Yang perlu kalian ingat adalah kecantikan dan kepopuleran itu bukanlah segalanya. Karena faktanya, sekarang banyak yang rela jadi BITCH hanya kerena kebelet HITZ.
"Gue cariin ya Allah. Gue kira lo ilang diculik sama om-om di ujung itu." Gisel berucap dramatis pada Vasa yang sedari tadi dicari-carinya.
"Gila! Ya nggak lah. Udahan tarungnya?"
"Hm... belum sih, lo tuh sebenarnya mau lihat apa nggak sih?" Vasa menggeleng dengan pertanyaan Gisel.
"Gue nunggu di bawah aja ya. Ini kartu membernya masih gue bawa." Vasa berucap sambil memperlihatnya member card milik Reno.
"Lo abis kenapa deh, Va?" Gisel mulai curiga dengan perubahan mood Vasa.
"Ndak papa gue mah, laper aja."
"Dibawah tadi ada jual makanan kayaknya. Lo nunggu sana aja gimana? Gue lihat ini dulu." Vasa mengangguk setuju dengan usulan Gisel dan mulai berbalik menuruni tangga meninggalkan Gisel di arena pertarungan.
Gadis itu hanya berjalan gontai setelah menuruni tangga, sejujurnya gadis itu bingung hendak kemana. Dan karena sesungguhnya lagi, Vasa tidak mengetahui tempat yang dimaksudkan oleh Gisel.
Vasa hanya kembali menelusuri lorong tanpa tujuan yang jelas. Melihat orang-orang yang berjalan dengan mudah. Melihat perempuan dengan gaun berpotongan pendek. Melihat mereka yang berjalan dengan anggun menggunakan hels. Melihat mereka yang berpelukan sepanjang berjalan tanpa tahu malu. Melihat mereka para pasangan muda mudi yang sedang kasmaran.
Vasa juga mendengar berbagai suara seperti ketika ia masuk ke gedung ini untuk pertama kalinya. Masih di dalam gedung dengan oksien yang sangat sedikit. Masih dengan bau lembab yang semakin menyeruak.
Dan setelahnya yang dirasakan Vasa adalah kepalanya yang tiba-tiba terasa teramat berat dan kesadarannya yang sepertinya sudah berkurang banyak. Tidak ada lagi yang gadis itu ingat setelahnya.
***
Ketika Vasa bangun dari tidurnya, yang gadis itu rasakan pusing dan juga kaku. Tubuhnya terasa sangat sulit untuk digerakkan. Saat Vasa merasakan ingatan dan kesadarannya sudah penuh ada padanya, perlahan gadis itu mulai bangkit dari ranjang. Vasa mulai mengingat betul tentang bagaimana ia pingsan dan berakhir disini. Tapi gadis itu sendiri ragu, tentang tepat keberadaannya disini. Yang ada dipikiran Vasa hanyalah ini dimana.
Vasa mulai berjalan menelusuri sejenis koridor terbuka yang terhubung dengan banyak ruangan dan kamar. Yang Vasa tahu dan yang Vasa pikirkan adalah keberadaannya yang masih di gedung tua tempat pertarungan.
Vasa berjalan santai, ia ingin mencari jalan keluar dari koridor banyak ruang ini. Ini semacam jalan yang di kanan dan kirinya terdapat kamar-kamar dan terkadang ruangan. Seperti hotel?
Intinya, sekarang Vasa ingin keluar dari ruangan membingunkan ini dan mencari Gisel lalu mengajak gadis itu pulang ke rumah. Karena pada dasarnya Vasa merasa sangat tidak baik saat ini. Benar-benar sakit yang tiba-tiba dan disaat yang tiak tepat.
Dan di ujung jalan terdapat pintu besar yang sangat mewah. Bagaimana gedung tua ini memiliki hotel yang mewah di dalamnya? Bagaimana mungkin gedung tua yang dikunjungi Vasa dan Gisel memiliki bar, restoran, kafe, tempat tarung, arena billyard, dan hotel? Dan semua itu diketahui Vasa karena blanko yang tertempel di dinding yang di lalui Vasa.
Dan tanpa pikir panjang Vasa membuka pintu mewah yang dilihatnya tadi, dan tanpa berpikir dua kali Vasa tetap teguh pada pendiriannya bahwa pintu mewah ini adalah jalan keluar.
Krek
Vasa mematung di depan pintu, tubuhnya yang bahkan sangat kaku tadi seakan langsung melemas seperti jelly. Vasa bahkan berdoa dalam hatinya jika semoga kakinya masih bisa ia gunakan untuk segera melangkah menjauh dari sana.
"A... ah, ma... maafkan aku." Vasa bahkan berucap lirih.Vasa menutup pintu itu dengan kencang dan berusaha menjauh dari sana.
Tanpa Vasa sadari pun ia sudah berlari menjauh dari sana. Tanpa gadis itu sadari juga air matanya meleleh beriringan dengan langkah kakinya yang semakin kencang. Dan tanpa gadis itu sadari juga telapak tangannya melakukan gerak refleks dengan menutup mulutnya, mungkin katalisator otaknya memerintah telapak tangan gadis itu agar meredam suara tangisannya. Dan tanpa gadis itu sadari juga seluruh tubuhnya sudah sembuh dan kini beralih denyut nyeri di hatinya.
Apa yang akan kalian lakukan ketika melihat orang yang sedari tadi menjadi titik pikir kalian sedang bersama perempuan dalam keadaan naked? Azlal dan Laza.
Entah apa yang mereka berdua sedang lakukan, Vasa sebenarnya juga sama sekali tidak mengerti. Namun naluri tubuhnya bergerak dengan sendirinya, tanpa perintah dari otak sepertinya. Mungkin akson di otaknya terlalu cepat mengirimkan implus. Karena Azlal itu reaktor dari reaksi Vasa.
Vasa berlari hingga sampai di jalan awal ketika ia masuk ke gedung tua ini, "Va" Gisel menepuk pundak Vasa dan memanggil nama gadis itu.
Vasa langsung memeluk Gisel tanpa berpikir lebih panjang lagi, ia menangis di bahu Gisel. Gadis itu hanya ingin mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya. Karena saat kata-kata sudah tidak dapat menjelaskan segalanya, tangisan mungkin dapat membuat orang lain mengerti dengan apa yang sedang kita rasakan.
"Lo kemana deh, Va? Gue khawatir nyariin elo, Be!? Lo kenapa lagi ini?" Gisel memberondong Vasa dengan banyak pertanyaannya.
"Gue pingsan, gue gak tahu ada dimana. Gue sakit sekarang, pokoknya pulang! Gak terima penolakan!" Vasa berucap sendu pada Gisel yang menatapnya dengan dahi berkerut dalam.
"Ya iyalah pulang, ini udah malem woi. Dari tadi gue belum pulang juga karena lo! Mana lo di telepon gak aktif lagi."
Vasa merogoh tasnya untuk mengambil handphonenya, dan benar saja hapenya mati kehabisan daya, "Lowbat, maaf."
Gisel menarik tangan Vasa dan mengajak gadis itu pulang. Masih menggunakan motor matic milik Gisel. Dan yang kini menjadi pikiran di otak Gisel adalah Vasa yang menjadi pendiam di sepanjang perjalanan. Ada apa gerangan dengan Vasa?
Vasa jadi berpikir bahwa di zaman sekarang ini banyak perempuan yang berlomba-lomba untuk menjadi cantik, menarik, sexy, dan tentunya terkenal di kalangan para laki-laki. Dan yang terjadi adalah mereka yang bahkan merelakan segalanya demi seorang laki-laki. Mereka yang merelakan harga dirinya demi uang. Dan masih banyak lagi kasus lainnya.
Faktanya, banyak yang rela menjadi bitch hanya untuk kesenangan sementara. Tanpa berpikir panjang dan tanpa memikirkan masa depan mereka kelak. Mungkin disaat seperti itu mereka sudah melupakan Tuhan mereka.
Dan hari inipun Azlal telah membuktikan ucapannya. Bahwa Azlal gak suka dengan Laza dan laki-laki itu hanya membutuhkan Laza untuk kepuasannya. Sedangkan Laza, gadis itu rela menjadi perempuan murahan tanpa harga diri hanya demi seorang Azlal.
Bukti mana lagi yang kurang menguatkan bahwa selama ini ketua Rohis di sekolahnya bernama Azlal Albana adalah seorang laki-laki brengsek yang senang mempermainkan hati wanita. Laki-laki yang senang menggoda dan tebar pesona. Laki-laki munafik yang sedang berlindung di balik topeng kebaikan.
Dan akhirnya, Azlal itu memang lebih rendah dari iblis. Karena Azlal tak hanya membisiki kata-kata manis tapi ia juga ikut menjerusmuskan lebih dalam tanpa adanya kelanjutan.
---GAVA---
DI MULMED ADA LAZA
1 Ramadhan nih :) Banyak ulangan yang dikerjakan di rumah wkwkwk.
Voment kalian itu berharga.
Update sekarang karena besok mau fokus ngerjain tugas.Night N
KAMU SEDANG MEMBACA
KULACINO
Teen FictionApa jadinya jika seorang ketua ROHIS yang terkenal alim seantero sekolah ternyata tidak seperti yang kalian lihat. Siapa yang menyangka jika ketua ROHIS itu sendiri adalah pelaku one night stand? Siapa sangka jugaa bahwa ketua ROHIS sangat suka ke b...