Saat aku tahu kau semakin jauh, rasanya menyakitkan. Saat timbul pertanyaan Bagaimana jika aku melupakanmu? Itu menakutkan.
Vasa meregangkan otot-otot tubuhnya. Menggerakkan tangannya kesamping kanan dan kiri. Gadis itu mengehela napas kasar kemudian menghirup udara dalam-dalam.
Seharusnya di hari liburnya ini ia bersantai di rumah. Memakan banyak makanan sambil menonton drakor yang masih berepisode-episode. Menamatkan nonton drakornya itu suatu hal yang sangat penting. Vasa saja tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan hidupnya tanpa drakor yang belum bisa ia lihat sampai ending. Rasa penasaran dan digantung itu sangat menganggu.
Vasa berdiri dengan dress santai warna peach, sepatu dengan warna senada, dan kepangan rambut simpel. Masih ingat dress yang dibelikan Afshen? Dress itulah yang sekarang dikenakan Vasa. Selalu tak lupa tas selempang miliknya juga.
Gadis itu tampak meneliti undangan di tangannya. Sebelum mengantarkan, ia harus mengecek terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan. Jadi karena inilah hari liburnya jadi terecokki.
Mengantar undangan makan malam anak Rohis. Lebih tepatnya Vasa mengantar ke rumah kakak-kakak kelasnya. Padahal ini bukan tugas Vasa, mungkin karena itu juga Vasa jadi malas dan sedikit tidak ikhlas.
Masalahnya Rere -sie humas Rohis- pada hari ini sedang sakit, dan Rere meminta bantuan Vasa. Mau menolak juga tidak enak, bagaimana mau menolak kalau Rere bersama ibunya sampai datang ke rumah Vasa untuk meminta bantuan.
Jam yang melingkar di pergelangan tangan Vasa juga sudah menunjukkan pukul sepuluh. Padahal Vasa baru pulang ke rumah jam sembilan pagi setelah menginap dari rumah Afsa. Dan kini gadis itu harus mengantarkan dua puluh undangan.
Vasa menstater motor maticnya dan melajukan motornya menuju alamat-alamat yang ada di undangan. Untungnya Vasa sudah mengurutkan dua puluh undangan itu dari alamat yang paling dekat sampai alamat yang paling jauh.
Dan untungnya lagi ia hanya mengantarkan dua puluh undangan, karena empat puluh undangan lainnya diantar oleh Nisa dan Gita. Pembagian pengantar undangan yang sudah dirancang oleh sie humas.
Masih di perumahan Anggrek, Vasa memberhentikan motornya. Mengecek lagi alamat yang tertera pada amplop undangan dan yang tertera di dinding rumah tersebut. Setelah menurut Vasa benar, baru gadis itu mengetuk pintu rumah.
Beberapa detik setelah ketukan ketiga, pintu terbuka dan menampakkan sosok Malik. Vasa jadi mangut-mangut sendiri, Vasa yang baru tahu kalau rumah Malik ternyata masih satu komplek dengan rumahnya.
"Ini ada undangan buat Kak Malik," Vasa memberikan amplop bertuliskan nama Malik dan berisikan undangan tersebut.
Malik menerima dan tersenyum, "Oh, makasih ya, Dek."
Vasa hanya tersenyum sambil mengangguk, "Kalau begitu saya duluan ya, Kak."
"Iya, nanti salamnya jangan lupa." Malik tampak mengingatkan Vasa.
Vasa mencengir lebar, "Iya Kak, Assalamualaikum."
"Walaikumsalam,"
Ketujuan berikutnya, Vasa menghela napas dan menyemangati dirinya sendiri. Gadis itu kembali melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Berhenti di depan sebuah rumah dan lagi-lagi mencocokan alamat.
Mata gadis itu melirik pada alamat undangan dan beralih melihat ke alamat yang terpasang di dinding rumah. Mengetuk pintu serta tak lupa mengucapkan salam seperti pesan Malik.
"Walaikumsalam," suara dari arah dalam rumah menjawab salam Vasa.
Vasa tersenyum melihat si pembuka pintu, gadis cantik berkerudung. "Ini ada undangan buat Kak Nia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KULACINO
Teen FictionApa jadinya jika seorang ketua ROHIS yang terkenal alim seantero sekolah ternyata tidak seperti yang kalian lihat. Siapa yang menyangka jika ketua ROHIS itu sendiri adalah pelaku one night stand? Siapa sangka jugaa bahwa ketua ROHIS sangat suka ke b...