. Makasih udah diingetin. Iya.
Vasa melihat jam di nakas. Jarumnya menunjuk ke angka tujuh. Vasa segera bangkit dari posisinya. Berlari menuruni tangga dan mencari keberadaan mamanya.
Gadis itu belum berganti pakaian. Bersiap-siap saja bahkan belum dilakukannya. Vasa berteriak ketika sudah berada di ruang tengah, "Ma!" memanggil mamanya yang entah sedang berada dimana.
"Apaan sih! Kak Vasa itu sukanya berisik." Adiknya itu bersuara. Menatap kakak perempuannya dengan pandangan tidak suka.
Vasa menghampiri Dewi yang asyik dengan boneka dan cake kesukaannya. Vasa menepuk kepala adiknya itu, "Mama mana?" bertanya pada bocah kecil yang menurut Vasa sangat tengil.
Dewi mengangkat kepalanya, "Mana Dewi tau. Coba lihat ke dapur."
Kakak beradik itu hampir tak pernah terlihat akur. Selalu saja ada hal kecil yang diributkan. Tapi anehnya kalau mereka berdua saling tak jumpa itu rasa rindu menyusup.
Vasa langsung berlari kearah dapur setelah mendengar ucapan adiknya. Suara Dewi terdengar lagi, "Kak Vasa mau kemana? Tadi ada yang nyariin."
Vasa berteriak dari dapur, "Siapa?"
Dewi menyusul langkah Vasa menuju dapur. Disana ada Vasa dan mamanya yang sedang berbincang. Kakaknya itu tampak merengek pada mamanya. Dewi sendiri sampai tidak percaya, kakaknya itu sudah besar tapi masih saja tidak bisa lepas dari mamanya.
"Ma, bantuin." Vasa merengek lagi.
Mamanya yang masih sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarganya itu menoleh pada puteri pertamanya,"Iya nanti mama bantuin. Ganti baju dulu sana!" Mamanya itu memerintah Vasa tanpa bantahan.
"Baju apa, Ma?" Vasa bertanya lagi. Gadis itu sedang meributkan pakaian yang akan dipakainya malam ini. Masalahnya terletak pada Vasa yang harus memakai jilbab. Dewi sendiri masih memandangi kakaknya itu.
"Pakai celana panjang sama kaos panjang lah. Pilih sendiri aja bajunya nanti jilbabnya mama pakaiin." Mamanya berceloteh lagi.
Vasa langsung berlari ke kamarnya. Tapi langkahnya itu di hentikan oleh Dewi yang berada di ambang pintu dapur. Vasa melotot marah pada adiknya yang malah memperlambatnya itu, "Minggir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KULACINO
Teen FictionApa jadinya jika seorang ketua ROHIS yang terkenal alim seantero sekolah ternyata tidak seperti yang kalian lihat. Siapa yang menyangka jika ketua ROHIS itu sendiri adalah pelaku one night stand? Siapa sangka jugaa bahwa ketua ROHIS sangat suka ke b...