28) Remed

24 2 0
                                    

Poros hidupku itu kamu. Mau seberapa jauh planet kecil ini berevolusi, pada akhirnya aku hanya terus mengelilingimu. Sebab Kamu mataharinya.

Hari-hari berikutnya terasa maklum dan biasa saja. Tidak ada yang spesial, kecuali teman-teman Vasa yang ogeb dan suka gak jelas. Sederhana, tapi hal sederhana itu membuat Vasa tertawa seakan lupa dengan semua masalah yang ada. Benar kata Radya, ia hanya harus bersyukur untuk terus menikmati hidup. Semua agar hidupnya lancar dan tentunya bahagia.

Akhir-akhir ini banyak jam pelajaran yang kosong selama satu minggu. Hal yang biasa seperti memang sudah seharusnya begitu setelah UAS berjalan. Banyak teman sekelasnya yang menghilang. Ada yang ke kantin karena tidak punya pekerjaan, ada yang belajar seperti Radya, ada yang mengikuti UAS susulan, ada yang mengikuti remed karena nilainya kurang, dan ada yang menyempatkan diri untuk berpacaran sebelum liburan datang seperti Gisel dan Laras.

Ini hari ketiga dalam minggu pelajaran kosong, artinya hari ini hari Rabu. Vasa lupa kapan Azlal menemuinya terakhir kali, mungkin hari Sabtu seusai UAS terakhir atau baru Senin kemarin? Semakin tidak jelas saja pikiran Vasa jika terlalu memikirkan Azlal.

Vasa melirik pada Sakin dan Gita yang seperti biasa, selalu ribut. Kali ini mereka merecoki Radya yang tengah belajar dengan serius. Membuat seulas senyum terbit dari wajah Vasa.

"Eh, Radya. UAS tuh udah selesai, ngapain belajar!" Sakin berucap lucu, tangan kanannya bergerak menutup buku tebal milik Radya.

Radya mendengus keras, "Kalian gak punya kerjaan mending ikut belajar, kalau enggak sana main aja. Kemana gituu."

Gita mencengir lebar, "Mau ke kantin aja, tapi bayarin ya." Sejurus kemudian Gita menyodorkan telapak tangannya pada Radya.

"Kagak punya duit, sana-sana." Radya merampas kembali bukunya dan kembali membukanya.

"Elah, pelit lu, Dya."

Terakhir yang dilihat Vasa adalah Sakin yang menarik Gita keluar kelas. Entahlah, mungkin mereka kembali mencari orang yang dapat diganggu lagi.

Kemudian, Radya kembali sibuk dengan bukunya dan Vasa kembali tenggelam dalam dunianya. Mau dipikir bagaimana pun jawabnya sama. Azlal tidak bersalah dan Vasa paham benar akan hal itu.

Malam kemarin, entah karena penasaran atau sebal terlalu larut memikirkannya, Vasa mencari tahu mengenai OCD. Obsessive Compulsive Disorder. Berdasarkan yang diketahui oleh Vasa, OCD adalah kondisi kesehatan mental umum dimana seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif. Hanya itu. Vasa rasa ia butuh bantuan seseorang.

Gadis yang membiarkan rambutnya tergerai bebas itu bangkit dari duduknya, membuat Radya yang sedang fokus belajar tak jauh darinya mengelus dadanya perlahan lantaran terkejut dengan tindakan Vasa yang tiba-tiba. Tanpa berpikir ulang, Vasa berlari keluar kelas dengan kilat.

Langkah Vasa berhenti di depan perpustakaan, tentu saja ia sadar dunia. Mencari orang di depan perpustakaan setelah UAS adalah bencana. Perpustakaan yang biasanya lengang tak berpenghuni berubah menjadi lautan manusia yang pastinya terpaksa ikut remed.

"Bu, saya ada remed Biologi. Maaf saya terlambat." Vasa menunduk diikuti tatapan menyelidik dari petugas perpus. Vasa berbohong, ia tidak ada jadwal remed dan itu sebabnya sekarang ia menunduk takut-takut.

Bu Nella, penjaga perpus yang sudah lumayan berumur itu menghela napas panjang, "Kamu itu ya, udah tahu remed masih aja telat. Dasar anak sekarang gak punya malu." Semua pasang mata tanpa diperintah melayangkan tatapan pada Vasa yang masih menunduk. Vasa sudah menduga itu akan terjadi.

Vasa meringis, miris dengan nasibnya, "Maaf, Bu." Hanya itu yang dikatakan Vasa. Pura-pura remed dan memalukan diri sendiri, sial sekali.

"Sana cepat gabung dengan temanmu. Minta saja soalnya, dilarang mencontek! Ingat!" Nada suara Bu Nella benar-benar naik satu oktaf sekarang.

KULACINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang