4 - Please Save Me!

206K 4.4K 64
                                    

Sadistic Manager 4 - Please Save Me!

David sudah mulai membenahi kemeja yang dipakai Alana. Ia mengancingkannya dari bawah dengan tetap menyunggingkan senyum manis. Tadi gadis itu sudah tersadar, hanya sebentar dan kemudian tertidur. Mungkin karena kelelahan.

Pria itu berhenti beberapa saat sebelum tangannya mengancingkan kemeja Alana yang terletak tepat dibawah payudara milik gadis itu. Ia menggerakkan tangannya menuju cup bra leopard milik Alana lalu sedikit memelorotkannya hingga menampakkan bagian kecoklatannya. Pria itu mendekatkan wajahnya lalu menjilatinya. Gadis itu memendesah dalam tidurnya. Hal terakhir yang pria itu lakukan sebelum melepaskannya adalah mengigit dengan bibirnya.

David memperhatikan sebentar, saliva miliknya menempel begitu basah disana. Ia melepaskan cup bra Alana lalu mendesah pelan sambil memegangi pelipis kanannya.

“Kau membuatku menjadi penjahat, sayang,” ucap David. Barulah ia melepaskan jas kerjanya lalu menutupkannya pada kaki Alana, ia mengelap peluh yang muncul di wajah cantik Lana dengan punggung jemarinya. Saat memperhatikan wajah Alana, David teringat akan ancaman yang diberikan oleh pamannya, Xander Reagan.

“Segeralah mencintaiku,” mohonnya lalu mengelus lembut pipi Alana. Lalu pria itu meninggalkan ruangan kantornya.

Flashback

"Siapa?" tegasnya. Oh God, untuk ukuran gadis polos seperti dirinya, tentu pria itu terlalu meninggikan suaranya. Nomor gadis yang sudah berada di ponselnya lebih dari sebulan yang lalu, bahkan sudah ada sebelum dia diangkat menjadi manajer keuangan.

"Maaf manajer, aku tidak tahu dimana anda sekarang jadi aku ..."

Itu suara gadis yang begitu menawan hatinya. Untunglah gadis itu masih bersuara biasa, tidak terpengaruh gertakannya.

"Lantai 35, ruangan direktur idiot perusahaan ini, mengerti?" ucap David datar. Lalu mematikan hubungan pendek itu. Dia sedikit mengendurkan dasinya bukan gugup, hanya sedikit masih tertinggal rasa amarah kepada pamannya.

Lelakiitu segera berjalan menuju ruangan pamannya. Ia menerima telepon dari Alana saat dirinya sudah berada di luar lift. Sedikit frustasi ia menggaruk bagian belakang kepalanya.

“Bajingan itu membuatku gila,” desisnya.

Barulah setelah ia berucap seperti itu untuk memuaskan mulutnya, ia berjalan lebih cepat ke ruangan direktur. Saat dirinya melewati resepsionis, tak ada sekretarisnya disana jadi ia memutuskan untuk langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu dan langsung bersuara begitu keras.

“Paman! Aku ingin bicara,” gertaknya tak sabar. Lalu wajah tampannya berubah kaget saat itu juga.

Ia tidak sopan masuk begitu saja kesana sedang pamannya sedang berbicara dengan beberapa orang di sofa yang terletak di sebelah kanan pintu.Pamannya hanya menyunggingkan senyum manis sambil menatapnya sedang beberapa pasang mata lainnya mengikuti arah pandangan pamannya.

“Anak tampan, kemarilah,” ucap pamannya. Ia masih menyunggingkan senyum manisnya.

“Maaf, aku bicara nanti saja, sepertinya aku mengganggu,” ucapnya, dia menarik slot pintu, bermaksud menutupnya.

“Tidak baik anak tampan, mereka ingin bertemu denganmu,” jawab Xander. Ia masih tetap menyunggingkan senyumnya.

Sebenarnya pria itu malas jika harus bertemu orang-orang baru, apalagi itu tidak ada hubungan apapun dengannya, entah masalah pekerjaannya yang dijabat sekarang maupun dalam hal pribadinya. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk masuk juga, hanya formalitas.

David menyunggingkan senyum sambil masuk ke kantor pamannya. Dari aksen dan wajah mereka sepertinya mereka adalah klien dari Italia. Setelah ia masuk, mereka menjabat tangan David, hanya sebatas itu lalu mereka berpamitan dan keluar.

Sadistic ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang