Karena bahkan sekarang ketika aku membuka mataku itu benar-benar, Dirimu.
Vasa duduk bersila di depan meja berbentuk persegi yang kecil dan juga tak terlalu tinggi. Matanya mengamati jarum jam yang terpasang di rumah makan kecil pinggir jalan. Jam dua puluh lebih empat puluh lima menit.
Azlal menunduk menatap pada taplak meja bermotif polkadot dengan pandangan lurus. Telinganya menangkap suara detakan jarum jam yang berkombinasi dengan lagu yang diputar di dalam rumah makan. Lagu Please say something, even though it is a lie yang dinyanyikan oleh Park Boram.
Keduanya terjebak dalam keheningan yang berkepanjangan seusai perbincangan singkat di danau beberapa jam yang lalu. Situasi yang sama sekali tak bisa dipungkiri ataupun dihindari keduanya.
Sengaja maupun tidak sengaja. Sekadar firasat atau fakta nyata, Vasa kini merasa ada sesuatu yang sedang terlalu dipikirkan Azlal. Ada sesuatu yang tidak dirinya ketahui. Kepingan puzzle berikutnya yang belum gadis itu mengerti.
Vasa tidak ingin bertanya, menggali informasi, ataupun meminta Azlal bercerita. Gadis itu takkan melakukannya. Ia tak cukup berani untuk itu. Vasa hanya akan menunggu Azlal bercerita jika laki-laki itu mau melakukan. Selebihnya biarlah takdir yang melakukan tugasnya. Ia tak akan memaksa untuk mengetahui jika takdirnya saja tidak berkata begitu.
Vasa masih diam. Memperhatikan jarum jam yang sedari tadi ia amati sesekali menyelipkan anak rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.
Azlal menyimak bait-bait lagu yang diputar di rumah makan dengan seksama. Ia mengangguk sebentar dan menatap Vasa. Menyadarkan gadis di depannya dari lamunannya. Karena Azlal sendiri juga sadar bahwa Vasa pasti sedang memikirkan sikapnya yang aneh dan berubah tiba-tiba.
"Va, dengerin lagu yang lagi diputer ini."
"Apa?" Vasa sedikit bingung karena permintaan Azlal yang terlampau tiba-tiba kepadanya hanya untuk mendengarkan lirik lagu.
Tapi yang dilihat Vasa adalah Azlal yang kembali diam. Vasa hanya menuruti dan mulai mendengarkan lirik lagu yang diminta Azlal.
Geojitmarirado haejwoyo
Geudaedo nareul saranghandago
Simjangi ttwineun ge ireoda keunil najyo
Eotteohgedeun haejuseyo
Vasa berkedip sekali. Gadis itu menatap Azlal yang kini memandangnya lurus.
"Pernah dengar lagunya?" Azlal bertanya pada Vasa yang menatapnya dengan pandangan penasaran. Gadis itu selalu berhasil membuat Azlal terkekeh dengan mimik wajahnya.
Vasa hanya mengangguk menjawab pertanyaan Azlal. Laki-laki itu mengangguk-angguk ikut mengerti.
"Karena biasanya kebanyakan perempuan itu penyuka drakor. Pilihan lagu ini tak ada salahnya."
Vasa berkedip lagi, gadis itu tak mengerti. Azlal ini selalu menyukai teka-teki rupanya.
"Tahu artinya apa berarti, kan?" Azlal berucap lagi.
Vasa mengangguk kemudian menggeleng dengan cepat. Meralat gerakan tubuhnya. Gadis itu bohong agar bisa melihat apa yang mau Azlal sampaikan sebenarnya.
Azlal terkekeh geli dengan sikap Vasa. Azlal cukup bisa mengerti Vasa. Laki-laki itu menarik napasnya panjang sebelum berucap. "Artinya, Katakan padaku, meskipun itu bohong. Bahwa kamu juga mencintaiku. Jantungku begitu berdegup kencang. Sesuatu akan terjadi, tolong lakukan sesuatu."
Gadis yang kini menggigit bibirnya itu menyimak baik-baik yang dikatakan oleh Azlal. Memastikan apa yang diucapkan laki-laki itu sesuai dengan apa yang diketahui otaknya. Dan semuanya sama.
"Kak Azlal pecinta drakor juga?" Vasa bertanya hati-hati kali ini. Ia berpikiran bahwa Azlal mengajaknya membahas lirik lagu korea karena tak ada topik lain yang bisa ia dan dirinya bicarakan lagi.
Azlal menggeleng samar kemudian memperlihatkan layar handphone-nya. Disana ada lirik lagu dan terjemahan dari lagu yang tadi diputar.
"Penasaran aja. Dilihat dari cara pembawaan sepertinya lagunya sedih. Dan isi lagunya memang benar-benar seperti itu." Azlal tersenyum simpul dan sesekali mengangguk membenarkan perkataannya sendiri.
Vasa menyibakkan rambutnya kebelakang, "Kadang kebohongan yang membahagiakan itu juga diperlukan oleh seseorang. Sekalipun itu kebohongan. Tetap saja itu dibutuhkan, meski hanya sekadar untuk melegakan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja." Vasa mengangguk menyetujui isi lirik lagu.
"Setidaknya untuk saat ini." Azlal berucap lirih.
"Ha?" Vasa kini tak mengerti dengan ucapan Azlal.
Saat gadis itu punya keberanian untuk bertanya lebih lanjut niatnya itu harus kembali ditelannya bulat-bulat. Seorang pelayan mengantarkan pesanan keduanya yang sudah ditunggui sedari tadi. Rumah makan ini memang sedang ramai-ramainya.
Vasa mengambil sumpit mie yang tertata apik di atas meja makan. Gadis itu menggunakan sumpit mie untuk mengikat rambut panjangnya. Baru setelahnya ia bisa memakan steak miliknya yang masih mengepul panas.
"Hemat banget ya," Azlal tersenyum samar masih sambil mencicipi ramen pesanannya. Azlal mengangkat sumpit mie yang dipegangnya. Menunjukkan pucuk sumpit kearah cepolan rambut Vasa.
"Dipinjam selama makan aja, kok." Vasa mencengir lebar.
Azlal hanya terkekeh samar lagi-lagi. Keduanya memakan makanan dalam keheningan tanpa ada salah satu pihak yang mengajak berbicara.
Lima belas menit berselang. Kini Azlal mulai berdiri dari duduknya, bermaksud pergi ke kasir untuk membayar makanan.
Tangan Vasa bergerak ingin melepas cepolan rambutnya. Tangan gadis itu terulur untuk menarik sumpit mie yang sempat dirinya pinjam. Gerakan tangannya terhenti. Niatan untuk mengembalikan sumpit ke tempat semula juga ia urungkan.
Azlal yang memintanya, beberapa detik lalu laki-laki itu berkata "Gak usah biar gitu aja. Nanti sumpitnya ikut dibayar di kasir aja."
Detik berikutnya Azlal tersenyum samar, Vasa masih mematung dengan gerakan terhentinya."Anggaplah sebagai kenang-kenangan. Ingatlah bahwa kita pernah mengalami moment ini di hari ini."
Vasa hanya mengangguk tanpa berkomentar ataupun memprotes. Azlal benar. Dengan sumpit ini mungkin ia selalu teringat tentang hari ini yang akan terlukis menjadi sebuah kenangan. Entah itu sebuah kenagan membahagiakan atau menyakitkan yang akan gadis itu ingat di masa yang akan datang. Tak ada yang tahu. Yang lebih penting adalah apa yang dirasakan Vasa dan Azlal saat ini. Bahagia.
Sumpit warna krem dengan ukiran bunga kecil di pucuknya. Sumpit yang kelak akan bersaksi bahwa hari ini benar-benar ada dan terjadi. Kita akan melihatnya.
---DETAK---
5 hari kerja yang menyita waktu. Banyak tugas yang seperti tanpa libur. Kondisi kesehatan pasti naik turun yaa.
Maaf baru update dan ini pendek sekali. Wkwkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KULACINO
Teen FictionApa jadinya jika seorang ketua ROHIS yang terkenal alim seantero sekolah ternyata tidak seperti yang kalian lihat. Siapa yang menyangka jika ketua ROHIS itu sendiri adalah pelaku one night stand? Siapa sangka jugaa bahwa ketua ROHIS sangat suka ke b...