19)Babang Nasgor

151 16 0
                                    

Kulminasi hati dalam sayup-sayup rintik air yang terbawa badai dan berakhir di jendela. Seperti gadis yang tidak pandai mengungkapkan kata-kata ini hanya berakhir dengan lembaran bisu tanpa arti.

Kemarin kau ubah benci jadi cinta

Sekarang berubah cinta jadi kecewa

Kukira cinta itu indah

Tetapi ternyata tak seindah itu

Katanya cinta tak pernah salah

Takkan pernah berubah

Walau kadang hati tersakiti oleh salah

Katanya cinta tak pernah gagal

Gagal tuk memaafkan

Karna cinta tak pernah salah

Tapi mengapa cintaku kecewa

Vasa menyanyikan bait-bait lirik lagu dengan bolpoin milik Gisel yang ia posisikan di depan mulutnya persis seperti microfon. Sesekali gadis itu melirik teman sebangkunya yang fokus memperhatikan guru kimianya di depan kelas.

Vasa sejak tadi memasang earphone di telinganya, gadis durhaka pada guru itu sama sekali tidak memeperhatikan materi hibridisasi yang diterangkan oleh Bu Iqoh. Padahal itu materi terakhir sebelum UAS berlangsung.

"Lagu siapa, Va?" Gisel akhirnya melirik pada teman sebangkunya yang sejak tadi bersenandung lirih.

"Lagunya Caitlin Halderman, cinta salah."

Gisel mencopot paksa earphone di telinga Vasa, "Jangan karena duduk paling belakang dan pojok lo bisa seenaknya gak ngedengerin guru, Va." Gisel berkacang pinggang pada Vasa.

"Katanya cinta itu gak pernah salah dan gak pernah berubah kan, Sel. Bener gak?" Vasa menatap Gisel seksama menuntut jawaban.

"Lo kenapa lagi deh, Va. Lo mendingan dengerin Bu Iqoh dulu deh, bentar lagi UAS." Yang diucapkan Gisel sangat benar. Gisel sendiri sudah kembali meluruskan pandangannya ke papan tulis.

Vasa mengetukkan dahinya ke meja, gadis itu sangat tidak ingin diberi materi pelajaran hari ini. Vasa beralih mengigiti jarinya dan membuka paket kimia miliknya. Bagaimana pun ia tidak ingin diberi materi, ia harus tetap menguasai materi pelajaran.

Iris coklat itu meresapi setiap kata yang ada di paket kimia lalu mentransferkan informasi untuk diproses di otak. Vasa sama sekali tidak mendengarkan seluruh penjelasan Bu Iqoh. Gadis itu memahaminya sendiri lewat buku paket yang ada di depannya.

Gisel menutup buku kimia yang sedang diamati Vasa, gadis itu menatap Vasa sambil menaikkan alisnya. Vasa sendiri mengedarkan pandang ke depan, benar saja gurunya sedang menutup pertemuan.

"Sekian dari saya anak-anak, selamat bertemu kembali di pertemuan berikutnya. Hati-hati di jalan, wassalamualaikum." Bu Iqoh berjalan keluar kelas dengan membawa serta buku dan laptopnya.

Anak-anak di kelas ini juga berhamburan keluar kelas sambil menggendong tas punggungnya. Bel pulang sudah berbunyi tapi rasanya Vasa tidak ingin pulang ke rumah.

Gisel memasukkan semua peralatan sekolah dan buku-buku miliknya ke dalam tas. Vasa sendiri malah menekuk kedua tangannya di atas meja dan membenamkan kepalanya disana.

Gisel menatap Vasa dengan satu tumpuan tangannya, "Jadi menurut gue bener, Va. Cinta itu gak pernah salah dan gak pernah berubah."

Vasa mendongak menatap Gisel, Gisel sendiri tertawa melihat reaksi cepat Vasa. Temannya satu ini benar-benar galau rupanya. "Tapi gak pernah berubah itu bukan berarti kita stuck di satu orang. Ada kalanya kita harus membuka hati buat orang lain, Va."

KULACINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang