Saat kau tidak ada disini, aku butuh beberapa kata yang pernah kudengar dari bibirmu agar aku bisa melalui hari-hariku dengan baik. Ada bagian kecil dari hatiku yang merindukanmu.
"Va kursinya geser ke kanan dikit lebih rapi deh kayaknya, iya gak sih?" Radya menundukkan kepala dan badannya agar bisa melihat kaki kursi yang menghadap pada meja.
Vasa berjongkok mengamati kaki kursi sembari menimang pendapat Radya, "Iya juga sih lebih rapi."
Radya mendorong bahu Vasa pelan, "Bantuin ngangkat kursinya kalau begitu, Nak." Radya berkacak pinggang melihat Vasa yang masih diam, Radya kini malah berperan seperti ibu yang sedang memarahi anaknya.
"Iya-iya, Buk. Sans napa?" Vasa mencengir lebar. Baru setelahnya Vasa dan Radya mengangkat kursi berukuran cukup besar tersebut, keduanya menggesernya ke arah kanan seperti pendapat Radya tadi.
Vasa dan Radya duduk di kursi yang sudah mereka geser, kedua gadis itu kini bersantai. Pekerjaan mereka sudah selesai rupanya. Tapi sepertinya hari ini takkan membiarkan Vasa dan Radya beristirahat.
Lihat saja Sakin sudah kembali menghampiri keduanya. Sakin si ketua Rohis akhwat penjabat di angkatan Vasa. Sudah berapa menit Vasa dan Radya duduk? Rasanya belum ada setengah menit.
"Kalian mending bantuin Reza nyapu deh, kasian tuh anak laki nyapu sendirian." Sakin belagak memerintah seperti bos. Anak satu itu.
Radya sendiri berdiri malas, gadis itu bukannya tidak mau. Radya hanya terlalu capek kali ini," Lo sendiri ngapain dari tadi, Kin? Mondar-mandir gak jelas gitu, lo seharusnya juga ikut bantu bersih-bersih jangan Cuma nyuruh-nyuruh. Gue juga ngerti lo itu ketua, tapi gak bisa gitu juga."
Vasa sekarang bergidik ngeri melihat Radya yang baru kali ini bisa marah hingga sebegitu hebatnya. Meskipun Vasa sendiri sebenarnya menyetujui ucapan Radya.
Sakin memang sejak tadi hanya bisa menyuruh anggotanya saja. Vasa melihat dan sudah mengalaminya sendiri, bersama Radya tentunya. Ia dan Radya bahkan tidak diberi waktu untuk istirahat, sedikit ia dan Radya selesai mengerjakan tugas lagi-lagi langsung diberi.
Sebenarnya Sakin hanya khawatir dengan lancar tidaknya acara ini nanti, tapi cara gadis itu salah. Benar-benar salah, wajar saja jika Radya menegurnya hingga seperti itu.
Vasa memegang pundak Radya dan menepuk-nepuknya, "Udah, Dya." Vasa mencoba menenangkan Radya.
Radya melengoskan pandangannya dan berlalu begitu saja. Vasa menatap Sakin, "Lo pikirin deh Kin omongan Radya." Vasa berlari kecil menyusul langkah Radya yang sudah mendekati Reza. Meninggalkan Sakin dalam lamunan koreksi dirinya hari ini.
Vasa mengedarkan pandangannya melihat debu-debu yang masih banyak berjejak di aula sekolah ini. Acara makan malam anak Rohis memang dilaksanakan nanti malam disini, aula sekolah.
Tugas-tugas anak Rohis pun dibagi-bagi. Ada yang memasak makanan, membersihkan aula, menata perlengkapan di aula, dan mengatur penerangan dan sound.
Bagian memasak makanan sudah tentu diperuntukkan mereka yang pintar memasak, andai saja Vasa bisa memasak pasti kerjanya takkan seberat ini. Berbeda dengan Ifah dan Gita, Vasa dan Radya benar-benar tak bisa memasak sama sekali.
Vasa melangkah mengahampiri Radya dan Reza yang masih menekuri kegiatan menyapu. Kedua anak itu begitu serius berkutat dengan debu-debu di lantai aula, dan itu membuat Vasa tersenyum. Mereka berdua sungguh lucu.
"Sapunya mana, Dya?"
Radya berhenti sejenak dari kegiatannya, "Vasa, lo kesini?"
Vasa memutar matanya, Radya benar-benar tidak nyambung. "Iyalah, gimana? Sapunya dimana?" Vasa mengulangi pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KULACINO
Teen FictionApa jadinya jika seorang ketua ROHIS yang terkenal alim seantero sekolah ternyata tidak seperti yang kalian lihat. Siapa yang menyangka jika ketua ROHIS itu sendiri adalah pelaku one night stand? Siapa sangka jugaa bahwa ketua ROHIS sangat suka ke b...