5)Laras dan Reno

226 18 0
                                    

"Aku tidak memaksamu untuk masuk dalam batas nyamanku, kamu sendiri bukan yang melakukannya? Jadi setelahnya aku tidak akan membiarkan sedikit pun celah untukmu keluar dari sana." -Azlal

Vasa tampak mengelap keringat yang tampak mengalir di pelipisnya. Seminggu penuh ini mereka -anak ROHIS- sangat sibuk membersihkan dan membenahi masjid di awal tahun ajaran baru.

Begitu juga dengan Vasa yang kini sedang duduk bersandar di tiang serambi masjid sambil sesekali mengipasi dirinya sendiri. Bahkan Vasa sampai memejamkan matanya karena kelelahan.

Tampak tepat di samping Vasa duduk ada Sakin yang sedang menegak air mineralnya. "Va, menurut lo gimana kalau gue nyalon jadi ketua ROHIS tahun ini?" Tanya Sakin tiba-tiba meminta pendapat Vasa.

"Heh? Iya itu juga gak apa-apa." Jawab Vasa asal dan masih fokus untuk meredakan rasa lelahnya.

"Berarti habis ini gue harus nyerahin data diri ke Kak Azlal." Ucap Sakin bersemangat kemudian melanjutkan. "Temenin ya, Va." Sakin menarik-narik lengan Vasa dan mulai membujuk gadis itu.

Vasa hanya mengibaskan tangannya pada Sakin. Tanda bahwa ia menolak ajakan Sakin. Sakin menghela nafas kecewa karena penolakan Vasa.

Radya yang baru datang dengan sapu ditangannya tampak memperhatikan dua gadis yang sedang berbincang malas. Radya tampak memanggil Vasa, dan yang dipanggil pun menoleh pada si pemanggil. Detik berikutnya gadis itu mulai bertanya.

"Lo nanti malam mau ikut pengajian khusus akhwat di Pasarehan gak, Va?" Vasa mendengarkan perkataan Radya dengan baik, baru kemudian ia menggeleng.

"Gue mau belajar aja di rumah, Dya. Besok kan ulangan Biologi. Lo gak lupa, kan?" Gadis itu bertanya meyakinkan pada Radya yang tampak berpikir.

"Iya sih, tapi gue gak enak kalau gak datang. Guenya diundang sama Kak Maryam. Tapi gue gak ada barengan, sepeda di bawa kakak gue." Radya menghela nafasnya. Bingung dengan permasalahannya.

"Lo gak usah belajar juga otak lo encer." Celetuk Vasa yang tidak nyambung dengan perkataan Radya barusan.

"Sama gue aja gimana?" Tawar Sakin kemudian.

"Rumah lo mana searah sama rumah gue?" Radya tampak tidak enak dengan tawaran Sakin.

"No problem." Jawab Sakin pada Radya yang mengagguk samar tanda ia menyetujui ajakan Sakin. "Nanti malam gue jemput."

Vasa berdecak kemudian cengengesan tidak jelas. "Kalian kayak mau kencan kemana aja, deh."

Keduanya yang menyadari itu lantas tertawa. "Serah lo, Va." Ucap Sakin yang kemudian menarik tangan Vasa pergi meninggalkan Radya yang harus menyelesaikan kembali kegiatan menyapunya.

"Kemana dah?"

"Kan gue udah bilang mau ketemu Kak Azlal."

Vasa melongo dengan jawaban enteng Sakin. Pasalnya ia sudah menghindari Azlal selama seminggu sejak kejadian di mall itu. Dan sejak itu, ia sudah berniat untuk meminimalisir urusan apapun yang berkaitan dengan Azlal Albana.

---KULACINO---

"Assalamualaikum." Sakin mengetuk pintu ruangan ROHIS sembari mengucapkan salam.

Sakin membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam diikuti Vasa di belakangnya. Aroma jeruk langsung menguar saat mereka masuk ke ruangan minimalis dengan meja kerja, kursi, dan satu buah sofa panjang.

"waalaikumsalam." Jawab laki-laki yang duduk di meja kerja dan mengalihkan pandangan pada dua gadis yang baru saja masuk tersebut.

Sakin duduk di kursi depan meja kerja tersebut, tepat di depan Azlal dengan meja kerja yang membatasi keduanya. Sedang gadis yang bersama Sakin tadi tampak mengibaskan rambutnya kemudian mendudukan dirinya di sofa panjang dengan asal. Gadis itu bahkan membiarkan dirinya memantul di atas sofa empuk tersebut. Dan kemudian ia mulai berbaring di atas sofa.

KULACINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang