Fourth

57 9 0
                                    

"Ren,nomor 7 apa?" Tanya Oky lirih sambil menggerak-gerakkan kursi ku dari belakang.
"Pssstttt! Lo ini bisa diem nggak? Kerjaan lo ini selain nyontek nggak ada apa?" Jawab ku spontan.

Yaa,jika dihitung sudah ke lima kalinya Oky tanya di ulangan ini,dan siapa sih orang yang nggak gregetan sama sikapnya?
Dan ya, ucapan ku sangat terdengar jelas diruang kelas yang hening ini,sehingga guru yang ada di depan pun langsung menghampiri meja ku.

"Kalian contekan ya" ucap Guru yang sedang melotot dihadapan ku.

"Ih! Enggak pak. Oky nih, dari tadi nanya mulu" ucap ku

"Eh,enggak pak,bohong. Saya dari tadi nggak nanya ke dia kok" ucap Oky yang sangat sangat berbohong.

"Sudah,sebagai hukuman kalian berdua pulang sekolah bersihkan semua wastafel yang ada disekolah ini!" Perintah guru itu.

"Loh,saya kok juga pak,saya disini korban pak" ucap ku.

"Korban apa? Saya nggak mau tau,pokok nya besok pagi saya harus tau wastafel nya sudah bersih!" Elak guru beralis tebal itu lalu kembali ke meja nya,tapi baru beberapa langkah,guru itu menengok ke arah ku lagi.

"Kalo dilihat-lihat kalian mirip ya"

Ha? Mirip? Dilihat dari mana coba? Hffttt... dasar ya guru itu, dibilang mirip, terus disuruh bersihin wastafel,padahal kan yang salah Oky,ini itu nggak adil! Masa yang salah Oky tapi imbas nya aku juga kena,kan nggak adil. Awas aja nanti, pokoknya aku nggak mau bersihin wastafel,biar Oky aja! Biar ngerasain dia.

Kring....

Yess,akhirnya bel pulang juga. Udah nggak sabar buat tiduran di kasur. Oya, gimana bisa lupa sih sama hukuman tadi, sebenarnya sih sempat terbesit di fikiran kalau aku mau kabur pulang, tapi... kan kasihan Oky. Ah,ngapain kasihan orang yang salah Oky.

"Oi,yuk kita kerja bakti!" Ajak Oky dengan semangat 45 nya.

"Kita? Lo aja kali! Ogah banget" tolak ku.

"Lo kok gitu sih! Entar gue traktir ice cream strawberry deh" tawar Oky yang memelas.

"Mau lo beliin ap~~" ucapan ku terpotong oleh seseorang yang baru saja datang.

"Dek,kok tumben belum pulang" potong orang yang baru datang itu.

Aku menengok ke asal suara "Ini kak,dapet hukuman" ucapku yang menunduk,dan aku tahu siapa orang itu,ya siapa lagi kalo bukan Kak Ditto.

"Kamu kenapa kok dihukum?" Tanya Kak Ditto.

"Panjang ceritanya kak,pokok asalnya dari Oky" jawab ku sambil melirik ke arah Oky.

"Yaudah aku bantu" ucap Kak Ditto lalu meletakkan tasnya di lantai teras kelas ku.

"Eh,nggak usah kak" ucap ku.

"Nggak papa kok" ucap nya.

Senyum sempat menghiasi wajahku,tapi sayang nya senyumku pudar ketika mendapat senggolan di lengan kananku. Siapa yang nyenggol? Ya Oky lah!

"Kerja,jangan senyum-senyum gue nanti terpesona" ucap Oky sambil mengedipkan satu matanya.

Aku hanya memutar bola mataku dan mulai membersihkan wastafel.

×××

"Hai!" Sapa seseorang disebelahku.

Aku menengok "hai!" Balas ku dengan sedikit canggung.

"Em..gimana kalo aku anterin kamu?" Tanya Kak Ditto.

"Nggak ngrepotin kak?" Tanya ku berusaha memastika.

"Enggak. Everything for you" jawab nya.

Aku menganggukkan kepala ku.

"Yuk!" Ajak Kak Ditto lalu menarik tanganku.

Deg..

Kenapa detak jantung ku terasa lebih cepat? Aku grogi? Yaa,bisa dikata.

Tak terasa motor Kak Ditto sudah berada di depan gerbang rumah ku,aku pun segera turun.

"Makasih kak"

"Iyaa,sama sama."

Aku segera masuk kedalam rumah,aku meletakkan tas ku disofa lalu melepas sepatu dan kaus kaki ku.

"Hayooo,dianter siapa tadi" ucap Mas Akbar tiba-tiba.

Bahu ku terangkat karena reflek kaget "Ha! Eh? Em... Te..men kok" jawab ku gugup.

"Temen apa temen" goda Mas Akbar.

"Temen,percaya deh" ucap ku yang masih melepas kaus kaki dari kaki kiri ku.

"Paling-paling bentar lagi ada yang jadian nih" ucap Mas Akbar sambil mencubit pipi kanan ku.

Lantas aku langsung melempar kaus kaki kearah Mas Akbar "Apaan sih Mas!"

Mas Akbar lari entah kemana,aku membiarkannya karena aku sudah sangat lelah,aku ingin segera masuk ke kamar dan tidur.

×××

Pagi ini dengan terpaksa aku harus mendengarkan omelan Windi, dan penyebab omelan nya adalah sebuah lem. Gila itu anak! Dia ngomel panjang lebar tentang lem itu.

"Masa lem masih 2 hari udah habis"

"Belum ada yang di lem,tapi kok lem nya udah habis"

"Ati-ati ya, di kelas ada setan yang suka nge habisin lem"

"Udah bayar kas suka nunggak,ngabisin lem lagi"

Kepala ku pusing mendengar omelan-omelan itu. Ya ingin sekali aku bertindak untuk membelikan lem baru,supaya Windi bisa segera tutup mulut,tapi takutnya dia malah nuduh aku yang ngabisin lem. Tau lah,panas telingaku dengernya.

Oya,Windi ini suka banget marah marah karena hal sepele,dulu dia pernah marah karena tisunya habis. Tapi dia itu termasuk anak yang hampir nggak pernah ngomong kasar, omongan kasarnya mungkin kaya anjir, anjay, kucing, melon, semut. Pokok dia selalu samarin kata-kata kasar itu pakai nama hewan,sayur atau buah. Dia nggak mau ngomong yang terlalu kasar karena dia itu nurutin kata-kata bapaknya. Oya dia juga selalu nggak mau kalo bapak nya dipanggil ayah,ataupun papa "pokoknya bapak!"  Emang Windi itu aneh,harap maklum yak.

"Udah selesai ngomelnya?" Tanya Falco dari arah belakang.

"Lo mau gue ngomel lagi? Ha?" Tantang Windi.

Aku yang malas mendengar cekcok mulut lagi segera bertindak "udah udah Di,biarin aja Falco,gak usah diladenin"

"Nyebelin banget sih!" Gerutu Windi.

Mimpi apa semalem,pagi-pagi udah dengerin orang ngomel ngomel "Huffffttttt..."

×××

Aku mengobrak-ngabrik isi lemari pakaian ku,nanti sore Kak Ditto mengajak ku bertemu disalah satu caffe. Ya,aku sedikit nggak PD sama style sehari-hari ku, memang aku sedikit berlebihan di pertemuan ku kali ini.

"Mau pergi kemana sayang?" Tanya Ibu ku.

"Eng.. mau keluar bu" jawab ku sedikit gugup.

Ibu duduk di pinggir ranjang tempat tidurku "Sama siapa?" Tanya ibu.

"Sama temen kok" jawab ku.

"Hayoo,temen apa temen. Kamu ini kalau mau pergi kayak biasanya aja. Nggak perlu repot-repot dandan,dengan kamu yang apa adanya itu malah tambah cantik ketimbang kamu dengan make up tebal" tutur Ibu lembut.

Aku hanya tersenyum mendengar tutur ibu. Wanita ini memang benar-benar hebat, kata-katanya selalu lembut,tak pernah membentak. Ibu juga selalu mengajarkan ku tentang sopan santun, ya ibu ku adalah keturunan Jawa, sementara ayah juga keturunan Jawa jadi sudah sedari kecil aku hidup dengan adat Jawa.

Ibu sudah keluar dari kamarku, aku pun menentukan pilihan ku pada kaus berwarna putih dan jeans biru ku.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang