Bab 25
Hidup ini lelucon. Pada akhirnya semua akan melepaskan apa yang tidak bisa Ia genggam🌿🌿🌿
Jisoo memegang kepalanya yang terasa pening. Tubuhnya akhirnya mengalah juga dan memilih duduk di kursi taman yang tidak jauh dari lapangan. Sedari tadi ia memaksa raganya sendiri berjalan dan menolak istirahat.
Gadis itu memang keras kepala.
Jisoo menghembuskan nafasnya berkali-kali. Kepalanya masih berdenyut.
"Sial banget, arghh!" gerutunya.
Kondisinya benar-benar menurun selama seminggu ini. Bagaimana tidak, 3 minggu belakangan, ia selalu pulang malam. Bimbel dan Les tambahan memenuhi jadwalnya.
Syukurlah di minggu ujian ia tidak drop dan bisa melaksanakannya dengan baik. Malah mendapatkan nilai yang memuaskan.
Perihal nilai, Jisoo jujur bahagia. Juga tentunya bersyukur. Usahanya tidak sia-sia 6 bulan ini. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan mendapatkan nilai yang membanggakan di tahun ketiga ini.
Memang dia terkenal anak yang masa bodo pada saat guru menerangkan, tapi Jisoo memahami materi dari buku dan rajin mengerjakan tugas. Bisa di buktikan tekadnya itu dengan melihat jadwal bimbel gadis itu yang bahkan nangkir dihari minggu.
Bobby pun sempat heran, tapi memilih tak menghakimi adiknya itu, daripada Jisoo ngambek dan tidak mau melanjutkan tekadnya itu lagi karena direcoki macam-macam.
Bahagia dong. Peringkat 6. Ngalahin abangnya yang cuma 14.
Nyombong dikit gapapa kan
Jisoo terkekeh.
Jika ada orang yang tahu gadis itu sedang sakit kepala, maka akan bergidik ngeri. Dikira kerasukan si Jisoo."Bodo amat."
Jisoo berdiri. Kembali menahan denyutan didahinya. Berjalan kembali kekelasnya.
Hari ini para orang tua datang untuk mengambil rapor anaknya. Ayah Jisoo?
Datang dong.Ini yang membuat Jisoo semangat, ingin cepat-cepat membanggakan nilainya. Memeluk erat ayahnya itu.
Masih dengan wajah tersenyum, Jisoo berjalan sempoyongan. Menuju kelasnya yang tidak jauh lagi.
Tapi saat hendak mencapai daun pintu, badannya linglung. Untung saja ada tangan yang cekatan menahannya.
Jisoo menegakkan tubuhnya. Melihat wajah Taeyong. Si adik kelas yang dari dulu selalu mengintilinya.
"Tiati dong soo, lo napa sih? Jalan kek orang mabuk aja" gerutu Taeyong masih memegangi lengan gadis itu.
Jisok cengegesan.
"Gak kenapa napa Taetae,"Taeyong menyelidik Jisoo. Wajahnya pucat. Tidak mungkin gadis itu baik-baik saja.
"Bohong. Lo sakit kan?"Jisoo menggeleng.
"Gak kenapa-napa ih! Lo mau liat gue gak kenapa-napa? Sana beliin teh anget" usir Jisoo berjalan masuk ke kelasnya, meninggalkan Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honesty Kim Hanbin
أدب الهواةPernah disia-sia kan? Pernah diacuhkan? Di Beri harapan palsu sudah pernah? Kalau berada dalam hubungan hampa tanpa rasa? Kalau sudah, kalian pasti paham betul rasanya. Seperti apa definisi hati yang separuh patah dan selebihnya retak Untuk hati utu...