'Bab 38'
Jika tak ingin terluka, searusnya jangan pernah menaruh harap
~•~
Hanbin lagi-lagi mengembangkan senyumnya. Sedangkan Bobby yang melihat itu jadi sedikit geli karenanya.
"Udah lo senyumnya njir, dikira gila nanti," Ujar Bobby mengedarkan pandangannya kepenjuru kantin.
Cowok itu mencoba melihat-lihat keadaan sekitar. Mewanti jika saja ada yang melihat sahabatnya itu.
Kan gak oke kalau Hanbin dikira gila."Lo tau?
Cinta memang sebercanda itu." Hanbin menopang dagunya diatas meja kantin. Matanya menerawang pada perihal beberapa waktu lalu."Gue gak pernah cinta. Dan gue sama sekali tidak tertarik tentang cinta." Bobby menjawab jengah.
Mendengar itu,
Hanbin lantas tergelak pelan.
Setelah jeda beberapa saat, cowok itu kembali berbicara.
"Gue harus buktiin apa lagi? Sedangkan dia gak pernah ngertiin gue."
Hanbin tersenyum kecut.
Sedangkan Bobby menghela nafas.Hanbin sedang bercerita tentang si 'dia' yang ingin selalu diprioritaskan tanpa mau sedikitpun mengerti. Gadis keras kepala berhati batu.
Setelah lama terdiam, dan dibumbui kecanggungan. Bobby menatap lekat-lekat Hanbin dan menepuk bahu sahabatnya itu ala cowok.
"Udahlah, cari cewek lagi aja."
Singkat,
namun membuat Hanbin linglung."Maksud lo?"
"Yah masa lo gak ngerti. Gue umpamain yah, Jisoo itu kaos kaki, nah terus pas lo punya kaos kaki, gak peduli seberapa bagus dia pas baru, tapi ternyata setelah lama dia udah buluk terus bolong-bolong, meskipun lo sayang gitu sama kaos kakinya, lo kudu ganti baru. Karena gak etis kalo lo make yang buluk. Dan, gak ada kaos kaki yang tahan selamanya lo pake kan?"
Seloroh Bobby panjang lebar. Cowok itu menggaruk-garuk kepalanya sambil menggumam.
Kaos kaki cocok gak sih?
Udahlah, tuh dua saudara sama aja.
Adiknya suka nyamain kakaknya gembel, gantian kakaknya nyelenehin adeknya. Suka-suka mei-mei aja."Lo bisa pake perumpamaan lain gak?" Hanbin pura-pura tidak mengerti. Mengabaikan ucapan Bobby yang semakin membuatnya bingung.
"Elahh, kalo pake yang keren-keren gue gak bisa Bin, ribet."
"Yudah, gue gak ngerti, sekian."
Tutup Hanbin mengakhiri pembicaraan. Topik ini tidak baik untuk dirinya.Lebih tepatnya, sesuatu yang ada di sudut sana, sepenggal perih yang masih harus berdarah.
✔✔✔
Jisoo menguap lebar. Tangannya diregangkan bergantian dengan dia mengatur nafasnya.
Pandangannya yang masih samar langsung menangkap sosok Jennei yang menatapnya cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honesty Kim Hanbin
FanfictionPernah disia-sia kan? Pernah diacuhkan? Di Beri harapan palsu sudah pernah? Kalau berada dalam hubungan hampa tanpa rasa? Kalau sudah, kalian pasti paham betul rasanya. Seperti apa definisi hati yang separuh patah dan selebihnya retak Untuk hati utu...