Bab 09
'Katakan saja yang sejujurnya. Hatiku sudah siap menerimanya.'
Lisa kini termenung bimbang. Ia terus saja memikirkan ucapan Hanbin kemarin. Hari di mana Hanbin menjadi sosok yang berbeda baginya.Ia tahu, tidak ada kata dusta di balik ucapan itu. Bahkan, sorot mata itu... Adalah sorot mata kejujuran yang terdalam.
Lisa menghela nafas. Dunia sudah mempermainkannya.
"Hai Lisa," sapaan itu membuatnya berbalik badan.
Baru saja ia mau membalas sapaan itu, bibirnya seketika bungkam ketika melihat gadis yang berdiri di depannya saat ini.
"Maaf, bisa gak kita bicara sebentar?"
.
Donghyuk melempar bola basket nya ke sembarang arah. Ada apa dengan permainan hari ini?
Mengapa tim nya tidak bisa mengalahkan tim Bobby?"Argh, sial!" umpatnya.
Ia berjalan ke arah pinggir lapangan dan meraih botol air mineral dan meneguknya.
"Hanya selisih 2 poin," celetuk Bobby yang datang tiba tiba.
Donghyuk melihat Bobby dari lirikan matanya. Dan saat ia sudah selesai minum, ia kini berbalik badan menghadap Bobby.
"Pemilihan presiden aja kalah biar selisih 0,5. Jadi buat apa?" acuh Donghyuk.
Bobby tertawa.
"Setidaknya lo itu udah mendekati, ya bersyukur dong atlet basket kayak gue bisa lo tandingin" ujar Bobby."Terserah lah. Lo mau lomba kan bulan ini?" tanya Donghyuk.
"Tebak, apa hal yang bagusnya!" seru Bobby.
Donghyuk mengerinyit. Ia tidak mengerti jalan pikiran orang di depan nya ini, rada rada sableng. Hal tidak penting begitu di tanyakan.
"Gak tau." jawabnya datar.
"Gue yang milih sendiri anggotanya," ucap Bobby bangga.
Donghyuk melotot.
"Serius lo?, bangga banget ya lo!""Oh, tentuuu"
Donghyuk mencibir dalam hati.
Ia merasa akrab dengan ketua tim basket sekolahnya itu. Meski belum bertemu lama, mereka sudah sangat akrab. Ini juga faktor dari kegemaran mereka dan Bobby yang mudah mencari teman."BTW, lo beneran kakaknya Jisoo?"
.
Hanbin berjalan di koridor dengan wajah yang sama sekali tidak menampilkan senyum.
Wajah tidak bersahabat itu membuat orang orang enggan untuk berurusan dengannya, bahkan untuk sekedar bertegur sapa.
Hanbin menghela nafas, ia kemudian menaiki tangga menuju atap.
Ia sudah siap menerima apapun keputusan gadis itu, apapun itu... Dan ia berharap hal itu benar adanya. Semoga.Jisoo berdiri menghadap ke lapangan sekolahnya. Di sini sangat sejuk, ia suka berada di sini. Nyaman.
Sebuah langkah yang terdengar membuatnya berbalik. Ia menatap wajah datar bercampur cemas milik pacarnya itu. Masih tampan seperti saat pertama kali mereka bertemu.
Hanbin balik menatap Jisoo. Ia tahu, wajah itu sudah terlalu sering di basahi air mata. Dan itu, karenanya.
Seulas senyum terbentuk di bibir Jisoo. Senyum tulus yang ia berikan pada Hanbin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Honesty Kim Hanbin
FanfictionPernah disia-sia kan? Pernah diacuhkan? Di Beri harapan palsu sudah pernah? Kalau berada dalam hubungan hampa tanpa rasa? Kalau sudah, kalian pasti paham betul rasanya. Seperti apa definisi hati yang separuh patah dan selebihnya retak Untuk hati utu...