9)Al-Bayyinah

211 16 0
                                    

"Jika bersamamu terasa semenyenangkan ini, aku ingin waktu berhenti berputar agar aku terus merasa seperti ini saja. Dan sampai kapanpun aku takkan pernah siap untuk kehilanganmu."

Gadis yang sedang duduk bersebelahan dengan Sakin itu mendengus kasar. Berkali-kali ia menguap sambil memejamkan matanya. Vasa sangat menggantuk saat ini, dan berada dalam rapat Rohis yang membahas tentang STO (Struktur Organisasi) bukanlah pilihan yang tepat.

Radya menarik rambut panjang Vasa yang di gerai saat ini. Gadis itu berjengit kaget dan mengaduh pada tarikan spontan Radya. "Lo dengerin, jangan gitu!" Radya mengomeli Vasa yang hari ini nampak tidak bersemangat seperti biasanya.

"Apaan sih, Dya. Gue ngantuk banget sumpah!" Vasa menguap lebar dan menyahut ucapan Radya diikuti dengan dua jarinya yang ia bentuk huruf V.

Sedangkan di depan ruangan, ada Azlal yang sedang memimpin jalannya rapat. Laki-laki itu berdehem, tepatnya ia tunjukan pada dua gadis yang saling bertengkar entah meributkan apa. Bukannya apa-apa, tapi asal tahu saja, saat ini keadaan kelas benar-benar hening. Hening sekali hingga percapakan ringan seperti itu mudah sekali untuk didengar.

"Kalian berdua maju, tunjukan jabatan yang ingin kalian jabat dan proker kalian." Azlal berucap tajam pada Vasa dan Radya yang sekarang sudah melongo menatap ketua Rohis didepannya tersebut.

Vasa mendorong-dorong bahu Sakin, "Kin bantuin dong, gimana ini? lihat proker lo dong."

"Sorry ya, Va. Gue kan mau jabat ketua, jadinya gue gak pake proker-proker gitu. Tinggal nunggu voting aja sih." Sakin menatap tidak enak pada Vasa. Sedangakan gadis yang ia tatap hanya bisa menghela napas pasrah.

Radya sudah maju ke depan dengan secarik kertas di tangan kanannya. Disusul Vasa yang hanya maju bermodalkan tubuh sehatnya.

Vasa melirik tajam ke arah Radya, seakan matanya itu dapat berkata 'Lo sih, Dya. Semua gara-gara lo.' Sedangkan Radya hanya tersenyum menanggapi.

Azlal tampak memberi instruksi kepada kedua gadis itu, "Silakan dibacakan."

Radya mengangguk mengiyakan perkataan Azlal. Kemudian Radya berhasil meloloskan tiap kata-kata dengan mudah dari bibir berwarna pink pucat itu. Radya beringin untuk menjabat Sie Ketertiban yang biasanya terkenal dengan orang-orangnya galak. Sepuluh menit berikutnya yang terdengar adalah suara riuh tepukan tangan dari teman-teman juga kakak kelas Rohis.

Azlal berdehem sebelum berkata-kata, sekilas ia melirik pada Vasa yang sedari tadi diam sambil memainkan ujung-ujung rambutnya. "Sekarang giliran kamu, Dek!" dan Vasa benar-benar geli dengan panggilan yang diberikan Azlal, menurutnya itu terlalu menye. Entah karena apa Vasa beranggapan seperti itu. Karena selama mengenal Azlal, baru kali ini ia mendengar Azlal memanggilnya dengan sebutan 'dek'.

"Saya di organisasi ini berniat untuk menjabat Bendahara. Program kerja yang akan saya canangkan antara lain yaitu, 1. Menarik iuran atau kas pada setiap rapat dan kegiatan eskul, 2. Memulai adanya program menabung untuk anak Rohis pada tahun ini, 3. Mengumpulkan infaq setiap hari Jum'at, 4. Menarik uang untuk keperluan lain, yang dimaksudkan itu bila ingin berwisata bersama dengan anak Rohis atau sekadar membuat baju yang bisa dibuat samaan dengan anak Rohis.................

"Mungkin ini yang dapat saya sampaikan, Terima Kasih."

Entah apa yang dipikirkan Vasa tadi sampai ia memilih untuk menjabat sebagai bendahara. Dan pastinya, yang diucapkan Vasa tadi sepenuhnya adalah karangan otaknya. Tanpa memakai salam dan tanpa menggunakan kata-kata baku sepenuhnya, melainkan sedikit ia campur. Namun, tak urung juga tepukan riuh menggema setelah Vasa selesai menyampaikan prokernya.

Dan selanjutnya setelah Vasa kembali pada duduknya yang gadis itu dengar hanyalah proker-proker dari teman-temannya, dan Vasa tidak terlalu peduli dengan hal itu.

KULACINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang