Karena pembuatan benteng hati itu perlu untuk kemaslahatan hidup. Jadi nantinya udah gak ada lagi yang namanya 'cewek itu emang udah dasarnya baperan'. Karena memang ada sebagian cowok caperan yang gak mau disalahin kalau ceweknya udah baperan.
Siapa yang tak mengira jika memang waktu itu berjalan dengan sangat cepat. Tanpa kita sadari dan tanpa harus kita hitungi. Waktu tetaplah waktu, ia berjalan seiring dengan berlalunya detik.
Siapa lagi yang mengingkari bahwa waktu itu berharga. Waktu bukanlah uang atau harta benda. Waktu adalah waktu, ia yang mengiringi langkah dan deru nafas kita.
Siapa yang menyangka lagi jika yang disebut kemarin sudah berganti bulan. Satu bulan berlalu, berlalunya kejadian menjijikkan yang sungguh sangat tidak patut untuk diingat. Sudah sebulan juga Vasa selalu mensembunyi dalam zona nyamannya.
Vasa yang tidak pernah mengikuti kegiatan eskul. Vasa yang selalu berbalik arah ketika melihat Azlal. Vasa yang setiap harinya malas melihat sosok Azlal. Vasa yang sudah tidak pernah pergi ke masjid lagi. Vasa yang selalu belajar di dalam kelas ketika bel istirahat berbunyi. Vasa yang tidak pernah pergi ke kantin lagi untuk mengisi perut. Vasa yang sekarang selalu memakan kotak bekal yang di bawakan oleh Afshen.
"Nih, Va. Harus dihabiskan!" Afshen berdiri di samping bangku tempat duduk Vasa sambil menyerahkan kotak bekal berwarna peach, warna kesukaan Vasa.
Vasa tersenyum lebar menerima kotak bekal dari Afshen, "Makasih yaa, sebenernya lo gak perlu repot-repot kayak gini deh, Af." Vasa menggaruk tengkuknya, merasa tidak enak.
"Daripada lo gak pernah jajan di jam istirahat, mending gue bawaiin bekel aja. Gue itu kan khaawaatiiirrr bangeett sama lo." Afshen berucap berlebihan.
"Vasa mah enak ada yang khawatirin." Gisel menceletuk sambil mencebik lucu, "Si bocah itu, Af. Akhir-akhir ini tuh gak jelas gitu." Gisel menarik rambut Vasa keras dan mencupit pipi gadis itu.
"Apaan sih, gue gak aneh kok. Cuma akhir-akhir ini itu banyak malesnya." Vasa berucap sambil tersenyum semakin lebar.
"Iya udah terserah Vasa aja deh, yang penting ini senyum gak hilang. Gue ke masjid dulu ya, mau sholat jum'at." Afshen berucap pada Vasa sambil mengacak rambut Vasa dan berlalu dari sana.
"Gue juga duluan ya, Va. Yang penting lo gak usah aneh-aneh dulu. Gue mau ketemu Kak Malik." Gisel berlalu dari hadapan Vasa begitu saja meninggalkan gadis yang sekarang duduk sendiri di bangku kelas yang sudah mulai sepi.
Vasa jadi berpikir, untuk apa Gisel menemui Malik? Bukankah Malik itu si kakak Rohis? Lalu kenapa jadi Gisel menemui Malik, biasanya juga gadis itu selalu menemui Reno dengan seribu alasan menanyakan perihal eskul.
Vasa membuka kotak bekal dari Afshen dan mulai memakannya. Tidak ingin memikirkan Gisel, toh nanti jika gadis itu sudah selesai dengan urusannya pasti akan bercerita sendiri. Vasa paling tidak suka menyuruh orang untuk bercerita kecuali dari kemauan orang itu sendiri.
Sandwitch dengan banyak keju dan susu serta cup kopi kecil. Semua makanan kesukaan Vasa. Afshen memang paling mengerti dirinya. Dan gadis itu menikmati makanannya dalam keheningan.
"Va, berangkat eskul kan lo?" Radya dan Sakin tiba-tiba saja sudah berada di depan Vasa tanpa gadis itu sadari karena terlalu menikmati makanannya.
Laras dan Gita yang datang langsung mencomot sandwitch milik Vasa, "Enak yaa!" Vasa berkata tajam pada keduanya.
"Iya, Va. Enak banget ini." Gita berucap dengan mulut penuh sandwitch.
"Sumpah, Va. Enaknya kebangetan ini mah." Laras menambahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KULACINO
Teen FictionApa jadinya jika seorang ketua ROHIS yang terkenal alim seantero sekolah ternyata tidak seperti yang kalian lihat. Siapa yang menyangka jika ketua ROHIS itu sendiri adalah pelaku one night stand? Siapa sangka jugaa bahwa ketua ROHIS sangat suka ke b...